Kau adalah wanita simpananku, selamanya akan tetap seperti itu. Jangan harap ada cinta di antara kita, atau hubungan kita berakhir detik ini juga! Alfredo Hanscout Smith
Aku mencintaimu, Alfred. Tak bisakah kau membuka hatimu sedikit untukku? Davina Oliver
Mampukah Davina menaklukkan sosok Alfred yang begitu dingin dan alergi dengan seorang wanita? Ataukah cintanya akan kandas dan memilih pergi untuk merahasiakan suatu hal dari Alfred.
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekhawatiran
"Mom, Om Rifki sibuk ya? Kenapa tidak pernah bermain bersama Bryan lagi?" tanya Bryan saat mereka sarapan.
"Sayang, mungkin saja Om Rifki sedang sibuk. Bryan tahu kan kalau Om Rifki pasti bekerja. Jadi, maklumi saja bila Om Rifki jarang datang ke rumah atau butik," jawab Davina tenang berusaha menjelaskan perihal Rifki.
"Aku sangat menyayangi Om Rifki, Mom. Andai saja Om Rifki itu Daddy Bryan, pasti Om Rifki selalu bermain bersama Bryan dan mengajari Bryan pekerjaan rumah," gumam Bryan yang sukses membuat Davina menatap sendu putranya.
Davina tak percaya bila Bryan akan berkata seperti itu namun itulah faktanya. Belum selesai dengan keterkejutannya, Davina di buat kembali terkejut
"Mom, aku ingin melihat wajah Daddy. Bolehkan aku memiliki satu foto Daddy? Aku sangat ingin memilikinya, Mom. Jadi, aku bisa membayangkan bila dia bersama dengan kita. Kalau Mommy tak ingin bersama Ok Rifki, tak apa-apa. Tapi setidaknya, please beritahu Bryan wajah Daddy Mom. Sekali saja ...," pinta Bryan dengan wajah melasnya berharap sang Mommy mau mengabulkan keinginannya.
Bersamaan itu kedua netra Bryan menatap wajah sendu Davina yang sedang beradu pandang dengannya. Terlihat jelas kesedihan di dalam sana.
Bryan adalah anak yang cerdas. Tak hentinya dia terus meminta Davina untuk memberitahukan sosok Ayah kandungnya, tapi tidak kunjung di beritahu Davina. Oleh karena itu Bryan pun membuat kesimpulan bila Davina tak ingin dia mengetahui Ayah kandungnya.
Sejak di beritahu nama Daddy nya, terbitlah sebuah lengkungan yang indah menghiasi wajah Bryan. Senyum itu tak pernah luntur dari wajah tampannya, namun tetap saja dia masih belum bisa memecahkan misteri perihal sosok Daddy nya itu. Tak ada satu pun potret yang menjadi tombak dalam pencariannya. Hanya nama Alfred saja yang dia ketahui, tak ada yang menjadi petunjuk dalam pencariannya.
Meskipun begitu tak membuat keinginannya surut untuk mencaritahu siapa Daddy nya. Dia berjanji akan menemukan Daddy nya dan segera membawanya ke hadapan sang Mommy.
Entah kenapa Bryan begitu yakin jika Davina menyembunyikan suatu hal darinya terkait keberadaan sang Daddy. Walau sampai ribuan kali pun, bahkan mungkin mulut Davina berbusa juga yang telah mengatakan bila Alfred telah tiada. Tapi hal itu tak membuat Bryan berhenti untuk bertanya. Bryan yakin lelaki yang menjadi Daddy nya itu masih hidup. Hanya saja ada satu hal yang menjadi penghalang bagi Davina untuk memberitahukan keberadaan Alfred.
Terlihat jelas kegelisahan di wajah cantik Davina ketika mendengar ucapan Bryan. Wanita yang masih sangat cantik itu mengalihkan pandangannya ketika Bryan menatapnya dengan wajah memelas.
"Sayang, Mommy pergi dulu ya. Hari ini Mommy ada rapat di perusahaan. Nanti Mommy akan menghubungi Om Rifki bila kamu kangen dan ingin bermain bersamanya," ucap Davina kemudian beranjak dari tempatnya. Dia pun mengecup pucuk kepala Bryan. Wanita itu langsung melesat pergi tanpa menunggu balasan dari sang putra.
Sementara Bryan menghela nafas beratnya, dia merasa dilema dengan keadaannya saat ini. Pasalnya dia berada di situasi yang membuatnya dalam kesulitan. Bagaimana tidak? Bocah lelaki itu tidak bisa memaksa sang Mommy untuk memberitahukan fakta perihal Daddy nya. Sedari dulu Davina selalu menghindar bila sang putra menanyakan Alfred. Berbagai macam alasan yang Davina berikan untuk Bryan agar sang putra berhenti bertanya.
Namun, faktanya tak sesuai dengan ekspetasinya. Bryan semakin mendesaknya agar Davina memberikan jawaban yang akurat perihal Daddy nya. Kini Bryan pun juga bingung dengan sikap sang Mommy yang tampak menghindar bila dirinya menyinggung soal Rifki. Bryan tahu pasti ada hubungannya hal itu dengan Daddy nya.
"Kenapa Mommy terus menyembunyikannya dariku? Harusnya Mommy dapat berterus terang padaku. Tidak tentang Daddy ataupun Om Rifki, Mommy selalu saja menghindar."
"Ya Tuhan, pertemukan lah Mommy dengan Daddy. Aku tak ingin melihat Mommy bersedih lagi. Meskipun di depanku dia selalu tersenyum, tapi aku tahu di balik topeng itu terdapat kesedihan yang mendalam di wajahnya. Tuhan, aku mohon satukan lah kembali Mommy dan Daddy ku, aku tak ingin lagi melihat wajah palsunya itu. Aku ingin memiliki keluarga yang lengkap seperti temanku yang lainnya." Bryan terus memanjatkan doa dengan butiran yang terus meluruh membasahi wajahnya.
Davina berangkat tergesa tanpa tahu doa yang di panjatkan oleh putranya itu kemungkinan besar akan terkabul.
🌷🌷🌷
"Bagaimana Nit, apa semuanya sudah beres? Kamu sudah mempersiapkannya dengan baik kan?" tanya Davina sembari menunggu kedatangan sang Presdir dari Perusahaan Santika Prima.
"Tenanglah, semua sudah aku persiapkan sebaik mungkin," jawab Nita dengan senyum di wajahnya.
Ya saat ini Davina dan Nita telah berada di perusahaan Santika Prima. Kedatangannya kali ini untuk bertemu langsung dengan sang Presdir untuk menjalin kerja sama yang terlah di sepakati sebelumnya. Perusahaan Santika Prima merupakan perusahaan yang masih terbilang baru di dalam dunia perindustrian. Namun, perubahan itu patut di perhitungkan karena Davina telah mengetahui beberapa butik ternama menjalin kerja sama dengannya. Wanita itu telah memiliki beberapa cabang di kota xxx. Sekarang dia ingin merambat ke dunia industri melalui kerja sama dengan Perusahaan Santika Prima.
"Permisi Nona, Tuan Alfredo segera akan hadir di dalam rapat ini. Saya harap anda telah mempersiapkan presentasi yang terbaik agar dapat menjalin kerja sama dengan perusahaan kami," ucap seorang lelaki yang baru saja datang dalam ruang rapat.
DEG!
Jantung Davina berdegup kencang seolah ingin keluar dari sarangnya. Satu nama itu sukses membuat tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin mulai bercucuran di dahinya, dan jemari tangannya terasa dingin. Sungguh reaksi yang membuatnya menjadi bahan sorotan bagi Nita dan lelaki yang ada di hadapannya.
Padahal sebelumnya Davina tahu betul siapa nama Presdir dari Perusaahan itu. Yang dia ketahui namanya bukanlah Alfredo. Tapi mengapa sekarang berubah? Hal itu menjadi tanda tanya besar bagi Davina ketika mendengar nama yang tidak asing baginya.
"Maaf Pak, tetapi bukankah nama Presiden Direktur Perusahaan Santika Prima adalah Nona Afriyani?" tanya Davina berusaha tenang.
"Oh, maaf sebelumnya kalau kami belum memberitahu sebenarnya. Beberapa bulan lalu perusahaan kami telah bergabung dengan Perusahaan Smith. Jadi tentu saja Tuan Alfred lah yang akan menghadiri rapat hari ini," ucap lelaki itu menjelaskan perihal perusahan tersebut dengan ramah.
Tiba-tiba terdengar bunyi dering telpon dari ponsel Davina. Segera mungkin dia langsung mengambil ponsel itu di dalam tasnya. Wanita cantik itu mengabaikan ucapan lelaki yang ada di hadapannya.
Nama Alfredo yang tadi telah membuatnya terkejut berganti dengan kekhawatiran. Kini pikiran Davina bercabang pada satu hal yang memenuhi isi kepalanya. Bahkan dia telah melupakan nama itu setelah mendapatkan telpon. Sebelum akhirnya Davina meminta ijin karena ada keperluan yang mendesak dan memberitahu bahwa Nita lah yang akan menggantikannya melakukan presentasi hari ini.
Davina pun buru-buru berjalan keluar dari ruangan rapat itu meninggalkan Nita dengan lelaki tersebut. Terlihat jelas kepanikan di raut wajah Davina yang tak bisa dia sembunyikan lagi.
"Hai Boy, mengapa kamu menangis?"
.
.
.
🌷Bersambung🌷
masa dinsuruh pakai baju keramat mau tempur
Heh kamfreeet kamu bener bener yah DAM STUPID BIN IDIOT yg bikin Davina kabur tuh siapa bukanya intropeksi diri malah balagak jadi korban dasar manusia songong,,ajirrrroooo deh lo