Alana tidak pernah menyangka bahwa satu malam di kamar nomor delapan ratus delapan akan menukar seluruh masa depannya dengan penderitaan. Di bawah pengaruh obat yang dicekoki saudara tirinya, dia terjebak dalam pelukan Kenzo Alfarezel, sang penguasa bisnis yang dikenal dingin dan tidak punya hati.
Sebulan kemudian, dua garis merah pada alat tes kehamilan memaksa Alana melarikan diri, namun kekuasaan Kenzo melampaui batas cakrawala. Dia tertangkap di gerbang bandara dan dipaksa menandatangani kontrak pernikahan yang terasa seperti vonis penjara di dalam mansion mewah.
Kenzo hanya menginginkan sang bayi, bukan Alana, tetapi mengapa tatapan pria itu mulai berubah protektif saat musuh mulai berdatangan? Di tengah badai fitnah dan rahasia identitas yang mulai terkuak, Alana harus memilih antara bertahan demi sang buah hati atau pergi meninggalkan pria yang mulai menguasai hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Pria Berbau Maskulin
Alana mulai merasakan mual yang tidak biasa menyerang perutnya tepat saat dia melihat foto dirinya di hotel mulai tersebar di ponselnya. Dia segera berlari menuju wastafel kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi perutnya hingga kerongkongannya terasa sangat perih.
Rasa takut yang luar biasa mencekik dadanya karena dia mengenali sosok pria yang tertangkap kamera sedang bersamanya semalam. Aroma maskulin yang sangat tajam dan pekat seolah masih melekat erat pada setiap helai rambut serta pakaian yang dia kenakan saat ini.
"Siapa pria itu sebenarnya dan kenapa pengaruhnya terasa begitu menyesakkan?" rintih Alana sambil membasuh wajahnya dengan air yang sangat dingin.
Dia mencoba mengingat kembali setiap inci dari wajah tegas yang sempat dia lihat di bawah temaram lampu kamar hotel nomor delapan ratus delapan. Pria itu memiliki rahang yang sangat kokoh dan sepasang mata elang yang mampu melumpuhkan siapa pun hanya dengan satu tatapan tajam.
Tiba-tiba pintu kamar mandi digedor dengan sangat keras dari arah luar oleh ibu tirinya yang memiliki watak sangat angkuh dan licik. Alana segera menghapus air matanya dan berusaha mengatur napas agar tidak terdengar sedang mengalami kepanikan yang luar biasa hebat.
"Keluar sekarang juga dan jelaskan kenapa ada foto memalukanmu sedang masuk ke kamar seorang penguasa bisnis!" teriak Ibu Tiri dengan nada suara yang melengking.
Alana membuka pintu dengan tangan yang masih gemetar hebat dan langsung disambut oleh tatapan mata yang penuh dengan kebencian serta penghinaan. Dia melihat ayahnya sedang berdiri di ruang tamu dengan wajah yang memerah padam karena menahan amarah yang sangat besar.
Ayahnya melemparkan sebuah koran pagi yang memuat berita utama mengenai skandal semalam di gedung hotel paling mewah di pusat kota. Alana jatuh terduduk di lantai sambil meratapi nasibnya yang kini benar-benar telah berada di ujung tanduk akibat ulah saudara tirinya.
"Kau telah mencoreng nama baik keluarga ini dengan cara yang sangat menjijikkan!" bentak Ayah sambil menunjuk wajah Alana dengan telunjuk yang bergetar.
Alana tidak mampu membela diri karena seluruh bukti seolah-olah sedang menyudutkan dirinya sebagai wanita yang sengaja menjajakan diri kepada pria kaya raya. Dia hanya bisa menunduk dalam-dalam sambil merasakan aroma maskulin yang anehnya tiba-tiba tercium kembali dari arah pintu depan rumah mereka yang terbuka lebar.
Seorang pria dengan setelan jas hitam yang sangat mahal melangkah masuk ke dalam rumah dengan aura dominasi yang membuat semua orang terdiam seketika. Pria itu adalah Kenzo Alfarezel yang datang membawa sebuah anting perak yang sangat dikenal oleh Alana sebagai warisan tunggal dari ibu kandungnya.
"Aku datang untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi tanggung jawabku mulai saat ini juga," ucap Kenzo dengan suara bariton yang sangat tenang namun penuh ancaman.
Semua orang di ruangan itu mematung saat Kenzo mendekati Alana lalu mencengkeram lengan wanita itu dengan sangat posesif seolah-olah sedang menandai miliknya. Alana menatap mata Kenzo dan dia menyadari bahwa pria ini adalah iblis berwujud manusia yang akan menyeretnya ke dalam kehidupan yang jauh lebih gelap.
Kenzo tidak melepaskan tatapannya dari wajah pucat Alana sementara tangannya yang besar mulai mengusap lembut pipi wanita itu dengan gerakan yang sangat dingin. Keadaan menjadi semakin mencekam saat Kenzo mengeluarkan sebuah dokumen rahasia yang berisi perintah untuk membawa Alana pergi dari rumah itu selamanya.
