cerita ini mengisahkan tentang perjalan hidup, asmara, keluarga dan persahabatan se orang remaja, di mana ia menjalin hubungan asmara dengan gadis cantik sejak mereka masih sekolah.
namun setelah lulus sekolah mereka terpisah karena ke adaan dan juga masa dapan, meskipun jarak dan waktu
memisahkan mereka, tapi cinta hati mereka selalu bersatu.
hingga pada suatu waktu remaja itu membuat kesalahan, hingga kakaknya murka kepadanya dan mengusirnya, ia pun pergi meninggalkan rumah dan kampung halamannya.
selain itu juga, ia pergi mencari kekasihnya yg telah lama tidak berjumpa, namun ia tidak tau alamat jelas tempat tinggal kekasihnya, ia hanya mengetahui nama kotanya.
banyak hal yg tak terduga yg ia alami selama dalam perjalanya mencari jati dirinya dan juga kekasihnya di kota, banyak ujian dan cobaan yg luar biasa tuhan mendidiknya.
akan kah ia berjumpa dengan kekasihnya.?
akan kah ia menemukan jati dirinya..?
bagaimana kah perjalanan hidupnya..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ben9904, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#21
" ayah bau acem.." uacp layla sembari menutup hidung.
" macacih bau acem.." Asep sembari mengendus ngendus badanya.
" iya kan ayah belum mandi cantik, kan baru pulang kerja.." ucap istrinya sembari mengelus rambut layla.
" Iya ya.yaudah deh ayah mandi dulu sanah.."ucap layla.
" iya bau acem, yaudah deh ayah mandi dulu ya, layla sama mamah dulu ya sayang, ayah mau mandi dulu, bau acem.." ucap asep sembari mencandai layla.
dan kemudian asep memeberikan layla dari pangkuanya itu kepada istrinya.
" iya ayah sana mandi gih, itu mamah udah siapin air anget nyah.!" Lia.
" peka banget sih istri ku ini.." ucap asep sembari mencubit pipi istrinya.
" aww, kebiasan kalau nyubit suka kenceng kenceng, sakit tau.." ucap istrinya dengan sedikit kesal.
" uluhh tayang marahh.." ucap asep sembari mencubit pipi istrinya lagi.
dan dengan kesal istrinya memukul asep namun tidak kena, asep menghidar dan pergi mandi sembari ketawa mengejek istrinya.
setelah selesai mandi, ia masuk ke kamarnya, tanpa sengaja ia melihat foto keluarganya dulu yg terpajang di dinding kamarnya, kemudian ia mengambilnya, dan menatap foto itu.
dalam foto itu ada bapak dan ibunya, dan juga dia dan satria saat masih kecil, saat itu asep masih sekolah smp, dan satria masih ber umur 5 tahun pada waktu itu.
asep duduk di rangkul oleh bapaknya, dan sementara satria duduk di pangkuan ibunya. ia terus memandangi foto lama itu, ia teringat akan masa kecilnya bersama keluarganya dulu, ia juga teringat saat kecil bersama satria, jika mati lampu asep suka maenin lilin dan mencabut satu persatu rajutan tikar jaman dulu, dan kemudian ia membakarnya dan menatap api itu, satria sering mengikuti apa yg asep lakukan, dan jika ketahahuan mereka di marahi oleh uminya. asep sedih menatap foto itu, namun ia juga tersenyum teringat masa kecilnya dulu.
dan sementara satria, saat di dalam rumah.
saat itu ia sedang menulis merangkai kata di dalam kamarnya, ia mencoba menulis dan menciptakan sebuah lagu namun tidak mengunakan alat musik, karena bapaknya sedang sakit.
tidak lama setelah itu ia merasa lapar, lalu ia pergi ke dapur untuk makan, namun saat membuka tutup saji ternyata tidak ada makanan apa apa, ia mencari cari makanan di dapur namun tidak ada.
ia pasrah dengan ke adaan perutnya yg lapar tidak ada makanan di rumahnya, ia mengerti karena sudah beberapa hari ini bapak nya tidak bekerja karena sakit yg di deritanya.
kemudian ia mengambil sedikit uang simpananya dan pergi keluar rumah membawa motornya mencari makanan.
ia pergi ke warung kopi, dan kebetulan warung itu menyediakan nasi uduk, sasampainya di sana satria turun dari motornya, kemudian ia memesan nasi uduk.
warung kopi itu berada tidak jauh dari rumahnya dony.
" nasi uduk satu mang.." satria
" siapp.." pedagang.
" tumben sepi mang, biasanya rame..?" ucap satria sembari duduk menunggu pesananya.
" iya tau nih, biasanya pada nongkrong di mari.." pedagang.
tidak lama kemudian pesananya sudah siap, satria pun memakanya.
saat itu dony lewat mengenakan sarung seperti orang ronda, tanpa di sengaja dony melihat satria yg sedang makan nasi uduk di warung itu. ia memperhatikanya karena ia takut itu bukan satria, namun saat melihat motornya sudah di pastikan itu satria, dony menghampirinya dan menyapa satria.
" sat, tumben loe kemari...?" Dony.
" iya, laper gue, makan don.." ucap satria sembari makan.
" iya iya..." Dony.
kemudian dony memesan kopi, dan ia juga menawarkan satria kopi.
" loe mau ngopi sat..?" Dony.
" iya boleh.." satria.
" loe sih boleh mulu, kopinya dua mang.." dony.
" loe lagi ronda don..?" Satria.
" kagak, ngapa emang..?" Dony.
" setelan loe kayak mau ronda.." satria.
tidak lama ssetelah itu dan setelah satria selesai makan dan minum, kopi pesananya dony datang.
kemudian mereka menikmati kopi itu.
" ngopi doang, loe punya rokok gak..? Tanya satria.
" udah kopi rokoknya lagi, nih.." ucap dony sembari memberikan rokok kepada satria.
satria mengambilnya, kemudian ia membakar dan menghisap rokoknya, begitu juga dengan dony.
sebenarnya sudah lama mereka merokok, namun masih sembunyi sembunyi.
" loe udah bebas ngeroko don...?" Satria.
" belum, loe udah bebas..?" Dony.
" sama..!!!" Satria.
dengan santai mereka menikmati malam di temani secangkir kopi dan sebatang rokok, dan dengan obrolan hangat, mereka membayangkan jika mereka nanti menjadi orang sukses.
malam pun semakin larut, dan dony pamit pergi pulang, ia menawarkan satria menginap di rumahnya, namun satria tidak mau, dan menjawab lain kali sajah, dan mereka pun pulang ke rumahnya masing masing.
ke esokan harinya..
Saat pagi tiba, saat itu satria sedang bergegas dan bersiap siap berangkat sekolah, tiba tiba satria mendengar suara batuk bapaknya, batuknya semakin parah, lalu dengan cepat satria menghampiri bapaknya.
satria panik melihat bapaknya seperti itu.
" Pak, bapak kenapa pak.." Tanya satria dengan panik.
bapak nya batuk sembari menahan sakit memegang dadanya, bapak nya serasa sesak napas dan sakit di jantungnya.
dan kemudian satria memangil uminya.
" bapak obat nya udah di minum belum...?" ucap satria.
Sambil batuk batukan bapaknya menjawab.
" Udah tadi, bapak udah minum obat.." pa Sardi.
dan tak lama kemudian uminya datang.
uminya pun panik melihat kondisi ke adaan suaminya itu.
dan kemudian uminya membawakan air putih untuk suaminya, dan setelah minum bapak nya batuk batukan lagi.
Satria mengajak uminya untuk membawa bapaknya ke rumah sakit, namun saat satria mengajak membawa bapaknya di periksa dan berobat ke rumah sakit, uminya diam sajah.
satria berkata kepada uminya mengapa diam sajah, uminya menjawab dan berkata.
" Tapi nak? " . Namun belum juga selesai berkata. bapaknya berkata.
" Udah nak, bapak gak usah ke rumah sakit, bapak cuman sakit biasa kok, nanti juga sembuh sendiri, mending kamu berangkat sajah sekolah, nanti kamu ke siangan." ucap bapak nya sembari batuk batuk dan menahan rasa sakit di dadanya.
" gak usah gimana pak, udah jelas jelas sakit bapak ini tambah parah, Udah ayo mi kita bawa bapak sekarang Ke rumah sakit" Ucap satria dengan panik dan takut terjadi apa apa dengan bapaknya.
" tapi nak, kita udah gak punya uang buat biaya berobat ke rumah sakit." ucap uminya dengan sedih.
" udah mi jangan tapi tapian, sekarang juga kita bawa bapak ke rumah sakit, masalah biaya itu urusan belakangan, yg penting sekarang bapak bisa sembuh mi.." Satria.
Dan akhirnya satria dan uminya membawa bapaknya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, bapaknya satria sekarat menahan kesakitan yg di deritanya, lalu dengan cepat para medis membawa bapaknya satria ke ruang perawatan khusus oleh medis, dokter pun dengan cepat memeriksa dan mengobati bapaknya satria.
dan sementara satria dan uminya menunggu di luar ruangan dengan perasaan cemas, uminya tak henti berdo'a dalam hatinya agar suaminya selamat dan sembuh dari penyakit yg di deritanya. mereka menunggu kabar dari dokter, namun belum juga dokter keluar dari ruangan bapaknya di rawat.
karena lama menunggu uminya menyuruh satria untuk segara berangkat sekolah karena takut terlambat satria masuk sekolah.
" nak, kamu berangkat sekolah saja, nanti kamu kesiangan, bapak biar umi saja yg jagain, nanti umi kabarin kakak kamu biar ke sini." Suruh uminya.
" tapi mi, kalau bapak kenapa napa gimana.." Satria dengan cemas.
" udah kamu berangkat saja sekolah, do'a kan saja bapak semoga cepat sembuh, nanti umi sama asep yg nemenin bapak di sini." Ucap uminya, sejenak satria terdiam.
" yaudah kalau gitu satria berangkat sekolah dulu mi.." Ucap satria dengan terpaksa pergi berangkat sekolah