Nayla sebenarnya gadis biasa saja,diusianya yang hampir kepala 3 Nayla masih hidup sendiri,tidak seperti teman-temannya yang sudah pada berkeluarga.
Karna hampir putus asa kedua orang tua Nayla berniat untuk membawa Nayla ke "G" untuk berobat ke orang pintar.
Entah kenapa sepulangnya Nayla dari kota "G" dia sering mengalami hal-hal aneh,sejak itu kehidupan Nayla tidal nyaman asa saja hal-hal aneh yang mengusiknya.
Bagaimana kehidupan Nayla selanjutnya,akan kah dia bertemu jodohnya ?
Penasarankan?Simak aja kisahnya disini,
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Maelani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Aku jadi begitu kesal dengan diriku sendiri aku ingin menjadi aku yang dulu yang tak bisa melihat sesuatu yang ghoib aku ingin menjadi manusia yang biasa saja tanpa mempunyai kelebihan dalam hal seperti itu.
Semenjak kejadian itu aku merasa takut jika sendiri di kontarakan alhasil jika kedua temanku pas shifnya berbarengan aku pun lebih memilih lembur atau sekedar jalan-jalan atau main ke kontrakan temanku yang lainnya asalkan tidak sendirian dikontrakanku.
Seperti saat ini kedua temanku masih berada di pt sedangkan aku lebih memilih jalan-jalan sendiri di mall yang berada tak jauh dari kontrakanku sambil menunggu kedua temanku pulang.
aku pun sudah mengirimi fety dan nining pesan jika sudah dirumah kabari aku.
ketika sedang asik melihat-lihat pulpen disebuah toko buku tanpa sengaja mataku melihat dua orang pria yang tak asing buatku mereka adalah Nanang dan aji teman kempingku dulu.
aku pun menghampiri mereka dan menepuk bahu aji dengan lumayan kencang
Nampak wajahnya sedikit memerah ingin marah namun ketika melihat wajahku dia langsung tersenyum.
"elo Nay...tuh tenaga kuli jangan dipake kenapa kalo mau negor orang"ucapnya sambil tersenyum
"ya..maaf babang,kekencengan yah nepoknya" tanyaku polos tanpa dosa.
"ih..udah jangan debat,sendirian loe Nay?"tanya mas Nanang dengan senyum manisnya.
entah kenapa hatiku begitu senang melihat senyum mas nanang lagi, dulu aku memang begitu suka dengan mas Nanang tampangnya sih imut dengan rambut ikal dan gondrong dan tubuh tinggi namun tidak begitu berisi.
"kok gak gondrong lagi mas?" tanyaku karena grogi diliatin terus oleh kedua cowo didepanku
"udah tua Nay masa mau gondrong melulu"jawabnya sambil memasukan tangannya kedalam sweter yang ia pakai
"kita makan dulu yuk laper nih"ajak mas aji lalu kami pun menuju salah satu restoran cepat saji
saat sedang asik menikmati makanan yang tersaji didepanku tiba-tiba ponselku berbunyi ternyata Nining memberi kabar kalau dia dan fety sudah berada dirumah.
setelah selesai makan aku pun pamit pulang duluan berhubung mereka membawa motor aku pun akhirnya naik angkot.
setelah menunggu lama namun angkot yang ku tunggu tak kunjung datang akhirnya aku pun berjalan kaki sampai lampu merah.
entah kenapa suasana jalan malam itu terasa sepi aku pun mempercepat langkah kakiku.
jalan yang sepi ditambah lampu jalan yang jaraknya berjauhan membuat malam terasa begitu menakutkan buatku
"kenapa juga aku gak sabaran nunggu angkot yah kalau tau sepi gini manding nunggu disana deh" sesalku
saat aku melewati sebuah halte aku bisa bernafas lega disana ku lihat ada seorang wanita yang sedang duduk sambil menunduk dan kebetulan jika sudah di halte itu tandanya lampu merah yang kutuju sudah tak jauh.
karena lelah akhirnya aku pun berhenti sebentar dihalte untuk istirahat.
aku duduk tak jauh dari wanita itu
aku pun mengeluarkan botol minum lalu meneguk isinya.
"lagi nunggu angkot berapa mbak"tanyaku sok akrab pada wanita disebelahku
namun wanita itu tak menjawab dia masih saja tertunduk
"mbak kerja di pt.... " tanyaku lagi namun lagi lagi tak mendapat jawaban
aku pun menarik nafas panjang sedikit kesal karena merasa dicuekin
setelah kurasa lelahku berkurang aku pun berdiri hendak melanjutkan perjalananku yang hanya tinggal beberapa meter lagi
"duluan ya mbak"ucapku pada wanita disampingku walupun aku tahu pasti tidak akan dijawab
saat aku hendak melangkahkan kaki tiba-tiba aku mendengar suara tangisan wanita aku pun tak jadi melangkah aku menatap wanita dihalte itu masih tertunduk dengan rambut yang menutupi wajahnya
aku pun memberanikan diri untuk mendekat dan memastikan suara tangisan itu dari wanita itu atau bukan
"mbak kenapa kok nangis" tanyaku prihatin
namun lagi-lagi tak dijawab hanya suara tangisannya terdengar sangat memilukan dan tiba-tiba bulu ditengkukku dan bulu halus ditanganku juga ikut berdiri
entah kenapa aku langsung berpikiran kalau wanita di depanku ini bukanlah manusia saat aku hendak pergi ia mengangkat wajahnya dan ternyata benar dugaanku wanita itu berwajah polos rata tak ada mata,tak ada hidung dan tak ada mulut
"ha....ha.....hantu" teriakku sambil berlari kencang menuju lampu merah.
mungkin saking kencangnya aku berlari ketika dilampu merah aku tak bisa menghentikan langkah kakiku hingga aku menabrak seorang pria yang sedang berdiri didekat tiang lampu merah
kami pun jatuh bersamaan dan beberapa pasang mata yang berada disana langsung melihat kearah kami
"ma...maaf mas aku gak sengaja" ucapku malu sambil menahan perih ditanganku yang sepertinya lecet terkena aspal.
"iya..gak apa-apa"ucap pria itu sambil berdiri
"sekali lagi maaf ya mas"ucapku masih dengan rasa penyesalan karena telag melukai orang
"iya gak apa-apa mbak" jawab pria itu sambil sedikit menepi agar tak menghalangi orang yang hendak menyebrang.
kami pun berkenalan dan ketika kulihat jam sudah menunjukan pukul 21.10 aku pun pamit
Aa adit nay
Makasih