Kehidupan Fania yang awalnya penuh dengan warna. Dan kebahagian, tiba-tiba saja kebahagiaan itu pergi menghilang bersama orang yang ia sayangi.
FANIA: mengapa kamu akan meninggalkanku untuk selamanya, Basjara? katanya kamu mencintaiku dan berjanji tidak akan meninggalkanku, lalu dimana janjimu itu?
BASKARA: maafkan aku, Fania! ini sudah menjadi takdir kita. tolong berbahagia! kamu masih bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dariku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon butterfly56, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Dion menatap wajah Baskara yang penuh dengan emosi. Dion memiringkan bibirnya pertanda ia sudah bisa menyentuh kepala Fania sedangkan Baskara belum.
"Kenapa? Iri ya? Haha! Seorang konglomerat yang mencintai Fania belum pernah menyentuh kepala Fania?" ucap Dion.
"Lebih baik kamu diam! Jika tidak ingin berurusan panjang denganku!"
"Gua tidak takut! Gua bakal dapetin Fania terlebih dulu" ucap Dion.
Baskara menarik tangan Fania agar pergi dari rumah Dion itu. Fania pun hanya menurut kepada Baskara, karena dia juga harus pulang.
Sesampainya dirumah Fania, disana sudah ada kedua orang tua Fania yang sudah menunggu. Adek Fania tak ada disana, karena sudah tidur sejak tadi.
Fania tak lupa menyalimi tangan kedua orang tuanya begitupun dengan Baskara, ia ikut menyalimi tangan orang tua Fania.
"Kenapa pulang malam, Nak?" tanya mama Fania yaitu Indah.
Fania hanya tersenyum dan masuk kedalam rumah karena kecapean. Indah juga memaklumi nya jika pertanyaannya tadi tak dijawab.
Kini Fania dan Baskara sudah dibuatkan minuman oleh Indah. Dan kini Fania meminumnya. Fania mengeluarkan uang disakunya dan memberikannya kepada Ibunya.
"Ini ya, Ma. Maaf cuman bisa ngasih segitu setiap harinya." ucap Fania dengan nada lemas.
"Tidak apa-apa, Sayang! Dapat uang segini juga udah alhamdulillah banget" seru Indah.
"Iya, Nak! Benar kata mama mu. Berapapun pendapatan kamu setiap harinya kita harus bersyukur. Karena yang bekerja kamu, kita tidak bisa bekerja karena sudah tua" jelas papa Fania yaitu Yoyo.
Fania hanya tersenyum dan sesekali meminum minuman yang dibuatkan oleh Ibunya. Baskara melihat wajah Fania yang terlihat sangat kecapekan. Baskara tak tega melihat Fania yang terus menerus harus merasakan bagaimana rasanya capek.
"Fania! Apa kamu benar-benar tidak mau menikah denganku? Nanti jika mau, aku jamin setelah menikah kamu tidak akan seperti ini lagi" Fania hanya tersenyum dengan perkataan Baskara.
"Orang tua kamu juga mendukung jika kita menikah. Bagaimana kalau kita akan nikah secepatnya?"
Tiba-tiba saja Fania berdiri dari duduknya, "Tidak! Aku tidak akan mau menikah denganmu, Baskara! Sudah cukup jangan memaksaku!" Fania kini masuk kedalam kamarnya.
"Maafkan perlakukan anak kami ya, Baskara! Fania memang begitu orangnya, dia jika sudah tidak mau ya tidak mau." ucap Indah.
"Tapi kamu jangan menyerah buat dapetin hari, Fania. Karena bagaimanapun hatinya pasti bisa luluh nantinya." tambah Yoyo.
Baskara hanya tersenyum. 'Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkanmu, Fania!' batin Baskara.
Kini Baskara pamit untuk pulang kerumahnya. Karena ini juga sudah malam, tidak enakkan jika dia masih saja disana.
"Yasudah, saya ijin pulang dulu ya?" ucap Baskara.
"Iya. Hati-hati!"
Kini Baskara berjalan sendiri di kegelapan. Dia terus memberanikan dirinya agar bisa pulang. Tapi dia benar-benar tak berani untuk pulang.
Pada akhirnya dia putuskan untuk kembali kerumah Fania. Dia akan menginap disana semalaman.
Tok! Tok! Tok!
Baskara mengetok pintu rumah Fania dan dibukakan. Fania melihat Baskara di depannya. Dia sangat heran, kenapa Baskara kembali? Bukankah tadi dia akan pulang.
"Ngapain kamu balik lagi?" tanya Fania.
"Aku takut dijalan sendiri. Apa boleh aku menginap dirumahmu malam ini?" tanya Baskara.
"Takut? Seorang Baskara yang berbadan besar gini takut? Ma! Pa!"
Kini kedua orang tua Fania keluar karena anaknya memanggil mereka.
"Kenapa, Sayang?" tanya Indah.
"Kenapa, Nak?" tanya Yoyo.
Mereka melihat Baskara yang saat ini kembali kerumah mereka. Mereka tahu, jika Baskara pasti takut untuk pulang sendiri.
"Loh! Baskara! Kamu balik lagi? Kamu takut dihalan?" tanya Indah