Ketulusan Hati Pengantin Pengganti

Alana langsung meninggalkan tempat itu dengan wajahnya yang masih tampak schok dan sejak tadi bahkan masih menutup mulutnya.

Brukkk

Karena tidak fokus membuat Alana menabrak tubuh besar yang tak lain ternyata itu adalah Raymond.

"Alana kamu apa-apaan sih!" kesal Raymond dengan tingkah laku istrinya itu.

Suara nafas Alana naik turun dan struk panik dengan kehadiran Raymond.

Alana yang terlihat tidak tenang menoleh ke belakang yang seperti mengkhawatirkan sesuatu.

"Alana aku sedang bicara padamu!" tegas Raymond semakin kesal.

"Ayo kita pergi!" ajak Alana dengan cepat yang langsung mendorong tubuh tegap itu yang membuat Raymond justru semakin bingung.

"Apa-apaan sih kamu Alana?" tanya Raymond kesal.

"Ayo pergi dari sini!" Alana menarik paksa tangan Raymond dan Raymond tidak memiliki pilihan yang akhirnya mengikuti Alana, kalau dia tidak tahu apa tujuan istrinya itu sebenarnya.

Akhirnya Raymond dan Alana kembali berada di dalam mobil. Nafas Alana masih terlihat naik turun dengan wajahnya yang masih sangat schok dan sementara Raymond terlihat jelas begitu kesal.

"Kamu itu apa-apaan tadi hah! Aku menunggu kamu begitu lama dan tiba-tiba saja kamu menabrak ku dan menarik ku seperti ini. Apa sekarang kamu sudah mulai merasa berkuasa yang bisa memerintahku seenaknya hah!" ucap Raymond dengan mulutnya yang tidak pernah berhenti merocos.

"Apa dia dia tidak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya?" batin Alana melihat sendu ke arah suaminya itu.

"Aku bicara denganmu Alana apa kau sudah mulai bisu hah! Kau malah melihatku seperti itu dan jawablah pertanyaanku!" tegas Raymond yang semakin kesal.

"Aku minta maaf, aku tadi mendadak panik dan tidak bermaksud untuk melakukan hal itu," jawab Alana.

"Kau yang bener sangat menyebalkan, sudah syukur aku mau mengantarmu ke rumah sakit dan kau sekarang membuatku begitu kesal," umpat Raymond.

Alana tidak menanggapi ocehan suaminya itu. Raymond yang masih dipenuhi dengan kekesalan menarik gas mobilnya dan Alana sejak tadi selalu melihatnya dengan penuh rasa penasaran apakah Raymond mengetahui hubungan Lastri dengan dokter yang tak lain adalah dokter ibunya dan atau justru Raymond mengetahui hal itu.

"Apa jangan-jangan Ini alasan Mama. Kenapa Mama begitu sangat santai dengan pengkhianatan yang dilakukan Papa dengan banyak wanita. Mama seolah cuek dan hanya mementingkan nama baik keluarga tanpa peduli bagaimana perasaannya dan ternyata dia juga melakukan hal yang sama," batin Alana yang terus memikirkan hal itu.

"Lalu bagaimana dengan Raymond? benarkah dia tidak tahu sama sekali dan bagaimana jika dia mengetahui bahwa ibunya yang selama ini dia bela juga melakukan hal itu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hatinya," Alana terus bergerutu di dalam hatinya yang sangat kasihan kepada Raymond.

"Mau sampai kapan kau terus melihatku?" tanya Raymond menatap lurus ke depan yang pasti menyadari bahwa Alana sejak tadi memperhatikannya.

Alana menelan salivanya yang mengalihkan pandangannya menatap lurus ke depan.

"Kau jangan-jangan sudah menyukaiku?" tanya Raymond dengan rasa percaya diri.

Alana tidak menanggapi sama sekali, ekspresinya masih tetap sama ada kekhawatiran di wajahnya yang membuat Raymond akhirnya menoleh ke arahnya.

"Ada apa sebenarnya dengan wanita ini? Apa dia sebenarnya tidak mendengarkan apa yang aku katakan? Kenapa sejak tadi wajahnya terlihat panik seperti itu?" batin Raymond yang penasaran dengan Alana.

Tiba-tiba saja mobil itu berhenti di pinggir jalan yang membuat Alana heran.

"Kenapa berhenti?" tanya Alana.

"Karena menunggumu di dalam mobil dan membuatku kesal jadi membuat perutku keroncongan. Aku ingin makan," jawab Raymond.

Alana menoleh ke arah luar jendela yang mana memang tempat pemberhentian mobil itu di depan salah satu Restoran yang tidak terlalu besar.

Raymond yang tampak membuka sabuk pengamannya dan ketika dia ingin membuka pintu mobil menoleh ke arah Alana.

"Kau masih tetap berada di mobil ini?" tanya Raymond.

Alana yang diam dan sepertinya dia tidak mendengarkan perkataan Raymond.

Tin-tin-tin-tin-tin-tin-tin-tin-tin.

Alana kaget mendengarkan suara klakson yang dibunyikan oleh Raymond.

"Aku sejak tadi bicara padamu, tetapi kau malah bengong!" kesal Raymond semakin emosi pada Alana.

"Maaf!" ucap Alana.

"Alana setiap hari kau itu sangat menyebalkan dan hari ini kau lebih menyebalkan lagi!" tegas Raymond.

"Maaf!" Alana kembali meminta maaf.

"Aku benar-benar tidak mood karena kau!" kesal Raymond yang tidak jadi keluar mobil dan dia kembali duduk di bangkunya dengan memijat kepalanya yang terlihat terasa begitu berat.

"Kamu tidak jadi makan?" tanya Alana dengan sangat lembut.

Raymond diam, dia sepertinya sangat capek menghadapi Alana yang membuatnya lebih baik tidak berbicara.

Alana menghela nafas melihat Raymond yang sudah mulai ngambek. Pria dingin kalau ngambek tampaknya ternyata lumayan lucu.

Sekarang Alana harus berdiam di mobil dengan Raymond yang tidak melajukan mobil sama sekali, dia juga tidak jadi memasuki Restaurant itu.

Tidak terasa cukup lama juga Alana dan Raymond berada di depan Restaurant tersebut dan bahkan restoran itu sudah tutup.

Alana sudah mulai gelisah dan sebentar melihat ke arah Raymond yang hanya sejak tadi bermain ponsel, dia benar-benar sangat gabut yang bermain game.

"Apa kita akan sampai pagi di sini?" tanya Alana mulai jenuh.

Alana tidak mendapatkan jawaban apapun.

"Ya, Allah aku tadi benar-benar tidak fokus karena benar-benar kaget melihat Mama bersama dengan Dokter Firman yang berpelukan, aku sampai mengabaikan suamiku. Sekarang dia membalas ku dengan tetap diam dan tidak menjawab pertanyaanku," batin Alana yang merasa bersalah kepada Raymond.

"Raymond..." Alana menegur dengan sangat lembut dan bahkan tangannya berani memegang lengan Raymond yang membuat Raymond menoleh ke arahnya.

Alana kesulitan menelan ludah saat mendapatkan tatapan penuh amarah itu.

"Maaf!" Alana langsung menarik tangannya.

"Aku hanya ingin bertanya apa kita akan tetap di sini?" tanya Alana.

"Kenapa jika iya?" tanya Raymond.

"Tapi ini sudah malam dan aku lapar," ucap Alana memegang perutnya yang memang rasa lapar itu baru terasa sekarang.

Mendengarnya membuat Raymond mendengus kasar.

"Jadi sekarang kamu baru terasa lapar hah! sejak tadi mulutku berbusa mengajakmu bicara dan kau malah bengong seperti ayam potong!" Raymond kembali mengoceh dan Alana lebih baik diam.

"Sekarang tahu rasa sendiri, lihat Restaurant sudah tutup dan apa kau pikir akan ada Restaurant di depan lagi hah!" kesal Raymond.

"Jika perutmu lapar maka cari makan sendiri. Aku tidak akan melajukan mobil ini sebelum aku perutku juga terisi dan kau pikir sendiri bagaimana caranya!" tegas Raymond.

Alana melihat lurus ke depan dan dia melihat ada gerobak kaki lima yang sepertinya menjual makanan

"Baiklah! kalau begitu aku akan mencari makanan," ucap Alana yang membuka sabuk pengamannya.

"Mau kemana kau?" tanya Raymond ketika melihat istrinya itu membuka pintu mobil.

"Mencari makanan! bukankah karena aku mengabaikanmu membuat kamu marah dan memberikan hukuman agar aku mencari makanan. Aku akan mencarinya dan tidak tak jauh jauh dari sini," jawab Alana yang tidak masalah sama sekali melakukan hal itu.

Alana juga langsung keluar dari mobil yang membuat Raymond mengerutkan dahi melihat istrinya itu berjalan lurus ke depan.

"Apa yang akan dia lakukan? Apa dia akan mendapatkan makanan yang aku mau? Tapi dia memang bisa hidup di hutan dan isi kepalanya pasti ada saja," ucap Raymond yang tidak perlu meragukan hal itu.

Bersambung.......