NovelToon NovelToon
Istri Yang Ternistakan

Istri Yang Ternistakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: F A N A

Menjadi istri tapi sama sekali tak di anggap? Bahkan dijual untuk mempermudah karir suaminya? Awalnya Aiza berusaha patuh, namun ketidakadilan yang ia dapatkan dari suaminya—Bachtiar membuat Aiza memutuskan kabur dari pernikahannya. Tapi sepertinya hal itu tidak mudah, Bachtiar tak semudah itu melepaskannya. Bachtiar seperti sosok yang berbeda. Perawakan lembut, santun, manis, serta penuh kasih sayang yang dulu terpancar dari wajahnya, mendadak berubah penuh kebencian. Aiza tak mengerti, namun yang pasti sikap Bachtiar membuat Aiza menyerah.

Akankah Aiza bisa lepas dari pernikahannya. Atau malah sebaliknya? Ada rahasia apa sebenarnya sehingga membuat sikap Bachtiar mendadak berubah? Penasaran? Yuk ikuti kisah selengkapnya hanya di NovelToon!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter—1

“Aaah… I- iya… terus… terus lakukan seperti ini,” lenguh seorang wanita cantik yang saat ini sedang memadu kasih dengan pria yang sudah membayarnya.

Bachtiar Yunanda 30 tahun, semakin menambah laju kecepatannya dalam memasuki wanita cantik yang saat ini ada dihadapannya. Bahkan sesekali pria bertubuh tegap itu tak segan menarik rambut wanitanya sampai membuat kepala sang wanita mendongak ke atas.

“Aku… hampir sampai.” Wanita itu menggeram—yang lantas langsung dibalikkan oleh Bachtiar dengan sangat lihai menghadap ke arahnya.

Lalu Bachtiar menghempaskan tubuh sang wanita ke peraduan, menyelusupkan miliknya kembali membombardir pertahanan wanitanya.

“Kau benar-benar lezat, Fanya,” ujar Bachtiar sambil terus memasuki Fanya Mahira yang merupakan partnernya dalam bercinta.

Peluh bercucuran. Kedua anak manusia itu terus berpacu dalam lingkar keintiman. Sampai akhirnya pasangan haram itu mereguk nikmat mereka bersama. Bachtiar menjatuhkan diri di atas Fanya. Disambut Fanya dengan melingkarkan kedua kakinya di atas pinggang Bachtiar.

“Kau memang hebat, Bachtiar…,” desau Fanya sembari menggigit kecil permukaan bibir bawahnya. Lalu membentuk senyum sen sual.

Bachtiar menyeringai. “Aku memang hebat. “ Pria itu selalu narsis jika itu terkait dirinya.

Pun Fanya mengakui stamina Bachtiar yang memang tiada duanya. Sangat perkasa. Bahkan saking perkasanya pria itu bisa membuat Fanya berulang kali mereguk nikmat, baru setelah itu fokus pada kepuasannya.

“Bisa diam nggak? Aku mau kau tetap di posisi ini dan jangan bergerak!” dengkus Bachtiar saat Fanya ingin melepaskan pelukannya, menahan sepasang jemari lentik Fanya, menahan pergerakannya yang ingin melepaskan diri dari Bachtiar.

“Kenapa, apa masih mau lagi?” lontar Fanya. Wanita cantik itu mengulum senyumnya, sengaja menggertak, karena tahu Bachtiar pasti tidak akan menanggapi ucapannya.

Terlebih mengingat malam ini merupakan malam pertama pernikahan Bachtiar—yang harusnya pria itu lewati bersama istri barunya.

Ya, beberapa jam lalu… tepatnya pukul sembilan pagi tadi Bachtiar telah resmi menikahi seorang gadis cantik dari keluarga sederhana. Aizatul  Natsuka 21 tahun. Bekerja sebagai kasir di sebuah cafe yang cukup cozy di kota mereka.

Fanya sendiri memang tak terlalu mengenal siapa gadis itu. Namun tadi ketika resepsi ia sempat datang ke pernikahan Bachtiar dengan Aiza. Juga Fanya sempat bersalaman memberi selamat. Tapi sekarang bukannya gadis itu yang berada di bawah Bachtiar, melainkan dirinya.

“Hmm… tapi kau harus pulang sekarang,” tutur Fanya mengingatkan. Sementara Bachtiar malah mengerutkan dahi, menunjukkan ketidaksenangan atas ucapan Fanya, yang membuat pria itu tampak geram.

“Kenapa? Apa kau nggak suka aku suruh pulang?” tebak Fanya asal. “Aku ini cuma mau mengingatkan, jika sekarang kau sudah resmi menjadi seorang suami. Bahkan harusnya apa yang kita lakukan tadi merupakan hal yang harusnya kau lakukan bersama istrimu. Apalagi malam ini merupakan malam pertama untuk kalian berdua,” sambungnya kemudian.

Kalimat Fanya membuat raut Bachtiar semakin kusut. Entah sebab apa, Fanya sendiri tak mengerti. Padahal setahu Fanya pria itu begitu mencintai Aiza.

Hal itu Fanya simpulkan saat mendengar Bachtiar yang menceritakan tentang hubungannya dengan Aiza. Dari cara Bachtiar mendeskripsikan hubungan mereka, menggambarkan personal Aiza, Fanya bisa menangkap jika Bachtiar sangat menyayangi Aiza.

Tapi sekarang… Fanya malah melihat kebalikan dari sikap Bachtiar dulu. Bahkan, malam ini yang harusnya ia habiskan dengan Aiza karena status mereka yang baru saja resmi menjadi suami istri, malah berakhir dalam pelukannya.

Setelah resepsi pernikahan selesai, Bachtiar datang mencari Fanya ke apartemennya. Melakukan transaksi dengan Fanya seperti biasanya, untuk menyalurkan has*rat biologisnya.

“Bisa nggak, nggak usah ngungkit tentang itu?” desis Bachtiar dengan nada serta raut wajah datar. Fanya memicing, membalas sorot mata Bachtiar tanpa emosi. “Kenapa? Bukankah setahuku kau sangat mencintai Aiza?”

Pria itu bergeming, menatap Fanya dengan sorot mata memicing. Namun, sesaat menaikkan satu alisnya, kemudian berbisik di telinga Fanya. “Bukankah barusan kau tanya apa aku mau lagi? Sekarang aku jawab ‘ya’, bahkan aku ingin kau melayaniku sampai pagi!”

Sleebb!

Tanpa aba-aba, dengan sekali hentakan Bachtiar kembali menusukkan pusakanya ke dalam milik Fanya. Wanita cantik itu meringis kecil, tapi tidak menolak. Kemudian mulai beradaptasi dengan milik Bachtiar yang sudah kembali maju mundur di dalam dirinya.

“Uuuhhh,” desauan itu kembali keluar dari mulut Fanya, menikmati setiap sentuhan yang Bachtiar lakukan. Meski sebenar dalam hati ia sendiri merasa janggal dengan sikap Bachtiar malam ini yang menurutnya tak biasa?

***

Aiza tampak gelisah. Ia terlihat tak tenang dalam tidurnya. Berulang kali gadis muda itu melirik ke arah ponselnya, dengan harapan ada satu pesan masuk dari suaminya—Bachtiar.

“Kenapa dari tadi, Bang Bachtiar, nggak ngasih kabar?” Aiza mengernyit gelisah. “Sebenarnya ia pergi kemana? Kenapa udah jam segini belum juga pulang?” gadis cantik itu bahkan menggigiti kecil ujung kukunya. Kebiasaan sedari kecil saat ia sedang dilanda keresahan.

Tadi, tepatnya pukul sepuluh malam. Ketika resepsi usai digelar Bachtiar memang sempat membawa Aiza pulang ke kediamannya. Namun, setelah itu Bachtiar malah pergi tanpa sepatah katapun meninggalkan Aiza di dalam kamarnya.

Aiza memang tidak sempat bertanya. Ia pikir Bachtiar mungkin hanya keluar sebentar. Tapi sampai selarut ini suaminya itu belum juga kembali.

Kemana ia?

Sebenarnya Aiza ingin bertanya pada sang ibu mertua—Kamariah, namun ia enggan. Tidak ingin di cap sebagai istri tak berpengertian, padahal baru resmi menikah.

Terlebih selama ini Kamariah pun selalu menunjukkan secara terang-terangan, jika ia tidak menyukai Aiza.

Semua itu karena status Aiza yang merupakan seorang kasir. Padahal jika ditilik dari posisi Bachtiar sekarang yang merupakan seorang direktur di sebuah perusahaan ternama yang ada di kota mereka tinggal, Kamariah yakin jika Bachtiar bisa mendapatkan seorang pendamping yang lebih dari Aiza.

Waktu menunjukkan pukul 03:013 Wib. Aiza yang sempat terlelap, kini kembali terjaga dari tidurnya. Kesejukan menyergap. Tak hanya sebab gerimis di luar, mesin AC yang terus menyala juga ikut andil pada kedinginan yang saat ini Aiza rasakan.

Aiza kembali memeriksa ponsel. Ia berharap sang suami sudah membalas pesannya. Akan tetapi pengharapan itu lenyap saat maniknya mengerling pada layar, yang tidak menampilkan notifikasi apapun di sana.

“Bang Bachtiar… sebenarnya kamu ke mana sih? Kenapa udah jam segini belum juga pulang?” keluh Aiza.

Selain khawatir tentang keberadaan sang suami, Aiza juga berkeinginan melakukan ibadah subuh pertamanya setelah menjadi seorang istri dengan Bachtiar. Tapi sampai sekarang Bachtiar tak kunjung menampakan batang hidungnya.

“Huh....” Aiza mengempeskan nafas panjang. Meski kedinginan karena volume AC yang terbilang rendah. Gadis itu tetap berusaha bangkit dari peraduan. Aiza menyingkap selimut, ia tak boleh bermalas-malasan. Gegas menuju kamar mandi, lalu kembali menghampiri nakas.

Senyum Aiza terkembang saat kini ia memandangi salah satu mahar yang Bachtiar berikan. Seperangkat alat salat, yang akan Aiza gunakan. Lalu setelahnya Aiza berdoa kepada sang khalik agar diberi kemudahan dalam menjalani ibadah terpanjangnya, dalam menjadi istri yang baik serta taat terhadap Bachtiar.

Byuuurrr!!!

Guyuran air bercampur pasir membasahi seluruh tubuh Aiza. Tentu saja gadis itu tersentak, terjaga dari tidur lenanya, usai tadi kembali tertidur setelah menyelesaikan ibadah subuh.

Seluruh tubuh Aiza basah. Bahkan mukena serta sajadah yang merupakan maskawinnya juga ikut kotor karena air bekas pel yang barusan diguyur oleh sang mertua. Aiza ingin protes. Namun, bentakan yang keluar dari mulut Kamariah membuat suara Aiza tercekat di tenggorokan.

“Dasar menantu pemalas! Jam segini masih malas-malasan?! Kau pikir ini rumahmu jadi bisa se-enaknya. Cepat, pergi sana siapkan sarapan! Aku mau lihat sejago apa kau dalam mengolah bahan makanan, sehingga pantas kau sajikan kepada putraku!” Manik Kamariah menyorot tajam. Tatapannya terlihat begitu buas, juga sinis.

Tapi Aiza tak lantas berdiri. Ia masih terpekur terhadap sikap kasar sang mertua. Kenapa begini? Bukankah… kemarin-kemarin sang ibu mertua sudah berjanji pada suaminya jika akan memperlakukan Aiza dengan baik?

“Ya Tuhan… Kenapa masih berdiri di sini? Kau ini tuli ya?! Cepat, sana lakukan pekerjaanmu. Buatkan aku dan Nurma sarapan, sekarang juga!” pekik Kamariah dengan sorot mata kian membelalak.

Aiza mengangguk. Ia buru-buru berlalu untuk mengerjakan apa yang sang ibu mertua suruh. Akan tetapi saat melewati Kamariah, tubuhnya malah terdorong ke belakang.

Bruukkk!

“Aaaakkhhh…,” ringis Aiza sambil memegangi belakang pinggangnya yang sakit.

“Kenapa, sakit?” Kamariah mencibir. “Itu akibatnya karena kau terlalu lelet jadi perempuan! Sekarang, cepat bangun! Kalau enggak, maka aku akan kembali mendorongmu sampai wajahmu yang membentur lantai!” imbuhnya kemudian dengan tatapan nyalang, yang membuat Aiza ketakutan.

Bersambung.

1
Aisyatul Munawaroh
Bagus sih. Alurnya nggak terlalu pasaran
Aisyatul Munawaroh
Bab pertama udah bikin mood naik turun
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!