Menikah dulu... Cinta belakangan...
Apakah ini cinta? Atau hanya kebutuhan?
Rasa sakit dan kecewa yang Rea Ravena rasakan terhadap kekasihnya justru membuat ia memilih untuk menerima lamaran dari seorang pria buta yang memiliki usia jauh lebih tua darinya.
Kai Rylan. Pria buta yang menjadi target dari keserakahan Alec Maverick, pria yang menjadi kekasih Rea.
Kebenaran tanpa sengaja yang Rea dengar bahwa Kai adalah paman dari Alec, serta rencana yang Alec susun untuk Kai, membuat Rea menerima lamaran itu untuk membalik keadaan.
Disaat Rea menganggap pernikahan itu hanyalah sebuah kebutuhan hatinya untuk menyembuhkan luka, Kai justru mengikis luka itu dengan cinta yang Kai miliki, hingga rahasia di balik pernikahan itu terungkap.
Bisakah Rea mencintai Kai? Akankah pernikahan itu bertahan ketika rahasia itu terungkap? Apa yang akan terjadi jika Alec tidak melepaskan Rea begitu saja, dan ingin menarik Rea kembali?
Ikuti kisah mereka....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Memilih Memahami
"Ikuti istriku ke mana pun dia pergi!"
Satu kalimat perintah itu praktis membuat Jim menoleh ke arah atasannya, menemukan wajah yang semula hanya terlihat datar kini berubah serius. Jemari tangan Kai mengetuk meja dengan gerakan teratur, menghasilkan melodi yang mewakili kegelisahan hatinya.
"Anda hanya perlu membuka ponsel Anda jika hanya ingin mengetahui kemana istri Anda pergi. Saya sudah meletakkan gps pada mobil yang Anda berikan kepada istri Anda, dan itu terhubung dengan ponsel Anda," jawab Jim.
Kai menoleh cepat, tersenyum puas dengan apa yang sudah Jim lakukan, tetapi keberatan dengan perlakuan yang Jim tunjukkan terhadap istrinya.
"Dia sekarang adalah istriku, Jim," tegur Kai.
"Saya akan bersikap lebih baik untuk kedepannya, Tuan," sahut Jim menundukkan kepala.
"Tapi, bukan berarti saya menurunkan kewaspadaan saya terhadap istri Anda. Bukan mustahil pernikahan yang dia terima dari Anda hanya untuk membuat Anda menuruti apa yang istri Anda inginkan,"
"Nyatanya, dia tidak memberikan perjanjian apapun padaku bukan?" sambut Kai.
"Apakah Anda ingin saya memasang penyadap di ponsel Nyonya Rea, Tuan?" tanya Jim mengalihkan topik pembicaraan.
"Ya," Kai menjawab singkat.
"Baik. Saya segera kembali," sahut Jim kembali menundukkan kepala dan berbalik pergi.
Kai tersenyum tipis, menatap punggung asistennya sebelum pria berkacamata itu menghilang di balik pintu. Pria yang hanya berusia sedikit lebih muda darinya, tetapi selalu bergerak lebih cepat bahkan sebelum ia memberikan perintah, memiliki kemampuan serta kecerdasan luar biasa yang membuat Kai merasa sangat bersyukur ada sosok Jim berada di pihaknya.
Jim membawa langkahnya menuju kamar atasannya, mengetuk pelan pintu itu, lalu menunggu sampai pintu kamar dibuka.
"Asisten Jim? Ada apa?" Rea bertanya begitu ia membuka pintu, mengerutkan kening.
"Mohon maaf jika saya mengganggu waktu Anda," Jim berkata sopan, bahkan menundukkan kepala sebelum ia berbicara,
"Tuan meminta saya untuk memasukkan nomor pribadi saya ke ponsel Anda untuk berjaga-jaga jika Anda membutuhkan saya,"
"Bukankah nomor Paman saja sudah cukup?" Rea balas bertanya, sedikit keberatan.
"Jika Anda menolak, saya hanya perlu menyampaikan penolakan Anda kepada Tuan," sambut Jim tanpa menghilangkan wajah datarnya.
Rea menghela napas panjang, merasa sikap Jim padanya bukan lagi sebuah permintaan, melainkan ancaman dengan menggunakan nama suaminya, nama yang menjadi kelemahan Rea tanpa ia sadari.
"Tidak perlu! Tunggu sebentar," sahut Rea.
Rea berbalik, mengambil ponsel yang masih tergeletak di atas nakas dan memberikan poselnya pada Jim tanpa mencurigai apa yang Jim lakukan pada ponselnya ketika pria berkacamata itu mengetik nomor ponsel pribadinya untuk ia simpan di ponsel Rea.
"Terima kasih, Nyonya," ucap Jim seraya mengembalikan ponsel pada pemiliknya.
"Anda bisa menghubungi saya jika Anda membutuhkan sesuatu," imbuhnya.
Rea hanya mengangguk, menyimpan ponselnya ke dalam saku celana tanpa mengalihkan pandangan dari Jim yang kembali ke ruang kerja suaminya, lalu menaikkan bahu dan berbalik masuk ke dalam kamar untuk mengambil tas serta topi yang akan ia kenakan siang itu sebelum pergi meninggalkan mansion.
Sementara itu, di dalam ruang kerja Kai, pria itu menunggu dengan tenang saat Jim masih sibuk dengan ponselnya setelah beberapa saat lalu berhasil menanamkan sebuah fitur penyadap di ponsel Rea.
Semua aktivitas Rea dalam menggnakan ponsel, kini dapat Jim ketahui dengan mudah, hingga ia menemukan panggilan terakhir pagi ini.
"Nyonya Rea memblokir nomor Alec, Tuan. Banyak pesan dari Alec yang sudah dihapus. Semua foto Nyonya bersama Alec juga saya temukan jejak penghapusan. Tapi, ada panggilan masuk pagi ini dari Nyonya Elise," ungkap Jim.
"Itukah alasan mengapa dia pergi hari ini?" Kai bergumam pelan, memikirkan apa yang diperbincangkan istrinya bersama ibu mertuanya.
"Apakah ada rekaman percakapan yang tertinggal?" tanya Kai.
"Ada, Tuan," sahut Jim seraya kembali berkutat dengan ponsel di tangannya.
Tak berapa lama, Jim memutar rekaman percakapan yang membuat Kai merasakan kekecewaan yang dalam di hatinya ketika kenyataan yang ia dapatkan bahwa yang menghubungi istrinya adalah Alec, bukan ibu mertuanya. Satu tangannya meremat kuat tongkat penuntun yang selalu ia bawa ke mana pun, seakan tongkat itu menjadi penahan baginya untuk tidak meluapkan emosi yang tengah ia rasakan.
"Apakah kau melihat keraguan saat istriku menandatangani dokumennya, Jim?" Kai bertanya lirih.
"Tidak, Tuan. Saya melihat Nyonya Rea membaca isi dokumennya, dan segera menandatanganinya tanpa ragu," jawab Jim.
"Jadi..." Kai menghela napas berat.
"Meski dia sudah menandatangani perjanjian yang aku buat, dia tetap menemui Alec. Apakah sebegitu besarnya istriku mencintai keponakanku?"
Suasana ruangan berubah dingin dalam sekejap. Berbagai kemungkinan mulai memenuhi pikiran Kai meski ia tidak ingin memikirkannya.
"Apakah... Aku yang buta ini tidak bisa benar-benar diterima olehnya? Apa lagi yang harus aku lakukan agar dia benar-benar menerimaku?" Kai berkata lagi, lalu mengusap pelan wajahnya dan menegakkan punggung sembari menggelengkan kepala.
Hatinya kembali menolak jika Rea akan mengkhianatinya. Cara wanita itu berbicara dengannya sudah berbeda. Cara wanita itu menatap dirinya juga berbeda, setidaknya itulah yang hatinya rasakan.
"Anda sudah melakukan semua yang terbaik untuk Nyonya, Tuan. Tapi, Nyonya Rea-lah yang sudah terlalu sering memanfaatkan, Anda,"
Kai kembali menghembuskan napas kasar, lelah dengan pemikiran tak pasti yang terus mengganggu hatinya.
"Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi! Apakah istriku akan berkhianat dariku dengan kembali bersama Alec atau mereka justru merencanakan hal lain terhadapku!" perintah Kai tegas.
"Baik," Jim mengangguk.
Tak menunggu waktu, Jim bergerak cepat dengan menghubungi orang-orang kepercayaannya untuk mengawasi semua pergerakan Rea selain menggunakan ponsel yang bisa digunakan sebagai media penyadap.
Hingga, setelah beberapa lama menunggu, ia mendapatkan laporan bahwa Rea berada di rumah kedua orang tuanya. Akan tetapi, sedang terjadi perdebatan di antara Rea bersama kedua orang tua serta kakak laki-laki Rea dengan membawa nama Kai di dalam perdebatan yang tengah terjadi.
. . . .
. . . .
To be continued...