NovelToon NovelToon
Menuju Tenggara

Menuju Tenggara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Karir / Persahabatan / Cinta Murni / Bad Boy
Popularitas:20.6k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Ganesha percaya Tenggara adalah takdir hidupnya. Meski teman-temannya kerap kali mengatakan kepada dirinya untuk sebaiknya menyerah saja, si gadis bersurai legam itu masih tetap teguh dengan pendiriannya untuk mempertahankan cintanya kepada Tenggara. Meski sebetulnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa dia hanya jatuh cinta sendirian.

"Sembilan tahun mah belum apa-apa, gue bisa menunggu dia bahkan seribu tahun lagi." Sebuah statement yang pada akhirnya membuat Ganesha diberikan nama panjang 'Ganesha Tolol Mirella' oleh sang sahabat tercinta.

Kemudian di penghujung hari ketika lelah perlahan singgah di hati, Ganesha mulai ikut bertanya-tanya. Benarkah Tenggara adalah takdir hidupnya? Atau dia hanya sedang menyia-nyiakan masa muda untuk seseorang yang bahkan tidak akan pernah menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 14

Pulang dengan mata sembab dan suara serak parah bukanlah pilihan yang oke untuk diambil. Sebab, abangnya bisa tiba-tiba saja datang, memergoki kondisinya yang amburadul dan berakhir menjadi panik bukan kepalang. Kalau sudah begitu, ujung-ujungnya permbicaraan soal tinggal bersama pasti akan diungkit lagi. Abangnya pasti akan bersikeras membawanya pindah ke apartemen lelaki itu, memaksanya keluar dari rumah yang memuat banyak kenangan tentang keluarga mereka selagi masih utuh.

Ganesha tidak ingin pergi. Dia tidak ingin meninggalkan rumah masa kecil itu, apa pun yang terjadi.

Maka, dengan berat hati, dia meminta Tenggara melajukan mobilnya menuju markas. Meskipun menunjukkan di mana tempat biasa dia kabur dari segala hal-hal menyakitkan kepada lelaki itu bukanlah sesuatu yang cukup bagus untuk dilakukan, Ganesha tidak punya pilihan. Itu lebih baik daripada ketahuan oleh sang abang.

Melewati dua kali belokan, mobil Tenggara tiba di pelataran rumah dua lantai bergaya modern minimalis bercat abu-abu tua. Bagian depannya dipenuhi bunga-bunga aneka macam, tertata rapi di dalam pot-pot kecil dan tampak begitu terawat. Itu kerjaan Selena, gadis itu memang suka berkebun.

Untuk beberapa lama, Tenggara mengambil waktu menelisik setiap sudut di sana. Pandangannya berpendar, otaknya merekam setiap hal yang dia temui dan dengan cepat menyimpannya di dalam memori.

Sementara Ganesha, gadis itu mengambil waktu hening yang ada untuk menenangkan diri sendiri. Sebab di carport yang muat dua mobil di sana, sudah terparkir satu mobil SUV yang dia kenal--milik Kafka.

Menghela napas, dia bergerak pelan meraih handle pintu. Bersiap keluar walaupun dadanya mulai bergemuruh karena tidak menyangka akan menemukan Kafka ada di sini. Dia tidak memperhitungkannya, itu adalah sebuah kecerobohan, harus dia akui.

"Thanks, hati-hati di jalan," ucapnya, tanpa menoleh dan sudah menjejakkan satu kakinya ke tanah.

"Gue ikut," sahut Tenggara dari kursi kemudi. Seatbelt-nya sudah lepas entah sejak kapan. Tangannya pun sudah menyentuh handle, siap melompat keluar.

Ganesha tahu dia bisa menolak. Hanya tinggal bilang tidak, dan selesai. Namun, karena energinya sudah terkuras habis, ia berakhir tidak mengatakan apa pun. Turunlah ia dari mobil, berjalan pelan-pelan menuju markas dengan Tenggara mengekor di belakang.

Mencapai teras, Ganesha berhenti melangkah dan melirik kembali ke arah carport. Mungkin belum terlalu terlambat untuk putar balik. Menginap sehari semalam di hotel bintang lima dekat sini sepertinya bukan ide yang cukup buruk. Mungkin akan membuat abangnya kalang kabut, tapi setidaknya dia bisa memiliki waktu untuk berpikir lebih jernih.

Oke, haruskah dia betulan putar balik sekarang?

"Nesh," Atau mungkin... tidak.

Sudah terlalu terlambat ternyata. Ketika menoleh, Ganesha menemukan Kafka sudah berdiri di ambang pintu dengan sorot mata tajam menatap lurus ke arah Tenggara. Di belakangnya ada Selena. Tangannya memeluk erat lengan Kafka, seolah sedang berusaha mengerem agar lelaki itu tidak menerjang Tenggara saat itu juga.

"Oh, hai." Ganesha mengangkat satu tangannya kikuk. Menunjukkan telapak tangannya kepada Kafka sebagai bentuk pengalihan agar lelaki itu berhenti menguliti Tenggara.

Tak dijawab, tetapi dia cukup bisa bernapas lega saat Kafka memutus kontak mata dengan Tenggara. Sebagai gantinya, lelaki itu berjalan mendekat, meraih pergelangan tangannya dan menariknya mendekat. Kini, dia bergabung dengan Selena. Berdiri di sisi kanan dan kiri, seperti dua selir yang mengekor sang raja ke mana ia pergi.

"Makasih udah anterin Ganesha pulang, lo boleh pergi sekarang." Kafka berucap dingin. Tatapannya lagi-lagi menggelap. Ini seperti adegan pertemuan dua musuh bebuyutan. Seakan tidak ada pula apa pun hal di dunia yang bisa membuat mereka berbaikan.

"Boleh gue masuk sebentar?"

"Nggak," jawabnya tegas. "Nggak ada kepentingan juga gue rasa."

Tenggara melirik ke arah Ganesha, kemudian mengembuskan napas pelan. "Okay, then," ucapnya, menarik langkah mundur.

Sebelum benar-benar pergi, dia berucap lagi, kali ini dengan tatapan yang tertuju lurus ke arah Ganesha seolah tidak peduli ada siapa di sekitar mereka. "Call me if you need something. I'll come to you in the count of 30." Lalu dia bergerak undur diri. Langkahnya mantap, kepalanya tak menoleh barang sedikit dan dia terus melaju sampai tubuhnya masuk kembali ke dalam mobil.

Sementara itu, di tempatnya berdiri, Ganesha hanya bisa menyaksikan lelaki yang sudah menolaknya secara terang-terangan itu pergi dengan menggantungkan sebuah harapan menyebalkan.

I'll come to you in the count of 30 itu bukanlah kalimat baru di telinganya. Jauh sekali sebelum ini, sebelum perasaannya tumbuh semakin liar dan tak terkendali, Tenggara sudah sering mengatakannya. Sebuah kalimat yang dulu dia pikir cukup spesial. Cukup menjadi bukti bahwa setidaknya dia adalah bagian dari orang-orang yang lelaki itu pedulikan.

Sampai akhirnya kenyataan menamparnya begitu keras. Menjelaskan kepada dirinya bahwa, Tenggara memang begitu. Dia peduli pada banyak orang. Dan sebaris kalimat itu bukanlah apa-apa, sebab ia akan selalu ada untuk siapa pun yang membutuhkannya.

Ganesha lupa bahwa Tenggara yang dia gilai adalah seorang social butterfly. Dia lupa bahwa, selain seseorang yang menakjubkan, Tenggara juga adalah Sang Megabintang--terlalu jauh untuk dia dapatkan.

...°°°°°°°°°°°°...

Lepas magrib, hujan tiba-tiba turun. Guntur menggelegar, angin kencang menyapu pohon-pohon di sekitar markas hingga membuat dedaunannya terbang memenuhi teras. Beberapa ranting yang rapuh turut jatuh, tersapu cukup jauh hingga mental mengenai kaca jendela lantai dua, di mana Ganesha sedang meringkuk di atas sofa berbalut selimut bulu cokelat tua.

Teman-temannya ada di ruangan yang sama. Kafka menggenjreng gitar untuk mengiringi nyanyian yang tidak pernah selesai dari bait pertama sampai akhir, sedangkan Selena duduk manis di sudut ruangan membaca novel Pembunuhan di Nihonbashi karya Keigo Higashino.

Masing-masing dari mereka memiliki secangkir cokelat panas yang masih mengepulkan asap. Selena yang membuatkannya sesaat setelah gerimis turun tipis-tipis. Mungkin, gadis itu sudah tahu bahwa gerimis tipis itu akan berubah menjadi badai dalam waktu dekat dan mereka butuh sesuatu yang hangat.

Genjrengan gitar Kafka masih terus berlangsung meskipun melodinya beberapa kali terdengar salah. Suara beratnya pun selalu kalah dengan gelegar petir yang menyambar tanpa henti.

Sementara dari pojok ruangan, suara halaman buku yang dibalik seperti membangun dimensinya sendiri. Aneh tapi ajaib, sebab di antara gemuruh suara yang tumpang-tindih, malah hanya suara itu yang terdengar jelas di telinga Ganesha.

Pada akhirnya, suara itulah yang membuat Ganesha memiliki minat untuk bangkit dari posisi rebahnya. Bersama selimut yang dipeluk erat-erat menutupi seluruh tubuh, dia duduk menghadap ke arah sahabatnya itu. Memandangnya cukup serius sampai yang bersangkutan sadar dan menjeda sejenak kegiatannya membaca.

"Kenapa? Butuh sesuatu?" Ganesha langsung menggeleng.

Dia baru mengerti sekarang, kenapa suara halaman yang dibalik menjadi sesuatu yang cukup menarik perhatiannya. Rupanya, itu terdengar seperti backsound untuk potongan ingatan yang silih berganti di kepalanya. Karena ketika Selena berhenti membalik, berhenti pula roll ingatan itu.

Sialnya, ia berhenti pada potongan yang tidak tepat. Sebuah adegan yang di satu sisi menyenangkan, tetapi di sisi lain membuat Ganesha serasa ingin menenggelamkan diri di Palung Mariana seketika itu juga.

Wajah Tenggara berada dekat sekali dengannya. Terus mendekat sampai dia bisa membaui dengan jelas parfum lelaki itu yang tidak pernah diganti selama bertahun-tahun lamanya.

Terus dekat, semakin dekat, sampai semuanya menjadi gelap. Bukan karena dia pingsan, melainkan kelopak matanya yang tertutup perlahan seiring dengan mendaratnya sebuah kecupan di bibirnya yang meracau tanpa henti.

Oh, tidak, bukan hanya kecupan. Itu adalah sebuah ciuman.

CIUMAN PERTAMANYA!

Jadi, Tenggara menolaknya dengan sangat tidak manusiawi setelah mencuri ciuman pertamanya, di saat dirinya sedang tidak sadar? SOPANKAH DIA BEGITU?!

"ANJING!"

Gitar di tangan Kafka merosot tanpa permisi, jatuh bergelimpangan di lantai menimbulkan bunyi gedebuk yang nyaring. Hal yang sama terjadi pada buku milik Selena. Benda itu terlepas dari genggaman, halamannya terbolak-balik tak keruan sebelum akhirnya tertutup dan semuanya buyar--Selena lupa dia sudah membaca sampai mana.

"Apaan, sih? Kenapa?!" seru Kafka. Mendadak panik melihat raut wajah Ganesha yang seperti baru saja menerima kabar duka.

"Kenapa, Nesh?" Selena berderap mendekat, menyentuh kedua bahu Ganesha dengan sorot mata khawatir yang sama. "Ada apa?"

Sudah membuat kedua temannya heboh, Ganesha malah terus bungkam. Ia melamun, merasa seperti nyawanya sudah ada di ubun-ubun.

"Bajingan...." geramnya.

Mendengar itu, Kafka dan Selena saling pandang. Mencoba saling menerka, dan berakhir menggeleng bersama-sama karena tidak berhasil menemukan jawabannya.

"Kunaon maneh? Kesambet maung?" celetuk Kafka.

"Cicing sia!" semprot Ganesha. Praktis, Kafka melongo di tempat. Baru kali ini dia disemprot oleh Ganesha. Biasanya kan, dia yang rajin sekali menyemprot gadis itu karena ketololannya.

Selama beberapa saat, keadaan menjadi canggung. Mereka tidak saling bicara. Gelegar petir yang menyambar sambung-menyambung terdengar provokatif. Seperti genderang perang yang tertabuh dahsyat agar mereka saling teriak. Saling maki dan berujung ribut tiada henti.

Untungnya, itu tidak terjadi. Masing-masing dari mereka menyimpan sebuah rahasia yang belum siap untuk diungkap kepada satu sama lain. Jadi sebagai gantinya, mereka berusaha keras menekan ego untuk tidak memulai perkelahian. Sebuah bentuk pencegahan agar tidak keluar kata-kata mencurigakan yang berakhir membuat mereka harus membuka rahasia dengan cara memalukan.

Ganesha menjadi yang pertama buka suara lagi, mengingat dirinyalah yang berteriak dan membuat suasana menjadi aneh.

Setelah berdeham kuat-kuat, dia beringsut memosisikan diri di center. Ditatapnya Kafka dan Selena bergantian, serius sekali. Seperti mereka sedang berada dalam sebuah pertemuan rahasia untuk membahas pertahanan negara.

"Gue mau nanya, tolong kalian jawab jujur," ujarnya pelan, nyaris seperti berbisik.

Kafka dan Selena saling pandang lagi, kemudian mengangguk secara serempak.

"Siapa yang ngasih tahu Tenggara kalau gue ada di Red Devil semalam?"

Mendadak, ketegangan merayapi. Saling pandang terjadi lagi, tetapi kali ini berisi adegan saling tuduh dan curiga.

"Siapa.yang.ngasih.tahu.Tenggara?" Pertanyaan diulang, dengan lebih banyak penekanan.

Di saat itulah, pertemanan mereka lagi-lagi diuji. Apakah kebohongan akan menyelamatkan mereka dari kehancuran? Atau lebih baik jujur saja, meskipun risikonya adalah separuh bagian dari bumi akan hancur berkeping-keping?

Bersambung....

1
Zenun
Siapa tuh namanya😄. Penisirin lah
nowitsrain: Sini aku bisikin..
total 1 replies
Zenun
Ya tetep aja Ganesha gak sampai hati Tengg bonyok😄
nowitsrain: Yaa begitulah cingta
total 1 replies
Dewi Payang
Para memang kesalnya si Kafka ke Tenggara😂
nowitsrain: Dendam kesumat dia 😂
total 1 replies
Dewi Payang
Ga senggol donk si Kafka, apa dia masih punya tenaga buat marahi lo😅
nowitsrain: Lelahh menghadapi para gadis
total 1 replies
Dewi Payang
Biarin lecet, tar beli lagi ya Ga, yang pening bisa ikut nginap😂
Weh, Kafka jengkel setengah mampus inu😅
nowitsrain: Wkwk iyaa..

Dikit lagi makan orok tuh si Kafka
total 1 replies
Dewi Payang
Ampun dijay😂
nowitsrain: 😂😂 marah-marah mulu si Kafka yak
total 1 replies
Dewi Payang
Ini maah Kafka cari ribut😅
nowitsrain: Emang pecinta keributan kan
total 1 replies
Dewi Payang
Kafka dilawan😅
nowitsrain: /Joyful//Joyful/
total 1 replies
Zenun
mamam tuh Tengg. Puas banget dibalikin begitu
nowitsrain: /Joyful//Joyful/
total 1 replies
Zenun
ngapa emang? suka-suka dia atuh😁
nowitsrain: Aga: ih kan aku cemburu
total 1 replies
Zenun
Nanti kalo lo balik lagi ke tengg, tu laki bakal ngulur lagi. Caya dah
nowitsrain: Yee khan
total 1 replies
Zenun
dengerin tuh baik-baik ya
nowitsrain: Au deh kupingnya kebuka apa enggak tu
total 1 replies
Zenun
kenapa kafka gak ditengah aja
nowitsrain: Mabok dia kalau di tengah
total 1 replies
Dewi Payang
Gwe suke gaya lo Kaf😅
Dewi Payang: Ya ampyun, tapi kali ini lo memang keren👍🏻👍🏻
nowitsrain: Kafka: Harus suka, lah, kan gue keren 😎
total 2 replies
Dewi Payang
Wih... kaya bapaknya Nesha aja🤭
Dewi Payang: Kaya begitu😅😅
nowitsrain: Iya ya, bapak kandungnya aja au deh tuh ke mana wkwk mungkin Tuhan kirim Kafka emang biar jadi sosok yang menggantikan peran bapaknya
total 2 replies
Dewi Payang
Lasaiiiinnnn......
Dewi Payang: 😂😂😂😂😂
nowitsrain: Kasian kasian kasiann
total 2 replies
Dewi Payang
Cakiiiiiit ya Ga.....
nowitsrain: Biar tau rasaaaaa. Itu mah belum seberapa
total 1 replies
Dewi Payang
Tak lama, fans gak lagi segalanya....
nowitsrain: Betulllll
total 1 replies
Dewi Payang
Wkwk😄
Dewi Payang
Bagus lo nyadar
Dewi Payang: Rasanya pengen hajar si Tenggara klo kumat² lagi🤭
nowitsrain: Kalau lagi sadar ya sadar, kalau kumat ya bikin orang lain naik darah
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!