NovelToon NovelToon
Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Pernikahan rahasia
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cahyaning fitri

Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....

Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.

Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....

Happy reading....😍😍😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 : Menjenguk Orang Sakit

“Cari tau soal perempuan yang sedang dekat dengan suami saya? Saya akan bayar berapapun yang kamu inginkan, asal kau bisa mendapatkan informasi soal perempuan itu!” kata Rosa sedang berbicara dengan seseorang dari seberang telepon sana. 

Wajahnya memang tenang. Namun setiap perintahnya terdengar menakutkan dan bengis. Rosa tidak akan membiarkan rumah tangganya hancur oleh seorang pelakor, bahkan dia tidak segan-segan mencari informasi apapun soal perempuan tersebut.

Rosa bersedia membayar mahal agar si penerima telepon mendapatkan info yang dia inginkan.

“Oke. Saya tunggu!” tegas dan jelas. 

Itulah Rosa. Tidak setengah-setengah mencari informasi.

-

-

“Mi….?” pintu kamar tiba-tiba terdorong dari luar. Rosa yang terkejut langsung mematikan panggilan secara sepihak.

“Kevin….!”

“Mi, aku bawa Karin. Dia mau jenguk mami,” kata Kevin, mendekati tempat tidur sang mami sambil menggenggam tangan perempuan itu.

“Tante….? Maaf baru bisa jenguk. Aku baru ada waktu. Gimana keadaan, Tante? Sudah baikan?” tanya Karin dengan lembut sambil meletakkan buah tangan di nakas yang terletak disebelah tempat tidur calon mama mertuanya.

“Terimakasih, Sayang. Tante sudah baikan kok. Sudah enakan juga?” balas Rosa menyambut hangat kedatangan pacar putranya dengan senyum lembut.

“Sini duduk?” Rosa menepuk sisi ranjangnya supaya Karin bisa duduk.

“Ya terima kasih, Tan. Aku sini aja?” tolak Karin, duduk di sofa yang tidak jauh dari sana.

Ih, ogah banget duduk di situ. Takut ketularan~~ gumam Karin dalam hati.

“Mami beneran sudah enakan?” tanya Kevin, menatap penuh perhatian.

“Sudah kok, Nak. Jangan khawatir ya?”

“Gimana aku nggak khawatir, Mi? Tiba-tiba Rini ngabarin aku Mami pingsan. Tentu saja aku khawatir?”

Rosa mengulum senyum lembut.

“Sekarang mami udah baik-baik aja kok?”

“Oya, papi mana?” tanya Kevin, sedari tadi ia tidak melihat sosok papanya di ruangan itu.

“Mami suruh papi makan di kantin, kasian belum makan dia?”

“Oh,” Kevin membulatkan bibirnya membentuk huruf o kecil.

Bram yang duduk di kantin,tampak acuh tak acuh saat ponselnya terus-menerus berdering nyaring. Panggilan itu berasal dari Jo, isteri keduanya yang semakin intensif menghubunginya beberapa kali. Meskipun dia bisa saja mengangkat telepon itu dan berbicara dengan Jo, Bram justru memilih untuk mengabaikannya.

Di dalam hati, Bram merasa sangat bersalah pada Rosa, isteri pertamanya yang telah memberinya cinta dan keluarga yang harmonis dan penuh cinta selama ini.

Rosa adalah orang yang sangat Bram cintai dan sayangi, dan dia tidak ingin menyakiti perempuan yang telah memberinya begitu banyak kebahagiaan dan dukungan sepanjang hidupnya. Bram menyadari bahwa hubungan gelapnya dengan Jo telah membawa dampak buruk, bukan hanya pada rumah tangganya dengan Rosa, tetapi juga pada dirinya sendiri.

Karena itu, sekarang Bram berusaha untuk menjaga jarak dengan Jo, meskipun dia tahu ini bukanlah keputusan yang mudah. Setiap kali Jo menghubunginya, Bram merasa terjepit di antara dua pilihan yang sulit: memenuhi keinginan Jo atau melindungi perasaan Rosa. Namun, Bram tahu bahwa dia harus membuat pilihan yang tepat demi kebaikan jangka panjang, terutama untuk keluarganya.

Dengan berat hati, Bram memutuskan untuk terus mengabaikan panggilan dari Jo.

Meskipun mungkin terlihat jahat, Bram yakin bahwa ini adalah langkah terbaik yang bisa dia ambil untuk saat ini. Dia tidak ingin semakin menyakiti Rosa, perempuan yang telah memberinya begitu banyak cinta dan kepercayaan. Demi masa depan rumah tangganya, Bram rela menahan diri dan menjalani hidup yang lebih sulit untuk sementara waktu.

Joanna merasa kesal dan frustrasi karena sudah tiga hari berlalu tanpa kabar dari Bram. Setiap kali dia mencoba menghubunginya, teleponnya selalu diabaikan atau ditolak. Rasanya seperti Bram sengaja menghindarinya, dan itu membuat Jo semakin penasaran sekaligus tertantang untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Jo tidak terbiasa diperlakukan seperti ini oleh Bram, yang biasanya selalu responsif dan penuh perhatian. Kini, sikap dingin Bram membuatnya merasa tidak dihargai.

Kembali ia berusaha untuk menghubungi sang suami, dan lagi-lagi Bram sengaja menolak panggilannya. Jelas sekali kalau suaminya benar-benar sengaja menghindar.

“Ah, Sial. Napa direject sih,....?” kesal Jo sambil menghentakkan kakinya.

“Napa, Elo?” tiba-tiba Lili datang dan duduk di sebelahnya.

“Mbak, buku menunya?” minta Lili pada mbak pelayan cafe. Ya kini mereka sedang berada di cafe. Tempat biasa mereka nongkrong.

Setelah mencatat pesanan Lili, mbak pelayan itu pun pergi. Tatapan Lili kembali beralih ke Jo yang tengah kesal sambil menatap layar ponselnya.

“Elo Napa sih? Muka bete gitu…?’ tegur Lili, merasa heran.

“Gue kesel. Suami gue nggak ada kabar. Gue telepon, sengaja direject. Gue kirim pesan, di-read tapi nggak dibales. Nggak biasanya seperti ini, Li?” adu Jo pada Lili dengan perasaan dongkol.

“Dia sibuk kali….!” sahut Lili

.

“Sesibuk-sibuknya dia, dia akan kasih kabar walau hanya satu pesan saja. Nah, ini….. sudah 3 hari nggak ada kabar. Gue telepon, direject. Gue kirim pesan, diread, tapi nggak bales. Gue ngerasa dia sengaja hindari gue?" tebak Jo.

“Positif thinking aja. Kali dia sibuk…..?”

“Maybe….? Tapi ini bukan dia banget, Li. Sumpah?"

"Kayak elo tau dia banget....?"

"Taulah, Li. Hampir satu bulan kami bersama, gue tau yang dia suka, yang dia nggak suka. Gue juga tahu kebiasaannya. Bahkan sampai warna sempak kesukaannya, gue tahu semua?"

"Idih, jorok banget pikiran lo?"

Jo males menanggapi, tapi apa yang dikatakannya memang fakta.

Tak berapa lama makanan pesanan Lili pun datang, dan sudah tersaji di meja. Gadis itu tidak sabar untuk menikmatinya, perutnya sudah berdendang minta diisi.

“Jo….?” panggil Lili tiba-tiba. Pandangan Lili lurus menatap ke depan, tepat ke arah pintu masuk cafe.

“Hemm,” sahut Jo, namun tatapan Jo masih fokus ke layar ponsel. Seakan-akan ponsel ditangannya lebih menarik dari apapun disekitarnya.

“Ihhh, Jo, liat?” ucap Lili.

“Apa si Li?”

“Meja nomor 16. Bukannya itu adik tiri elo? Sama siapa ya.?”

“Hah, mana….?” mendengar nama adik tiri, Joanna merasa tertarik untuk memastikan sendiri.

“Itu? Meja 16?”

“Ah iya betul,” Jo menganggukkan kepalanya.

“Sama siapa ya?”

“Gadun barunya dia….?” jawab Jo lirih.

“Hah, gadun baru?”

“Iya. Gue yakin itu mangsa barunya?” sahut Jo tersenyum kecil. Lalu satu jepretan sengaja ia arahkan ke  sosok yang duduk meja nomor 16.

“Maksudnya apa si, Best?”

“Gini ya, Lili. Cewek kayak dia tuh nggak cukup cuma satu pria. Anu-nya gatel mungkin, pengennya digaruk banyak pentungan. Gue sering mergokin dia jalan sama cowok lain, bukan cuman si Kevin. Ada banyak. Beberapa diantaranya ya yang tempo hari kita pergokin di cafe. Lalu dulu, gue juga pernah nggak sengaja mergokin dia jalan sama om-om di mall. Mesra banget. Nah sekarang, dia lagi sama cowok lain lagi. Kasian si Kevin, dia dapet bekas gadun. Nggak tau steril apa nggak?” ujar Jo panjang lebar, sambil bergidik ngeri.

“Salome dong adik tiri elo, Jo?” kekeh Lili.

“Idih ogah banget. Gue nggak punya adik tiri kayak dia…? Sorry ya? Keturunan nyokap gue bersih, kayak gue? Dia sebelas dua belas sama emaknya?"

“Alah najis….?” cebik Lili, Jo terkekeh geli.

“Gue harus ambil banyak foto dia nih….? Siapa tau suatu saat foto ini berguna?” Ucap Jo tersenyum smirk.

“Jo, Jo?” heboh Lili, memperlihatkan chat Gurp di ponselnya pada sang sahabat.

“Apa sih ah? Gue lagi moto cewek gatel itu sama gadunnya nih?”

“Kapten Tyo katanya abis kecelakaan, dan dia masuk RS….? Nih beritanya santer banget di grup?”

“Hah, serius?” refleks Jo merebut ponsel Lili, padahal di ponselnya sendiri ada.

“OMG, beneran Kapten Tyo kecelakaan. Kok bisa sih?”

“Ya bisa lah. Namanya juga kecelakaan. Dia kecelakaan di darat, Jo, bukan di udara?” gurau Lili, terkikik.

“Ya kali di udara. Dia kan lagi di darat, Best?”

“Jenguk yuk? Kata cewek-cewek Rion, Kapten Tyo diserempet motor?”

“Parah nggak?” tanya Jo kepo.

“Nggak tau. Makanya yuk jenguk….?”

“Ayuk. Bayar dulu, Best? Elo mau main kabur….?” omel Jo, sementara Lili tertawa cekikikan.

“Nebeng elo, Best?”

“Ah, biasaan elo…?”

“Hehehehe….!”

******

Setelah tiba di rumah sakit, keduanya langsung menuju ke ruang resepsionis untuk menanyakan informasi tentang kamar rawat inap Kapten Tyo. Dengan membawa oleh-oleh untuk pasien, mereka berharap bisa memberikan semangat dan dukungan kepada kapten mereka yang sedang dirawat.

Setelah mendapatkan informasi, keduanya pun berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang panjang dan bersih, mencari kamar VIP tempat Kapten Tyo dirawat.

“Nah itu….?” kata Lili menunjuk sebuah ruangan bertuliskan VIP.

“Ketuk dulu, Li. Elo jangan kira ini di moll?” gurau Jo.

“Iyalah. Gue tau…!”

Tok … Tok … Tok

“Masuk!” ucap suara yang sangat familiar dari dalam. Jelas itu suaranya kapten Tyo.

“Eh ada tamu,” suara seorang perempuan paruh baya begitu pintu dibuka. Beliau adalah ibunya kapten Tyo.

“Selamat sore, Tante.” Sapa Lili penuh semangat.

“Kami mau jenguk kapten Tyo? Katanya kapten Tyo kecelakaan?” tanya Lili basa-basi.

“Ah, iya. Masuk-masuk?” kata perempuan itu dengan ramah.

“Tyo, ini ada cewek-cewek cantik jenguk kamu?” seru si ibu lembut membangunkan putranya.

Mata kapten Tyo yang terpejam langsung membuka begitu ibunya memanggil. Senyum lebar menghiasi bibirnya.

“Joanna….Lili? Astaga, ayo duduk….!”ujarnya terlihat canggung.

“Lagi tidur ya, Kapt. Maaf ya kami jadi ganggu?” kata Jo, tersenyum manis.

"Nggak kok. Kalian nggak ganggu. Aku seneng banget.....?"

"Seneng liat Jo ya, Kapt?" goda Lili, terkikik. Jo pun langsung mencubit kecil lengan Lili. Tidak sakit, justru membuat Lili semakin tergelak.

Sementara kapten muda itu hanya senyum-senyum.

“Abis minum obat dia. Makanya ngantuk?” celetuk sang ibu sambil tersenyum kecil.

Jo dan Lili pun ikut tersenyum.

“Nih, gue bawain buah-buahan?” timpal Lili mencairkan suasana, “Gue letakkan di sini ya?” Lili meletakkan buah-buahan itu di atas nakas.

“Terimakasih, Li, Jo. Jadi ngerepotin?” kapten Tyo menggaruk pelipisnya.

“Nggak ngerepotin kok. Ngerepotin itu kalau sampai kapten Tyo cuti lama. Bisa repot kami. Penggantinya paling si Timo si rambut kriwil. Udah gitu judes lagi?"

“Alah, elo judes-judes ngidolain dia….?” ledek Jo, terkekeh.

“Hah, seriusan? Lili suka Timo….?” tanya kapten Tyo tak percaya.

“Ihhh, jangan percaya, kapten! Jo suka nyebarin berita hoax?” Pipi Lili sudah merona malu.

“Kalau berita itu hoax, nggak mungkin pipi lo kemerahan begitu?”

“Jooooo….ihhhhh….?” ketiganya pun tertawa renyah. Suasana kamar menjadi hangat. Sementara mamanya kapten Tyo hanya geleng-geleng kepala menjadi pendengar ketika anak muda sedang bercakap-cakap.

Obrolan antara Lili dan Jo mengalir dengan santai, dengan Lili yang paling banyak berbicara dan Jo sesekali menimpali dengan komentar atau tawa. Sementara itu, Kapten Tyo tampak mendengarkan dengan senyum, namun diam-diam dia mencuri pandang ke arah Jo. Matanya tertuju pada wajah Jo yang cantik dan mempesona, dan untuk sejenak, pandangannya tertahan pada sosok perempuan itu. Meskipun dia berusaha untuk tetap fokus pada obrolan, tatapan matanya ke arah Jo terasa lebih intens daripada yang dia sadari.

“Ya udah. Kami pamit ya, Kapt. Semoga lekas sembuh?” ucap Jo.

“Terimakasih, Jo, Li?” kata pria itu tersenyum bahagia karena dijenguk gadis pujaannya.

“Terimakasih ya, Nak. Sudah mau jenguk anak ibu?” kata mamanya kapten Tyo.

“Iya, Bu. Sama-sama. Kami permisi ya Bu?”

“Iya, silakan!”

Lili menarik lengan Jo dengan tiba-tiba, menghentikan langkahnya tepat setelah pintu ruangan tertutup. Dengan tatapan yang agak cemas, Jo menoleh ke arah sahabatnya.

“Ke toilet sebentar! Gue kebelet pipis?" suara Lili terdengar sedikit tergesa-gesa, seakan-akan ada yang ia sembunyikan.

“Kenapa tadi nggak di toilet dalam aja?” tanya Jo sedikit kesal. Tadi pas di dalam nggak kebelet, mau pulang malah kebelet. Temennya itu emang luar biasa ngeselin.

“Tadi nggak kebelet. Kebeletnya malah sekarang?”

“Ya udah sana? Gue tunggu di sana…?” Jo menunjuk bangku yang tertata rapih di depan ruangan VIP.

“Okey,” sahut Lili, buru-buru melesat ke arah kamar mandi.

Beberapa menit menunggu, Lili tak kunjung keluar. Hingga akhirnya mata Jo terpaku pada sosok yang keluar dari kamar VIP yang lain.

Bram.

Sosok yang keluar dari ruangan VIP yang lain adalah sosok suaminya. Tubuh Jo membeku, tatapan tajam. Namun ada perasaan penasaran karena suaminya keluar dari ruang rawat inap tersebut. Dengan langkah cepat, Jo menghampiri suaminya yang baru keluar dari ruangan tersebut.

“Daddy….?” panggilnya.

“Joana…..!”

TBC...

Komen dong?????

1
US
bagus alurnya thor /Drool/
Cahyaning Fitri: Terima kasih 😘😘😘
total 1 replies
Fang
Kisah yang menyentuh hati.....😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!