Kedua keluarga nya sudah bertemu dan sudah memastikan tanggal pernikahan.Namun siapa sangka,dan tak ada yang bisa menduga.Mempelai wanita beserta keluarga nya meninggalkan resepsi pernikahan yang hanya menunggu beberapa jam lagi dilaksanakan.
Dua hari sebelum nya,calon pengantin mendatangi apartemen pemberian orang tua,namun pihak ketiga dari mereka lebih kuat.Mereka melakukan hal yang se harusnya tidak terjadi.
Yesha kamania jatuh ke dalam hasrat calon suami nya Lucky Yudhasoka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ♍Virgo girL 🥀🌸, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Melemparkan kertas yang ia remas ke dalam tong sampah.Marsha siapa lagi jika bukan dia pelaku nya,wanita itu berharap Yudha meeting tidak membawa istrinya,namun salah. Harapan nya untuk makan malam bersama atau sekedar mengopi di cafe telah sirna.
File yang membuat mereka menunda meeting ternyata ada pada Marsha,wanita itu mengelabui semua nya dan menyelipkan selembar kertas itu di bawah buku pribadinya.
Hal yang sia-sia dan bodoh karena rencana nya gagal.
Shitt!!
Ucap nya keras,di sana tak ada seorang pun. Ia masih di parkiran depan gedung tinggi yang mereka sebut perusahaan. Pintu bagian kemudi terbuka,dan Marsha duduk di sana. Mata nya mengkilat melihat jalanan yang baru lima menit lalu mobil Yudha dan Boy melintasi nya.
"Padahal sudah aku rencana kan susah payah menunggu nya tapi gagal juga." gerutu Marsha.
"Awas saja kau Yesha,aku pasti bisa mengganti kan posisi mu suatu saat nanti ".
Lucu sekali bukan, padahal Yesha diam tak melakukan apapun tapi justru Marsha yang terpancing emosi.
.
.
.
Langit sudah gelap,Yudha dan Yesha masih di luar karena harus menempuh perjalanan tiga puluh menit hingga satu jam jika tidak macet.Gelisah,tentu saja iya.Yesha hanya meninggalkan beberapa botol di lemari pendingin untuk Nindya.Ibu mertua nya sama sekali tidak menelpon untuk meminta kedua nya cepat pulang.Dan Nindya adalah bayi yang sangat pintar,ia tak akan menangis meronta hanya karena telat asi atau tidak ada Yesha di sampingnya.
Lain keadaan Nindya lain pula dengan Yesha,asi nya sudah merembes dan membasahi pakaian nya,dari siang hingga kini ia belum memompa nya lagi.
"Sha,sakit tidak?". Tanya Yudha,ia baru saja kembali dari toko peralatan Ibu dan anak.
"Tidak,aku hanya butuh waktu untuk menyelesaikan nya!". Yesha membuka sedikit kancingnya untuk menyeka air yang sudah kemana-mana.
"Aku bantu!". Yudha yang hendak mendekat mengurungkan diri karena Yesha menatap dan menahan tangan Yudha.
"Aku sud..."
"Tangan mu menyentuh siapa tadi?". Tanya Yesha,Yudha pun mengerutkan kening nya seraya berpikir.
"Kamu bahkan tidak mencuci nya sama sekali,apa seperti itu jika dengan sekretaris?". Sinis Yesha,ia benar-benar melakukan nya sendiri hingga sudah berganti kemeja pun Yudha tak sadar.
Yudha terkekeh,ternyata yang dimaksud bersentuhan dengan siapa adalah dengan Marsha.
Ia tahu sekarang jika Yesha mulai memperhatikan dan mengamati pergerakannya.
Melajukan kembali mobil nya,Yesha bahkan enggan untuk hanya sekedar makan malam di luar berdua,ia rela lapar hanya ingin cepat melihat anak nya.Mobil memasuki blok rumah mereka,melewati rumah Oma,Yesha pun terdiam. Selama rumah itu masih di garis polisi ia tidak kesana dulu sementara.
Blam!
Yudha menutup pintu mobil setelah sampai di didepan rumah nya sendiri,lebih tepat rumah sementara. Ia membukakan pintu bagian Yesha,wanita itu turun dan Yudha meraih tas berisi baju Yesha yang kotor.
Ceklek!
Pintu terbuka dari dalam,siapa lagi jika bukan Ibu mertua nya dengan Nindya di gendongan. Anak bayi itu belum tidur,mata nya bahkan terbelalak,jari jemarinya bergerak selayak nya bayi bermain.
"Mandi dan bersihkan dirimu Yesha,Nindya anteng bersama Ibu". Ucap Leta dan Yesha mengangguk,wanita itu langsung berlari kecil ke atas kamar Yudha.
"Malam sekali Yudh,untuk anak mu tidak rewel!" lagi,ibu Leta bertanya pada Yudha yang baru saja masuk.
"Maaf Bu,tadi kami mampir ke kantor karena ada berkas yang terlupa". Jawab Yudha,ia tersenyum melihat anak nya. Tapi sayang sekali belum bisa menyentuh karena ia masih kotor setelah bertemu banyak orang diluar.
.
.
.
Tengah malam,Yesha sudah tertidur dengan memeluk Nindya. Seperti biasa,ranjang mereka besar,bahkan cukup untuk tiga atau empat orang. Nindya berada di tengah untuk membatasi Yudha dan Yesha,tapi kali ini tidak. Yudha membawa Nindya ke box bayi yang berada tak jauh di sudut ranjang,sama seperti ranjang Yesha di rumah Oma.
Lelaki itu tersenyum melihat Nindya yang sangat anteng,cantik dan lucu.
" Aku juga rindu pada ibumu,maaf ya anak ayah disini dulu sebentar". Ucap Yudha,ia mengusap lirih pipi Nindya.
Tidur berdua dan tak diberi pembatas adalah impian Yudha selama beberapa Minggu ini, Yesha selalu membatasi dan nindya menjadi alat di tengah nya.
Menatap wajah yang sulit untuk di tatap. Yudha tersenyum miring. Mencoba mendekati Yesha dan mengulurkan tangan nya di sela leher,membuat Yesha bergerak semakin maju. Yudha pun terkekeh.
'kenapa Tuhan mendukung seperti ini?'
Yudha menarik pinggang Yesha.
'Kali ini saja Tuhan,apa yang aku lakukan buat lah seperti mimpi bagi istriku'
Harap Yudha di dalam hati nya. Lelaki itu pun mulai memberanikan diri mengusap pipi yang begitu halus,Yesha benar-benar tidur pulas dan tidak bergeming.
Dari pipi bergeser ke bibir,mengawali dengan senyuman,perlahan namun pasti Yudha mendekatkan bibir nya ke bibir Yesha. Hanya mengecup dan ternyata Yesha diam walau sempat merespon. Yudha tak peduli jika Yesha pura-pura tidur atau bahkan sama menikmati,yang ia pikirkan sekarang bagaimana cara nya Yesha tidak berontak saat menyadari Yudha mencuri bibir nya.
Dari lembut ke sebuah decapan,Yudha mulai memasukan lebih dalam bibir nya,lidah nya terjulur ke dalam memeriksa bagian rongga mulut Yesha.
Ehmpfttt...
Yesha merasa seseorang berada di atas nya,tangan nya bergerak ingin menyingkirkan namun Yudha lebih sigap menahan nya,Yesha meronta,dan...
"Aww..." Yudha melepaskan bibir istrinya,ia menatap tajam Yesha.
"Sakit Yesha,kamu menggigit ku". Ucap nya.
Yesha dengan tatapan tajam dan wajah sinis pun mendorong tubuh besar Yudha di atasnya. Wanita itu tersadar dan menarik tubuhnya sendiri hingga bersandar di bantal.
"Tuh kan berdarah". Ucap Yudha lagi,Yesha masih menatap tajam.
Ya memang ada sedikit darah di bibir Yudha,tapi Yesha tidak peduli.
"Apa hanya mencium saja tidak boleh,aku berhak Yesha. Lagi pula kita sud..".
"Stop! Tidak ada di perjanjian,dan aku masih nifas". Sanggah Yesha.
Yudha terkekeh tersenyum semu.
"Lagi-lagi perjanjian,padahal tak ada sedikit pun yang tertulis."
"Sudahlah Yudh,aku tidur di..".
Yesha yang akan beranjak dan pergi dari sana ditarik kembali tangan nya oleh Yudha,hingga ia berhadapan.
"Mau sampai kapan seperti ini,aku suami mu dan kau istriku,Nindya anak kita. Aku akan selalu mencoba meminta jika aku menginginkan,aku tahu kau masih dalam masa nifas,aku sudah meminta maaf tentang semua nya,semua sudah dijelaskan,apa salah keluarga kami terlalu fatal,bahkan kau terkadang tidak ingin berinteraksi sedikit pun dengan kami. Tolong lah Yesha berfikir sedikit,semua pasti mempunyai salah dan kami sedang memperbaiki. Kau tetap disini saja bersama Nindya,biar aku yang tidur di luar!".
Penjelasan Yudha tanpa titik dan koma,tanpa menunggu jawaban Yesha. Ia pun beranjak dari hadapan Yesha dan keluar kamar.
Entah sampai kapan Yesha akan seperti ini,sementara keluarga Yudha sudah sangat berusaha untuk memperbaiki nya.
.
.
.
To be continue