NovelToon NovelToon
Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi / Fantasi Isekai / Time Travel / Sistem / Iblis
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: EGGY ARIYA WINANDA

Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekte Demon Refining 7

Lu Changzu kembali ke Sekte Demon Refining, memasuki Aula Administrasi, dan menyerahkan tugasnya yang "sukses". Tugas utamanya adalah mengumpulkan sepuluh Daun Darah Petir, tetapi ia hanya menyerahkan tujuh daun, berdalih ia harus meninggalkan sisanya untuk mengalihkan perhatian binatang buas tingkat tinggi. Sisanya ia simpan di cincin penyimpanannya. Tetua Chu hanya mendengus, ia tampak terlalu malas untuk memeriksa. Bagaimanapun, Lu Changzu adalah anak didik Chen Xuan; selama ada hasil, itu sudah cukup.

Paviliun Darah Giok, Wilayah Inti Sekte.

Udara di dalam ruang kultivasi pribadi Zhao Yun begitu berat hingga debu pun takut untuk melayang. Dinding-dinding ruangan yang terbuat dari batu giok merah bergetar halus, merespons gejolak Qi yang tidak stabil dari sang pemilik ruangan.

Zhao Yun duduk bersila di tengah kolam darah yang mendidih. Wajahnya pucat, keringat dingin mengalir deras dari dahinya. Ini adalah momen kritis. Dia sedang mencoba memaksa meridian utamanya untuk melebar, mempersiapkan fondasi menuju tingkatan selanjutnya. Namun, hatinya tidak tenang. Inti Binatang Roh Iblis yang dia dapatkan dari pengorbanan Si Gendut Liu di Celah Sempit memang kuat, tapi ada sesuatu yang kurang. Vitalitasnya tidak cukup stabil tanpa 'Akar Darah Mendidih'.

"Sedikit lagi..." desis Zhao Yun, giginya bergemeretuk. "Kenapa bawahanku lama sekali sampai aku butuh akar darah itu..."

BRAK!

Pintu ruang kultivasi yang disegel dengan formasi tingkat tinggi terbuka paksa. Bukan diledakkan, tapi dibuka dengan otoritas mutlak.

Aura King Tahap 3 Akhir menyapu ruangan, memadamkan api lilin spiritual seketika.

Zhao Yun tersentak. Konsentrasinya pecah.

"PUAH!"

Darah segar menyembur dari mulutnya ke kolam darah di bawahnya menjadi lebih merah. Dia memegangi dadanya, napasnya tersengal. Serangan balik kultivasi (Qi Deviation) ringan yang baru saja menghantamnya.

"Siapa yang berani—!" Zhao Yun membuka matanya, pupil vertikalnya menyala dengan niat membunuh. Namun, kata-katanya terhenti di tenggorokan saat melihat siapa yang berdiri di ambang pintu.

"Paman Zhao Shan?" Zhao Yun mendongak dengan mata merah menyala. "Paman... kau hampir membunuhku!"

Di ambang pintu, berdiri seorang pria paruh baya dengan jubah emas bermotif naga—Zhao Shan (kultivator ranah king tahap 3 akhir), seorang Tetua yang juga merupakan paman kandung Zhao Yun. Wajahnya yang biasanya tenang dan penuh perhitungan kini tampak gelap, seperti langit sebelum badai topan.

Di belakangnya, seorang murid pembawa berita berlutut dengan tubuh gemetar hebat, dahinya menempel ke lantai seolah ingin menembus tanah.

"Lupakan kultivasimu sejenak, Yun'er," suara Zhao Shan rendah, namun setiap suku katanya mengandung getaran yang membuat tulang ngilu. "Kita punya masalah yang jauh lebih besar daripada sekadar meridian yang tersumbat."

Zhao Shan melemparkan sebuah benda ke hadapan Zhao Yun. Itu adalah potongan kain merah yang hangus dan berbau asam—potongan jubah pasukannya sendiri.

"Pasukan logistikmu," kata Zhao Shan dingin. "Mereka tidak akan pernah sampai."

Jantung Zhao Yun berdetak kencang. Firasat buruk yang menghantuinya sejak pagi meledak menjadi kenyataan. "Apa maksud paman? Jangan bilang mereka terlambat karena dihadang binatang buas?"

"Mati," potong Zhao Shan. "Semuanya. Di Hutan Kematian Agung. Mayat mereka dibakar hingga menjadi abu, tapi jejak pertarungan tidak bisa sepenuhnya dihapus. Dan yang lebih penting... seluruh muatan Akar Darah Mendidih hilang. Lenyap. Tanpa sisa."

"Mustahil!" Zhao Yun meraung, berdiri dari kolam darah. Auranya meledak liar. "Itu rute rahasia! Siapa yang berani?! Siapa yang punya nyali merampok kelompok Murid Inti Zhao Yun?!"

Zhao Shan menunjuk murid yang berlutut itu. "Katakan padanya apa yang kau temukan."

Murid itu mengangkat kepala sedikit, wajahnya pucat pasi. "La... lapor Tuan Zhao Yun. Di lokasi kejadian... kami menemukan sisa-sisa mayat dari kelompok lain. Identifikasi awal dari sisa senjata dan potongan jubah biru yang tidak terbakar sempurna menunjukkan... itu adalah pasukan logistik Tuan Zuan Feng."

Hening.

Keheningan yang membekukan menyelimuti ruangan itu selama tiga detik.

Lalu, tawa Zhao Yun pecah. Tawa yang tidak mengandung humor, melainkan kegilaan murni.

"Zuan Feng..." Teriak Zhao Yun, matanya seperti reptil emas menyipit hingga menjadi garis vertikal. "Bajingan itu... dia benar-benar melakukannya."

"Analisis beberapa penyelidik," sela Zhao Shan cepat, mencoba memasukkan logika, "adalah kedua pasukan bertemu dan saling membunuh. Tapi Yun'er, pikirkan. Pasukan Zuan Feng membawa Bijih Besi Petir. Pasukanmu membawa Akar Darah Mendidih. Kedua sumber daya itu hilang."

"Dia menggelapkannya," potong Zhao Yun, suaranya penuh keyakinan akan konspirasi. "Zuan Feng tahu dia kalah telak di Celah Sempit. Dia kehilangan adiknya. Dia kehilangan pasukan elitnya. Dia putus asa. Jadi apa yang dia lakukan? Dia mengirim pasukannya untuk mencegat pasukanku, membantai mereka, lalu mengambil semua sumber daya—baik milikku maupun miliknya sendiri—dan menghilangkan jejak."

"Tapi pasukannya juga mati," kata Zhao Shan ragu.

"Itu harga yang murah bagi orang gila seperti dia paman!" bentak Zhao Yun. "Dia membunuh pasukannya sendiri untuk membuat alibi! Dia ingin menuduhku merampoknya agar dia bisa menyembunyikan fakta bahwa dia sekarang memegang Akar Darah Mendidih milikku! Dia ingin memulihkan kekuatannya sambil menghancurkan fondasiku!"

Logika Zhao Yun masuk akal dalam konteks kekejaman sekte iblis. Mengorbankan bidak catur untuk memenangkan raja adalah taktik standar. Dan Zhao Yun, yang baru saja melakukan hal serupa pada Si Gendut Liu, dengan mudah memproyeksikan kelicikan itu pada musuhnya.

"Paman," Zhao Yun mengepalkan tangannya hingga persendian tangannya memutih. "Siapkan proklamasi perang. Aku tidak akan membiarkan anjing gila itu tertawa di atas kegagalanku."

Kediaman Puncak Petir, Wilayah Zuan Feng.

Di sisi lain gunung, skenario serupa sedang terjadi, namun dengan elemen yang lebih eksplosif.

Zuan Feng tidak sedang bermeditasi. Dia sedang menghancurkan perabotan. Sebuah meja batu giok hancur berkeping-keping di bawah hantaman tinjunya yang dialiri listrik biru.

"DIA MENCURI BIJIH BESI PETIRKU?!"

Teriakan Zuan Feng mengguncang aula, membuat para pelayan menutup telinga mereka karena rasa sakit.

Di hadapannya, Zuan Wuya, Paman sekaligus pelindungnya yang juga berada di Ranah King Tahap 3 Akhir, berdiri dengan wajah muram. Zuan Wuya adalah pria tua dengan rambut biru panjang yang melayang-layang karena listrik statis.

"Tenangkan dirimu, Feng'er!" bentak Zuan Wuya. "Amarah tanpa arah hanya akan membakarmu sendiri!"

"Bagaimana aku bisa tenang, Paman?!" Zuan Feng berbalik, wajahnya terdistorsi oleh kebencian. "Pertama, dia membunuh adikku Zuan Ann di Celah Sempit dengan cara licik! Sekarang, dia membantai pasukan logistikku di Hutan Kematian Agung dan mengambil bijih yang kubutuhkan untuk memperbaiki formasi pertahananku! Aku sudah kalah dua kali darinya!! Dan ini tidak bisa dibiarkan!"

"Bukankah! Laporannya mengatakan pasukan Zhao Yun juga tewas di sana," kata Zuan Wuya, mencoba menjadi suara akal sehat.

"Itu taktiknya!" Zuan Feng menunjuk dengan jari gemetar. "Zhao Yun itu ular berbisa! Dia mengorbankan Si Gendut Liu tanpa berkedip hanya untuk membunuh adikku. Apa bedanya sepuluh kroco logistik baginya? Dia pasti memerintahkan pasukannya untuk melakukan serangan bunuh diri, lalu dia—atau pembunuh bayarannya—datang untuk memungut hasilnya!"

Zuan Feng mondar-mandir, percikan listrik menyambar-nyambar di lantai setiap kali kakinya melangkah.

"Dia ingin memutus jalur suplaiku. Dia ingin aku lemah dan tak terlindungi saat kompetisi nanti. Dia memegang Bijih Besi Petirku dan sekarang dia pasti tertawa melihatku hancur!"

"Zhao Yun..."gumam Zuan Feng, matanya bersinar dengan kegilaan yang berbahaya. "Kau ingin perang total? Baik. Aku akan memberimu perang. Tidak ada lagi taktik sembunyi-sembunyi. Tidak ada lagi penyergapan."

Zuan Feng menatap pamannya.

"Paman, kirimkan Tantangan Darah ke Paviliun Darah Giok. Aku menantang Zhao Yun untuk Duel Hidup dan Mati di Arena iblis. Tiga bulan dari sekarang."

Mata Zuan Wuya membelalak. "Duel Hidup dan Mati? Feng, itu tidak bisa ditarik kembali. Salah satu dari kalian harus mati. Dan jika kau kalah apa yang akan aku jelaskan pada ibumu..."

"Aku tidak akan kalah paman!!," potong Zuan Feng dingin. "Aku akan menggunakan tiga bulan ini untuk membakar setiap ons potensiku. Aku akan membunuhnya, lalu aku akan mengambil kembali milikku dari mayatnya yang dingin."

Istana Mulan, Puncak Sisi Utara.

Berita tentang tantangan itu menyebar seperti api liar yang membakar padang rumput kering. Dalam hitungan jam, seluruh Sekte Demon Refining tahu bahwa dua raksasa muda akan saling membunuh.

Di balkon istana yang elegan, Mulan Erlin berdiri memandang ke arah dua puncak yang sedang memancarkan aura permusuhan. Dia adalah wanita yang kecantikannya berbahaya—seperti bunga mawar berduri beracun. Rambut hitam pekatnya terurai panjang, kontras dengan kulitnya yang seputih porselen.

Ranah Master Tahap 2 Akhir. Dia adalah salah satu dari sedikit wanita yang bisa berdiri sejajar di jajaran Murid Inti.

"Menarik," gumamnya, suaranya lembut namun membawa nada geli. Jari-jarinya yang lentik membelai seekor ular kecil berwarna emas yang melilit di lengannya. "Dua harimau bodoh akhirnya memutuskan untuk saling mencabik tenggorokan. Siapa pun yang menang, mereka akan cacat. Dan itu artinya..."

"...Posisi peringkat tiga dan empat akan kosong," lanjutnya sambil tersenyum misterius. "Apakah ini kebetulan? Atau ada tangan tak terlihat yang mendorong mereka ke jurang?"

Dia memiliki intuisi wanita yang tajam, tapi bahkan dia tidak bisa menebak bahwa "tangan tak terlihat" itu sedang berendam di dalam gua kotor beberapa kilometer dari sana.

Gua Iblis, Kediaman Li Shan.

"HAHAHAHA! Bagus! Biarkan mereka mati!"

Li Shan, seorang kultivator dengan penampilan yang mencolok, tertawa terbahak-bahak. Wajahnya tampan dengan alis tebal , Kepala botaknya mengkilap, memantulkan cahaya obor merah di dinding. Di dahinya, sebuah Segel Iblis berbentuk mata ketiga berdenyut-denyut. Matanya sendiri merah pekat, tanpa bagian putih, tanda dari teknik mata terlarang yang dia latih.

Ranah Master Tahap 5 Awal. Dia lebih kuat dari Zhao Yun dan Zuan Feng, tapi dia selalu waspada terhadap potensi pertumbuhan mereka.

"Tuan Li," seorang bawahan membungkuk. "Bursa taruhan sudah dibuka. Rasio taruhannya 1:1. Sangat seimbang."

"Pasang taruhanku pada 'Kematian Ganda'," kata Li Shan sambil menyeringai lebar, memperlihatkan gigi yang diasah runcing. "Aku kenal ego mereka. Mereka tidak akan berhenti sampai yang lain hancur. Ini adalah panen besar bagiku. Tanpa dua pengganggu itu, sumber daya sekte akan mengalir lebih deras ke kantongku."

Li Shan menatap ke arah Arena Suci di kejauhan. "Tiga bulan. Aku tidak sabar melihat pertunjukan badut itu."

Gua Pengasingan Chen Xuan.

Jauh dari drama politik dan tuduh-menuduh, di sebuah gua yang kini telah diperluas dan diperkuat dengan formasi isolasi, Lu Changzu sedang sibuk. Bukan sibuk berdebat, tapi sibuk menjadi monster.

Di tengah gua, Tungku Tripot Besi Hitam yang dulu cacat kini telah berubah. Lu Changzu, dengan bimbingan Chen Xuan, telah memperbaikinya menggunakan bagian-bagian senjata rampasan. Tungku itu sekarang memancarkan aura stabil Tingkat 3.

Di dalamnya, cairan logam mendidih bergolak. Kali ini, bahannya bukan hanya pedang.

"Masukkan Bijih Besi Petir itu," perintah Chen Xuan. Sang Tetua berdiri di samping tungku, tangannya diselimuti oleh Api Iblis Ungu—api inti yang jauh lebih murni dan panas daripada sebelumnya.

Lu Changzu, telanjang dada dengan tubuh yang sudah memancarkan kilau logam redup, mengangguk. Wajahnya tenang, seolah dia sedang memasukkan bumbu ke dalam sup, bukan memasukkan bijih eksplosif ke dalam tempat mandinya.

Dia menuangkan keranjang berisi Bijih Besi Petir jarahan Zuan Feng.

ZZTTT! DUAR!

Percikan listrik liar menyambar-nyambar dari dalam tungku. Cairan logam itu berubah menjadi ungu kebiruan, mendesis agresif.

"Akar Darah Mendidih. Sekarang," perintah Chen Xuan lagi.

Lu Changzu melemparkan akar-akar merah darah jarahan Zhao Yun.

Begitu akar itu menyentuh cairan logam berlistrik, cairan itu berubah menjadi merah gelap yang mengerikan. Sifat 'Mendidih' dari akar itu menstabilkan sifat 'Liar' dari petir, menciptakan campuran alimia yang paradoks: Logam Cair Petir Darah.

"Ini gila, Guru," komentar Lu Changzu sambil tersenyum miring, melihat ramuan kematian itu. "Zhao Yun dan Zuan Feng akan menangis darah jika tahu sumber daya yang mereka perebutkan sekarang menjadi air mandiku."

"Berhenti bicara , murid sialan , cepat Masuk," Chen Xuan menyeringai kejam. Dia melemparkan tiga butir pil hitam pekat yang baru saja dia murnikan dari jantung Serigala Tulang Punggung Pedang. "Telan ini saat kau di dalam. Pil Jantung Iblis Logam. Itu akan menjaga jantungmu tetap berdetak meski darahmu mendidih."

Lu Changzu menangkap pil itu. Tanpa ragu sedikit pun—karena keraguan adalah sesuatu yang mengurangi efisiensi—dia melompat masuk ke dalam tungku.

"ARGH!"

Kali ini, Lu Changzu tidak berteriak panjang. Dia hanya mendengus keras, menahan rasa sakit yang jauh melampaui pemahaman manusia.

Listrik dari bijih petir menyengat setiap ujung sarafnya. Panas dari akar darah mendidih membakar sumsum tulangnya. Dan esensi logam... itu meresap masuk, menggantikan sel-sel darah yang lemah dengan struktur yang lebih padat.

"Fokus!" suara Chen Xuan menggema. "Gunakan Teknik Pemurnian Iblis Tahap Darah! Jangan lawan petirnya, jadilah konduktornya! Alirkan ke tulangmu!"

Lu Changzu memejamkan mata. Di dalam benaknya, dia tidak melihat rasa sakit. Dia melihat diagram sirkuit.

"Ayo bayangkan , Sistem saraf \= Kabel. Petir \= Arus. Tulang \= Grounding", gumam changzu.

"Mulai optimalkan energi," batinnya.

Dia menelan ketiga pil itu sekaligus.

BOOM!

Jantungnya berdetak seperti drum perang.

Disertai rasa sakit yang semakin mengerikan tiap detiknya.

Satu hari. Tiga hari. Satu minggu.

Lu Changzu tidak keluar. Dia tidur, makan (energi pil), dan bernapas di dalam cairan logam itu. Kulitnya terkelupas dan tumbuh baru berkali-kali. Setiap lapisan baru lebih keras, lebih gelap, dan lebih berkilau.

Satu bulan kemudian.

Cairan di dalam tungku telah jernih. Semua esensinya telah diserapnya.

Mata Lu Changzu terbuka di dalam cairan. Iris matanya kini memiliki dua cincin: Biru (Baja Dingin) dan Ungu (Petir).

Dia berdiri.

Cairan sisa menetes dari tubuhnya seperti air biasa. Tubuhnya tampak seperti patung dewa perang yang dipahat . Otot-ototnya tidak besar berlebihan, tapi setiap seratnya memancarkan kepadatan yang mengerikan , senjata tingkat body tempering tidak bisa menembus kulitnya.

"HAAAAH!"

Lu Changzu meraung, melepaskan aura yang telah dia tekan selama sebulan.

Gua itu bergetar hebat. Retakan menjalar di dinding batu.

Body Tempering Tahap 1 Akhir... hancur.

Energi itu melonjak tanpa hambatan, didorong oleh fondasi yang dibangun di atas tumpukan harta rampasan perang dua faksi murid inti

Tahap 2 Awal... Menengah... Akhir.

Tahap 3... Lewat.

Tahap 4... Hancur.

Aura Lu Changzu menjadi badai di dalam gua sempit itu. Chen Xuan mundur selangkah, matanya berbinar gila. "Terus muridku! Jangan berhenti! Fondasimu sekeras berlian! Kau bisa menampung lebih banyak!"

Tahap 5...

Tahap 6...

Di titik ini, kebanyakan kultivator akan meledak. Tapi Lu Changzu yang telah memodifikasi tubuhnya menjadi Darah logam bertindak sebagai pendingin super, dan darah logam petirnya menahan tekanan struktur.

BOOOOM!

Ledakan sonik terdengar dari tubuhnya.

Aura stabil di satu titik yang mengerikan.

Body Tempering - Tahap 7 Awal.

Lu Changzu mengepalkan tangannya. Udara di dalam genggamannya meletup, menciptakan kevakuman sesaat. Dia merasakan kekuatan fisik murni yang bisa merobek baja dengan tangan kosong.

Dia bukan lagi kultivator pemula. Dia telah melompati jurang pemisah yang biasanya memakan waktu sepuluh tahun bagi jenius biasa, hanya dalam satu bulan.

"Bagaimana rasanya?" tanya Chen Xuan, menyeringai bangga.

Lu Changzu menatap tangannya, lalu menatap gurunya. Senyum khasnya kembali—senyum sopan namun mematikan.

"Rasanya tentu sangat lezat...,namun ini masih hidangan pembuka, Guru. ." Lu Changzu merenggangkan lehernya. "Sumber daya Zhao Yun dan Zuan Feng benar-benar berkualitas tinggi. Saya hampir merasa bersalah tidak mengundang mereka ke pesta mandi ini."

"Masih ada dua bulan sebelum duel mereka," kata Chen Xuan. "Gunakan waktu itu untuk menstabilkan lonjakan ini. Jika kau keluar sekarang dengan aura yang tidak stabil, kau akan meledak saat bersin."

"Terimakasih guru," jawab Lu Changzu , ia menunduk hormat pada gurunya. "Saya akan menikmati pertunjukan mereka dari barisan paling depan. Bagaimanapun, saya adalah sutradaranya."

Dua Bulan Kemudian - Arena Suci Sekte Demon Refining.

Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Langit di atas arena berwarna kelabu pekat, seolah alam semesta pun menahan napas.

Arena Suci adalah sebuah colosseum raksasa yang dibangun di dalam kawah gunung berapi sekitar gunung iblis hijau . Ribuan murid memadati tribun batu. Murid Luar, Murid Dalam, bahkan para Diaken dan beberapa Tetua hadir.

Di tengah arena, dua sosok berdiri berhadapan.

Di kiri, Zhao Yun. Dia mengenakan zirah merah darah. Wajahnya tirus, matanya cekung, tanda dia telah memaksakan kultivasi. Namun, auranya tajam dan penuh kebencian.

Di kanan, Zuan Feng. Dia mengenakan jubah biru robek-robek. Rambutnya berantakan, listrik statis menyambar-nyambar liar di sekelilingnya. Dia tampak seperti orang gila yang baru keluar dari rumah sakit jiwa.

"Zuan Feng!" teriak Zhao Yun, suaranya diperkuat Qi. "Hari ini, aku akan menggunakan darahmu untuk mengganti Akar Darah Mendidih yang kau curi!"

"Pencuri berteriak maling!" balas Zuan Feng sambil tertawa histeris. "Kau membunuh adikku! Kau membunuh pasukanku! Dan kau masih berani menuduhku?! MATI KAU!"

Wasit, seorang Tetua Grandmaster, mengumumkan: "Pertarungan ini, sesuai aturan Sekte, adalah mutlak. Tidak ada campur tangan. Pengkhianatan akan dihukum mati! Mulai!"

DUAARR!

Sebelum suara gong sempat bergema, Zhao Yun dan Zuan Feng sudah melesat. Mereka bertemu di tengah arena, bukan dengan teknik pedang yang elegan, melainkan dengan tabrakan Qi yang brutal.

Zhao Yun, rambut merahnya berkibar liar, memancarkan aura Master Tahap 3 Akhir yang panas dan dominan. Ia berteriak, suaranya memekakkan telinga: "Semburan Api Naga Darah!"

Qi apinya yang berwarna merah pekat meledak, berbentuk kepala naga yang menyambar. Panasnya begitu intens hingga batu basal arena mulai retak dan mengeluarkan asap.

Zuan Feng membalas dengan raungan yang lebih mematikan. Matanya memancarkan cahaya listrik biru. "Badai Petir Kesetiaan!"

Petir biru murni menyelimuti tubuhnya, membentuk perisai dan melesat maju, menembus langsung kepala naga api Zhao Yun. Tabrakan elemen itu menciptakan ledakan yang membuat udara Lapangan Hidup dan Mati bergetar hebat.

Di tribun, Lu Changzu menyipitkan mata, jarinya mengetuk pelan. Ranah fisik mereka setara, tapi Zuan Feng lebih agresif. Dia menggunakan Petir untuk kecepatan, Zhao Yun menggunakan Api untuk pertahanan dan kontrol.

"BUNUH!"

Keduanya menerjang maju.

BENTROKAN!

Gelombang kejut menyapu arena. Murid-murid di barisan depan terlempar ke belakang.

Pertarungan itu mulai brutal . Zhao Yun langsung menggunakan Teknik Terlarang: Cakar Darah Asura. Zuan Feng membalas dengan Tombak Petir Kehancuran.

Tebasan demi tebasan , tusukan demi tusukan dihempaskan , darah mulai beterbangan.

"Luar biasa!" teriak seorang murid pendukung Zhao Yun. "Tuan Zhao Yun mendominasi!"

"Omong kosong! Tuan Zuan Feng baru saja mematahkan rusuk Zhao Yun!" balas pendukung Zuan Feng.

Di tribun VIP, Mulan Erlin mengamati dengan tenang. "Mereka sudah putus asa. Gerakan mereka jadi sangat mengerikan setiap gerakan ditujukan untuk membunuh. Ini bukan pertarungan ahli strategi, ini pertarungan binatang buas."

Pendukung Zhao Yun: "Semburkan dia, Zhao Yun! Bakar saja! Petir tidak akan bisa menembus Api Naga Darah!"

Pendukung Zuan Feng: "Petir keadilan akan menyambar! Zuan Feng, tembus pertahanannya! Balas dendam kematian adikmu!"

Di sudut tersembunyi tribun, mengenakan jubah bertudung yang menutupi seluruh wajah dan auranya, Lu Changzu duduk santai sambil memakan kacang rebus.

"Hmm, teknik kaki Zhao Yun miring 2 derajat. Dia kelelahan," analisis Lu Changzu sambil mengunyah kacang. "Dan Zuan Feng terlalu emosional, dia membuang banyak Qi-nya untuk efek petir yang tidak berguna. pemborosan energi."

Satu jam berlalu.

Kedua petarung sudah mandi darah. Namun, kebencian menopang mereka untuk tetap berdiri.

"AKU TIDAK AKAN KALAH DARI PENCURI SEPERTIMU!" raung Zhao Yun.

"KEMBALIKAN ADIKKU!" teriak Zuan Feng.

Tiba-tiba, keduanya melakukan hal yang sama. Hal yang ditakuti semua kultivator.

Mereka mengeluarkan jimat terlarang dan menempelkannya ke dahi masing-masing. Teknik Pembakaran Jiwa.

"TIDAK! YUN'ER JANGAN!" teriak Paman Zhao Shan dari tribun kehormatan.

"FENG! HENTIKAN!" teriak Paman Zuan Wuya.

Tapi terlambat.

Arena Suci memiliki aturan kuno: Pihak ketiga yang mengintervensi duel suci akan disambar oleh Formasi Pembunuh Sekte, bahkan jika itu Tetua. Kedua paman itu hanya bisa menonton dengan horor.

BOOOOOM!

Aura merah dan biru meledak ke langit.

Kultivasi mereka melonjak secara paksa dan tidak wajar.

Master Tahap 3 -> Tahap 5 -> Tahap 6 -> Master Tahap 7 Akhir.

Mereka bukan lagi manusia. Mereka adalah bom waktu biologis.

"MATIIII!"

Keduanya bertabrakan di tengah udara dalam satu serangan terakhir yang menyilaukan.

Cahaya putih menelan arena. Suara ledakan membungkam ribuan penonton.

Ketika debu mereda...

Dua tubuh jatuh dari langit seperti burung yang sayapnya patah.

BRUK. BRUK.

Zhao Yun dan Zuan Feng tergeletak di tanah hancur. Mereka masih hidup, tapi nyaris. Napas mereka lemah seperti benang tipis.

Dan yang lebih mengerikan... aura mereka menyusut drastis.

Efek samping Pembakaran Jiwa.

Ranah mereka runtuh. Dari Master Tahap 7 semu... jatuh bebas menembus lantai dasar.

Master Tahap 5... Master Tahap 3...

Aura mereka berhenti di Master Tahap 1 Menengah. Dan fondasi mereka hancur. Mereka akan sangat sulit untuk naik tingkat dan Masa depan mereka sebagai jenius telah tamat.

Hening. Ribuan orang terdiam. Dua bintang masa depan sekte baru saja menghancurkan diri mereka sendiri menjadi sampah.

"BWAHAHAHAHAHA!"

Tawa keras memecah kesunyian.

Li Shan berdiri di tribunnya, memegangi perutnya yang sakit karena tertawa. Mata merahnya bersinar penuh kemenangan.

"Lihat itu! Lihat dua badut itu! Mereka menghancurkan masa depan mereka demi harga diri yang bodoh! Sekte ini penuh dengan orang idiot!"

Tawa Li Shan bergema, menghina kehormatan yang baru saja hancur. Tidak ada yang berani menegurnya karena auranya yang kuat.

Namun, tawa itu tiba-tiba terpotong.

Seperti leher ayam yang dicekik.

Suhu di arena turun drastis. Bukan dingin es, tapi dingin kematian mutlak. Suasana yang kelabu tiba-tiba menjadi gelap gulita, seolah matahari takut untuk bersinar.

Dari gerbang utama arena—gerbang yang hanya dibuka untuk Ketua Sekte atau tamu agung—seseorang melangkah masuk.

Langkah kakinya pelan.

TAP. TAP. TAP.

Setiap langkah terdengar seperti detak jantung kematian di telinga setiap orang.

Seorang pria muda. Wajahnya pucat, tanpa ekspresi. Rambutnya hitam pekat, panjang menyentuh pinggang. Dia tidak memakai zirah, hanya jubah hitam polos tanpa motif.

Tapi matanya.

Pupil matanya hitam dua titik putih di tengah bola matanya.

Shang Tian.

Peringkat 1 Murid Inti. Murid Langsung Ketua Sekte. Cucu Tetua Agung Shang Guan 'Iblis Sungai Darah'.

Ranah Master - Tahap 9 Akhir. (Setengah langkah menuju Grandmaster).

Shang Tian tidak melihat ke arah Zhao Yun atau Zuan Feng yang sekarat. Bagi dia, mereka adalah debu.

menatap lurus ke arah Li Shan yang baru saja tertawa.

"Berisik," satu kata keluar dari mulut Shang Tian.

Suaranya pelan, tapi gelombang kejut tak kasat mata menghantam tribun Li Shan.

"URGH!"

Li Shan, Master Tahap 5 yang sombong itu, terlempar mundur tiga meter. Darah mengalir dari hidungnya hanya karena satu kata itu. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi punggungnya. Dia segera berlutut, tubuhnya gemetar tak terkendali.

"Ma... Maafkan saya, Kakak Senior Shang Tian!"

Shang Tian tidak mempedulikannya lagi. Dia berjalan melewati arena, melewati tubuh Zhao Yun dan Zuan Feng. Dia berhenti sejenak di tengah, seolah merasakan sesuatu.

Hidungnya berkedut sedikit.

"Ada bau aneh di sini," gumam Shang Tian, matanya yang hitam menyapu kerumunan. "Bau... apa ini?."

Tatapan Shang Tian menyapu tribun. Mulan Erlin menundukkan kepalanya hormat. Li Shan masih bersujud.

Tatapan itu kemudian melewati sudut gelap tempat Lu Changzu duduk.

Lu Changzu, di balik tudungnya, menahan napas. Jantungnya, yang telah dimodifikasi dengan artefak, melambat hingga nyaris berhenti. Dia menekan auranya hingga ke titik nol absolut dengan dark dimensi yang ada ditubuhnya.

Shang Tian mengerutkan kening sedikit, lalu mengalihkan pandangannya. Dia tidak menemukan sumber bau itu.

"Sampah tetaplah sampah," kata Shang Tian datar, lalu melayang pergi, meninggalkan arena dalam kebisuan total.

Setelah Shang Tian pergi, barulah orang-orang berani bernapas.

Lu Changzu menghembuskan napas panjang. Keringat dingin menetes di punggungnya.

"Dia Kuat,usia nya mungkin tidak jauh berbeda denganku" bisik Lu Changzu, matanya bersinar bukan karena takut, tapi karena kegembiraan yang tertahan. "Master Tahap 9 Akhir yang hampir menyentuh Grandmaster. Intuisinya hampir menangkapku."

Dia melihat ke arah Zhao Yun dan Zuan Feng yang sedang dibawah keluar oleh petugas medis.

"Pertunjukan selesai. Aktor utama sudah turun panggung," gumam Lu Changzu. Dia berdiri, merapikan jubahnya.

Dia telah mendapatkan keuntungan maksimal. Sumber daya mereka ada di darahnya. Posisi mereka telah kosong. Dan ... Shang Tian baru saja menetapkan standar baru untuk target Lu Changzu.

"Lain kali," Lu Changzu tersenyum tipis di balik tudungnya, senyum yang menjanjikan kekacauan yang lebih besar. "Lain kali, kau tidak akan hanya menjadi penonton, Shang Tian. Kau akan menjadi aktorku."

Dia berbalik dan pergi ke dalam bayang-bayang lorong , sementara Sekte Demon Refining masih terguncang oleh tragedi terlukanya dua murid inti..

Bersambung.....

1
EGGY ARIYA WINANDA
🔥🔥🔥🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!