Menurut Kalian apa itu Cinta? apakah kasih sayang antara manusia? atau suatu perasaan yang sangat besar sehingga tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata?.
Tapi menurut "Dia" Cinta itu suatu perasaan yang berjalan searah dengan Logika, karena tidak semua cinta harus di tunjukan dengan kata-kata, tetapi dengan Menatap teduh Matanya, Memegang tangannya dan bertindak sesuai dengan makna cinta sesungguh nya yang berjalan ke arah yang benar dan Realistis, karena menurutnya Jika kamu mencinta kekasih mu maka "jagalah dia seperti harta berharga, lindungi dia bukan merusaknya".
maka di Novel akan menceritakan bagaimana "Dia" akan membuktikan apa itu cinta versi dirinya, yang di kemas dalam diam penuh plot twist.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNFLWR17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Lain Kenzo
Kenzo yang keluar dari apartemen Vhian langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.
"Awasi Victor Maherson setiap gerak-geriknya," Ucap Kenzo sambil membuka pintu lalu masuk ke mobilnya. Setelah itu, Kenzo pergi dari sana.
Beberapa menit kemudian, Kenzo tiba di rumahnya. Saat dia membuka pintu utama, satu pukulan mendarat tepat di wajahnya.
Bhuukk..!
Kenzo yang menerima pukulan tersebut membuat sudut bibirnya luka. Kenzo mengangkat kepalanya, melihat siapa yang sudah berani memukulnya. Saat dia melihat sang pelaku, Kenzo langsung terdiam.
"Dasar anak kurang ajar, sudah berani kamu ikut campur, haah..!" Bentak Daddy Kenzo, yang penuh dengan amarah.
Kenzo hanya terdiam, tapi dia berdiri tegak dengan melihat tepat ke mata sang Daddy.
"Bilang ke Vhian, agar jangan ikut campur. Jika dia nekat, maka Daddy tidak segan-segan membunuhnya," Ancam Daddy Kenzo.
"Oh ya, jangan berani-berani menyentuh Tiara. Jika saya tahu, maka lihat saja." Daddy Kenzo langsung pergi dari sana, meninggalkan Kenzo dengan tatapan benci yang sangat besar di matanya.
Prok..! Prok..! Prok..!
Suara tepuk tangan terdengar dari ruang keluarga. Kenzo yang mendengar langsung mengalihkan tatapannya ke ruang keluarga, di mana terdapat Victor Maherson yang mendatanginya dengan tepuk tangan, jangan lupa dengan senyum mengejek yang terlihat jelas di wajahnya.
"Ah, anak muda, jangan kira saya tidak tahu dengan rencana kalian. Dan saya peringatkan untuk teman masa kecilmu itu, siapa tadi? Vhian? Suruh dia terus diam, maka seperti Daddy-mu katakan tadi," Ujar Victor Maherson sambil menepuk bahunya, lalu berjalan menuju pintu keluar.
"Eits, saya lupa. Untuk data yang dia curi tadi, tolong dihapus, karena dia sungguh merepotkan. Dan kali ini saya tidak bercanda lagi."
Setelah mengatakan hal itu, Victor Maherson langsung pergi begitu saja, sedangkan Kenzo langsung berjalan menuju kamarnya.
Setelah sampai, Kenzo langsung berjalan ke arah cermin.
"AAHKKK BANGSAT..!"
BRAKK..!
Teriak Kenzo yang langsung meninju cermin di depannya sampai hancur lebur.
Tetes demi tetes darah yang berasal dari tangannya jatuh ke lantai. Kenzo mengangkat kepalanya, melihat ke arah cermin yang sudah pecah, di mana bayangannya sudah terbagi-bagi akibat cermin pecah.
Wajahnya sudah terlihat sangat frustrasi. Dadanya naik turun dengan cepat dan kasar karena baru saja mengeluarkan emosi yang ditahan.
Tapi tidak lama kemudian, ponselnya berdering panggilan masuk. Kenzo langsung mengangkatnya.
"gue ingin ngasih tau bahwa saat ini, Tuan Victor berencana akan mencalonkan diri sebagai presiden."
"Benarkah? Orang licik itu?" Ujar Kenzo yang berjalan menuju kamar mandi.
"Iya, dan saat ini Victor dan Daddy Lo bekerja sama dalam satu aliansi."
Kenzo masih terus mendengar. Kenzo menaruh ponselnya di wastafel lalu menyalakan keran air dan mencuci tangan, membersihkan darah dari lukanya.
"oke, awasi dia terus."
Kenzo langsung mematikan panggilan suara. Dia mengambil tisu lalu mulai mengelap tangannya yang basah secara hati-hati.
Setelah dia keluar kamar mandi, menuju kasur dan membaringkan tubuhnya. Kenzo terus menatap langit-langit kamarnya dengan diam, seakan dia memikirkan sesuatu. Tidak lama kemudian matanya memberat, lalu secara perlahan Kenzo tertidur, membiarkan tangannya terluka tanpa diobati.
Di tempat lain, yaitu masih di apartemen Vhian, dia masih menatap data-data yang dia curi tadi. Ada beberapa yang membuat Vhian terdiam membisu, seakan apa yang baru dia ketahui adalah hal yang sangat besar.
"Siapa dia? Kenapa tidak ditulis dengan nama asli? Kenapa harus inisialnya saja?" Vhian semakin penasaran, karena dia baru saja menemukan bukti tentang perselingkuhan Bunda Alena dan pria misterius.
Yang berarti pria misterius itu adalah ayah biologisnya.
Dia terus memutar video CCTV sebuah apartemen mewah, yang di mana terlihat tiga orang paruh baya berjalan. Satu di antaranya harus digendong bridal style di tengah malam. Wajah mereka semua tidak terlihat, tetapi dia mengenali salah satu di antaranya. Video CCTV ini diambil dari gedung lain yang bersebelahan dengan apartemen itu. Mereka bertiga masuk.
Sekitar hampir dua jam kemudian, terlihat bayangan manusia jatuh dari jendela dari lantai 10. Setelah itu, kameranya secara tiba-tiba mati.
"Bisa-bisanya hal sebesar ini mereka simpan di data perusahaan?" Gumam Vhian, tidak menyangka harus melihat pembunuhan berencana ini.
Dia terus memutar tanpa henti, lalu bunyi panggilan masuk dari seseorang.
"Halo, bro,"
"Maaf ganggu, bro. Lo ingat kan besok ada tugas presentasi? Soalnya lo kan enggak ikut kerjanya ya. Maka dari itu, gue dan teman kelompok lainnya sepakat lo yang membawa materinya besok. Gimana?"
Ujar seseorang yang tidak lain teman kelasnya.
"Sialan, gue lupa tugas kelompok! Sorry, bro, gue seharian tadi sibuk banget sampai lupa. Tapi tenang aja, lo kirim aja materinya, nanti besok gue yang membawa materinya." Kini Vhian kaget bukan main, karena dia lupa mereka memiliki tugas kelompok dan besok harus presentasi.
"Oke, gue kirim materinya. Ingat, jangan bikin kelompok kita dapat nilai rendah ya."
"Oke siap. Sekali lagi maaf ya, bro, gue juga enggak sempat lihat grup." Vhian kali ini meringis tidak enak karena dia melupakan hal ini.
"It's okay."
Akhirnya temannya mematikan panggilan suara itu. Vhian melihat kembali di layar komputernya. Dia menggerakkan mouse-nya lalu membuka satu data aneh.
Dan lagi-lagi, video pembunuhan dan ini bukti yang dicari-cari oleh Alena dan Jevan.
Terdapat beberapa foto, rekaman panggilan suara, maupun rekaman video CCTV di dalam ruangan apartemen.
Vhian, walaupun dia senang mendapat apa yang dicari, tapi di sisi lain, dia speechless melihat sebegitu bejatnya permainan di lingkaran konglomerat.
Pagi pun tiba.
Di tempat Alena, saat ini ia sedang memakan sarapan, sedangkan Ayahnya sedang menonton TV, ditemani oleh secangkir kopi panas di meja dengan beberapa potongan buah yang diberikan oleh Alena.
Ayah Alena sedang menonton berita pagi.
Saat Alena selesai sarapan dan akan berjalan menuju Ayahnya untuk berpamitan ke sekolah.
"Ayah, aku mau ke sekolah. Selamat pagi," Alena menunduk lalu mencium tangan ayah, dan saat dia menegakkan badannya, muncul satu berita tentang politik yang berasal dari TV.
"Selamat pagi pemirsa, berita saat ini datang dari dua pengusaha konglomerat yang dengan penuh tekad maju menuju Pilpres tahun ini. Setelah berbulan-bulan spekulasi, Victor Maherson, salah satu tokoh konglomerat paling berpengaruh, akhirnya mengkonfirmasi bahwa beliau maju ke PILPRES, bersama Ketua Tim Suksesnya yang tidak dapat di percaya, bahwa salah satu pengusaha paling berpengaruh yaitu, Brian Lee. Dan hari ini, mereka akan mengadakan konferensi pers—"
Ayah Alena langsung syok, saat melihat berita yang baru saja dia lihat.
"Wah, kedua orang gila itu masuk politik?" Ucap Ayah Alena, yang tatapannya tidak teralihkan dari TV.
Sedangkan Alena hanya heran, di mana tiba-tiba Victor Maherson dan Daddy-nya Kenzo masuk di dunia politik.
Alena tidak berdiri lama-lama. Dia langsung pergi ke sekolah dengan banyak tanda tanya di kepalanya.
Saat tiba di sekolah, ternyata sudah banyak siswa dan siswi di lingkungan sekolah. Selama perjalanan menuju kelas, Alena mendengar siswa-siswa itu membahas topik tentang Daddy Kenzo masuk ke dunia politik.
Saat dia masuk ke kelasnya, tiba-tiba dia disambut oleh teriakan Dewi.
"SELAMAT PAGI BESTIE GUE YANG CANTIK CETAR MEMBAHANA..!"
Alena langsung terkejut akibat teriakan Dewi.
"ASTAGA DEWI, MASIH PAGI JANGAN DULU TERIAK-TERIAK..!" Balas Alena yang berdiri di depan papan tulis.
"TAPI LO JUGA TERIAK..!"
Tiba-tiba,
"STOP...!" Teriak sang ketua kelas.
Alena dan Dewi mendengar teriakan ketua kelas langsung terdiam.
Alena langsung menuju ke tempat duduk di samping Dewi. Tidak lama kemudian, Nadia datang dengan heboh.
"Woii, kalian sudah tahu soal Daddy-nya Kenzo masuk politik?" Tanya Nadia yang tiba di meja Dewi dan Alena.
"Udah tahu, jadi topik hangat saat ini," Ujar Dewi yang biasa saja.
"Pasti! Kalo Tuan Victor terpilih, pasti Daddy-nya Kenzo bakal jadi salah satu menteri, kalo enggak, jadi Sekretaris Kabinet, ya kan?" Nadia melihat ke arah Alena dengan serius.
"Bisa jadi," Jawab Alena, sedangkan Dewi hanya diam saja tanpa menjawab atau bergabung membahas topik yang sedang hangat saat ini.