NovelToon NovelToon
Cinta Paksa Di Menara Kaca

Cinta Paksa Di Menara Kaca

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Kaila terpaksa menukar seragam sekolahnya dengan status istri rahasia seorang CEO arogan demi sebuah wasiat. Di dalam menara kaca yang dingin, ia harus bertahan di antara aturan kaku sang suami dan ancaman para musuh bisnis yang siap menghancurkan hidupnya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Tanda Tangan di Atas Meterai

Ujar Adnan datar sambil melangkah menjauh menuju ruang kerja pribadinya yang terletak di sudut ruangan luas tersebut.

Kaila hanya bisa memandangi hidangan mewah di atas meja marmer itu dengan rasa mual yang tiba-tiba saja menyerang ulu hatinya yang perih.

Ia merasa seolah-olah setiap butir nasi yang akan ia makan adalah harga yang harus ia bayar untuk kebebasannya yang baru saja dirampas.

"Nyonya muda, silakan duduk dan makanlah sedikit agar tubuh Anda tidak semakin lemah setelah kejadian di rumah sakit tadi," ucap asisten rumah tangga itu dengan suara lembut.

Gadis itu menatap wajah asisten rumah tangga tersebut dan menemukan sebuah simpati yang tulus terpancar dari sepasang matanya yang sudah nampak mulai menua.

Kaila akhirnya menarik kursi dengan perlahan hingga menimbulkan suara gesekan halus di atas lantai granit yang nampak sangat dingin dan berkilau.

Ia menyuapkan sedikit makanan ke dalam mulutnya namun rasanya tetap hambar seperti bongkahan kayu yang sangat keras dan sangat sulit untuk ditelan.

"Bawa ini ke ruang kerjaku dan pastikan gadis itu mengikutimu setelah dia selesai dengan urusan perutnya," suara Adnan bergema dari kejauhan.

Kaila tersentak hingga hampir menjatuhkan sendok perak yang sedang ia pegang dengan jemarinya yang masih terasa sedikit gemetar dan lemas.

Ia melihat asisten rumah tangga itu membawa sebuah map biru tua yang nampak sangat tebal ke arah ruangan yang baru saja dimasuki oleh Adnan.

Perasaan cemas kembali memenuhi benak Kaila karena ia tahu bahwa urusan administrasi pernikahan mereka yang sesungguhnya baru saja akan dimulai sekarang.

"Masuklah dan segera duduk di hadapanku tanpa perlu banyak bertanya atau mengeluarkan suara yang tidak perlu," perintah Adnan saat Kaila tiba di depan pintu.

Ruangan kerja itu dipenuhi oleh rak buku-buku tinggi yang menjulang hingga menyentuh langit-langit ruangan yang nampak sangat kaku dan sangat maskulin.

Adnan sedang duduk di balik meja kerja besar sambil memegang sebuah pulpen hitam dengan ujung emas yang nampak sangat tajam dan sangat mengancam.

Di atas meja tersebut sudah tersedia beberapa lembar dokumen resmi yang dilengkapi dengan meterai asli dari lembaga hukum pemerintah yang sah.

"Tanda tangani semua lembar ini pada bagian yang sudah aku beri tanda silang kecil menggunakan tinta hitam," ucap Adnan sambil menyodorkan dokumen tersebut.

Kaila menatap barisan tulisan hukum yang nampak sangat rumit dan sangat membingungkan bagi seorang siswi sekolah yang hanya terbiasa membaca buku seni.

Matanya menangkap sebuah klausul yang menyatakan bahwa ia tidak memiliki hak sedikit pun atas aset perusahaan Dirgantara jika suatu saat nanti mereka berpisah.

Ia tersenyum getir karena Adnan nampak sangat waspada seolah-olah Kaila adalah seorang pencuri yang sedang berusaha merampok seluruh harta kekayaannya.

"Saya tidak menginginkan harta Anda sedikit pun, Tuan Adnan, jadi Anda tidak perlu merasa sangat khawatir seperti itu," bisik Kaila dengan suara serak.

Adnan mengangkat pandangannya dan menatap Kaila dengan sebuah tatapan mata yang sangat tajam seolah-olah ia sedang berusaha menembus dinding pertahanan gadis itu.

Ia menarik napas panjang lalu menyandarkan punggungnya pada kursi kerja yang terbuat dari kulit binatang asli yang nampak sangat kokoh dan sangat mahal.

Keheningan kembali merajai ruangan tersebut hingga suara embusan angin malam yang menabrak dinding-dinding kaca terdengar bagaikan sebuah bisikan hantu yang menyeramkan.

"Aku hanya melakukan prosedur bisnis yang standar guna melindungi kepentingan para pemegang saham di menara ini," jawab Adnan dengan nada membela diri.

Kaila segera meraih pulpen tersebut lalu membubuhkan tanda tangannya di atas meterai dengan gerakan yang sangat cepat seolah-olah ia ingin segera mengakhiri siksaan ini.

Setiap goresan tinta di atas kertas itu terasa seperti sebuah rantai yang sedang melilit pergelangan kakinya dengan sangat kuat dan sangat menyakitkan.

Setelah selesai, ia mendorong dokumen tersebut kembali ke arah Adnan dengan tatapan mata yang menunjukkan sebuah harga diri yang masih tersisa di dalam batinnya.

"Apakah sekarang saya sudah boleh pergi ke kamar untuk beristirahat dan menyiapkan buku-buku sekolah saya?" tanya Kaila dengan nada yang mulai tegas.

Adnan tidak langsung menjawab melainkan ia justru memeriksa satu per satu tanda tangan Kaila dengan sangat teliti seolah ia sedang memeriksa sebuah kontrak bernilai miliaran.

Ia mengangguk pelan lalu memasukkan kembali dokumen-dokumen berharga tersebut ke dalam brankas besi yang tersembunyi di balik lukisan besar pada dinding ruangan.

Kaila berbalik untuk meninggalkan ruangan namun langkahnya kembali terhenti saat ia mendengar suara pintu yang terkunci secara otomatis dari sistem keamanan pusat.

"Ada satu dokumen lagi yang paling penting yang harus kau baca dengan sangat saksama sebelum kau menutup mata malam ini," tegas Adnan dengan serius.

Ia mengeluarkan selembar kertas yang hanya berisi sepuluh poin aturan rumah tangga yang harus dipatuhi oleh Kaila selama ia menyandang status sebagai istri rahasia.

Poin pertama menyatakan bahwa Kaila dilarang keras membawa teman-teman sekolahnya masuk ke dalam area gedung ini tanpa alasan apa pun yang mendesak.

Poin kedua menyebutkan bahwa Kaila harus berada di dalam rumah sebelum matahari terbenam setiap harinya tanpa terkecuali bagi urusan kegiatan belajar kelompok sekalipun.

"Ini sangat tidak adil bagi kehidupan sosial saya sebagai seorang siswi yang sedang berada di tingkat akhir," protes Kaila dengan wajah memerah.

Adnan berdiri dari kursinya lalu berjalan mendekati Kaila hingga jarak di antara mereka hanya tersisa beberapa jengkal saja yang nampak sangat menyesakkan.

Ia menundukkan kepalanya hingga bibirnya berada tepat di samping telinga Kaila dan membisikkan sebuah kalimat yang membuat seluruh tubuh gadis itu gemetar hebat.

Ancaman itu bukan lagi tentang harta melainkan tentang sebuah rahasia besar masa lalu keluarga Kaila yang selama ini disembunyikan rapat oleh mendiang orang tuanya.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!