Kecelakaan satu tahun yang lalu, telah mengakibatkan kaki kiri Arsy menjadi cacat, Arsy seorang ibu satu anak ini telah di selingkuhi oleh suaminya dengan wanita lain.
"Mas, apa salahku sampai kamu tega mengkhianatiku?"tanyanya sampai menangis tersedu.
"aku sudah bosan dan muak hidup dengan wanita cacat sepertimu, kau sudah tak mampu melayaniku di atas ranjang, sebaiknya kita bercerai saja!" Jawabnya tanpa memperdulikan perasaan Arsy yang masih berstatus istri sah nya.
Suatu ketika Arsy dipertemukan dengan seorang pria paruh baya dalam kondisi sekarat, Arsy menyelamatkan nyawanya, siapa sangka pria yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu, sebut saja Tuan Handoko menjadikan Arsy sebagai putri angkatnya.
Dan putra dari Tuan Handoko, yakni Galaksi Pramudya rupanya diam-diam menaruh hati kepada Arsy, meskipun di awal pertemuan mereka, Gala begitu membencinya.
Mampukah Arsy merubah takdir hidupnya dan menerima Galaksi sebagai pendampingnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berjualan di area Car free day
Sore itu, Arsy memiliki ide untuk membuat sesuatu yang mungkin bisa ia jual untuk besok, sebelumnya ia meminta izin kepada Bu Sanusi, apakah boleh jika dirinya membuat sesuatu untuk ia jual esok hari dan jawabannya tentu saja boleh, Bu Sanusi begitu antusiasnya untuk mempersiapkan peralatan yang di butuhkan oleh Arsy, tak lupa Adnan ikut membantu ibunya, karena selama ini Adnan lah yang selalu bisa ia andalkan, ketimbang mantan suaminya yang bisanya hanya tiduran sambil bermain game, meskipun mantan suaminya memiliki kontrakan beberapa pintu, hasil dari kerja kerasnya saat dulunya ia bekerja sebagai seorang Pelayaran di Negara Taiwan, Arsy tetap membantu kebutuhan perekonomian keluarganya dengan cara apa saja, yang terpenting pendapatan yang ia dapat adalah halal
"Kira-kira apa yang akan kamu buat untuk berjualan besok, Nak Arsy?"tanyanya penasaran
" Makanan yang akan aku buat adalah Kue Mochi, Bu. Kebetulan sekarang ini lagi musim mangga, jadi aku ingin membuat isiannya dari buah tersebut!" Arsy tampak yakin dan percaya diri, ia merasa Tuhan begitu mudahnya memberikan jalan untuknya.
Menjelang malam, Arsy yang dibantu oleh Adnan, memulai untuk membuat kue Mochi, dimana pada saat itu Adnan baru saja pulang dari mesjid setelah selesai mengaji dan melaksanakan solat isya berjamaah bersama dengan Pak Sanusi, beliau ini telah menganggap Adnan sudah seperti cucunya sendiri, karena melihat Adnan, Pak Sanusi jadi teringat akan cucunya yang tinggal di kampung.
.
.
Keesokan harinya
Setelah melaksanakan solat subuh Arsy dan juga Adnan membawa dagangan mereka, berbarengan dengan dagangan milik Bu Sanusi menuju area Car free Day yang letaknya tidak begitu jauh dan hanya berjarak ratusan meter. Dan tadi sekitar jam tiga pagi sebelum azan subuh, Arsy membantu Bu Sanusi membuat campuran untuk nasi uduk, yakni orek tempe, bihun goreng dan juga telur balado. Bu Sanusi tak menyangka jika masakan Arsy begitu enak dan juga lezat
"Wah, kalau rasa masakannya seperti ini sih, dagangan ibu bisa laris manis, apalagi saat ibu mencicipi kue mochi buatanmu, rasanya sudah seperti makan makanan yang bermerek, apa ya namanya? Ehhh.. yang bakery itu loh!" Bu Sanusi mencoba mengingat nama toko kue tersebut, sedangkan Arsy samasekali tidak tahu, karena di kampung jarang sekali ada toko terkenal dan mewah yang berjualan di sana.
"Aha, ibu baru ingat, nama tokonya Holland bakery!" imbuhnya.
Arsy yang tidak tahu seperti apa toko yang baru saja Bu Sanusi sebutkan, ia hanya bisa diam tanpa berkomentar apapun, karena Arsy terlihat kebingungan.
Sekitar jam enam pagi, seluruh dagangan milik Bu Sanusi dan juga kue mochi milik Arsy sudah tertata rapih di atas meja lipat, tidak lupa Pak Sanusi membawa terpal berwarna biru yang ia sulap menjadi sebuah tenda agar dagangan terlindungi dari panasnya sinar matahari jika sudah dinatas jam sembilan pagi.
"Baiklah Bu, kalau begitu bapak pamit pulang dulu ya, nanti jam sepuluh Bapak kesini lagi untuk jemput!" ujar pak Sanusi sembari melirik ke arah Arsy dan juga Adnan.
Arsy membungkuk sebagai tanda hormat begitu pun dengan Adnan.
Setelah kepergian Pak Sanusi, Arsy memberikan sesuatu kepada putranya.
"Loh, ini kan untuk di jual Bun? Kenapa Bunda kasih sama Adnan?"
" Ini ada lebihnya, Adnan, Ibu tahu kalau kamu sangat menyukai kue mochi mangga buatan Bunda, kamu makan ya!" ujarnya sembari memberikan dua buah kue mochi yang ia taruh di dalam wadah plastik berukuran mini berwarna putih beralaskan kertas nasi.
Tak lama para pembeli mulai berdatangan, ada dari mereka yang memesan nasi uduk dengan cara di bungkus dan di bawa pulang, namun ada juga yang makan di tempat.
Bu Sanusi sudah menyiapkan banner berukuran dua meter untuk dijadikan alas duduk, serta terdapat meja kecil dari kayu yang diatasnya ia taruh berupa sambal dan juga kerupuk, tidak lupa di atas meja tersebut di taruh satu box kue mochi milik Arsy.
Beberapa pembeli mulai tergiur melihat kue mochi yang berada di dalam box berwarna bening, apalagi saat tutup box di buka, aroma khas dari buah mangga begitu menggugah selera.
"Wah, kue Mochi nya enak Bude! Bude yang buat ya? coba Bude buat dari kemarin-kemarin, pasti aku pesan yang banyak untuk acara ibu-ibu pengajian!" ujar Laela, yakni pelanggan setia Bu Sanusi dari Kampung sebelah.
"Ini bukan Bude yang buat, tapi nih, sodaranya bude yang membuat kue mochi ini, kebetulan baru datang dari kampung!" ujarnya sembari merangkulnya.
Arsy sendiri merasa tersanjung atas pengakuan Bu Sanusi yang menganggap dirinya seperti saudaranya sendiri.
Laila mengedarkan pandangannya ke arah Arsy, ia melemparkan senyum ke arahnya.
"Wah, sodaranya Bude cantik ya, mana kulitnya bening bener, mba suka perawatan ke salon ya? " tanyanya sampai tak berkedip.
Arsy menjadi tersipu dibuatnya." bukan Mba, saya tidak pernah melakukan perawatan apapun, ini sudah bawaan dari orok! " jawabnya sembari melempar candaan.
Seketika mereka bertiga menjadi tertawa terbahak-bahak, Adnan yang memperhatikan ibunya sudah terlihat ceria lagi, ia turut bahagia.
'Semoga Bunda selamanya bahagia, tidak ada lagi penderitaan di dalam hidupnya!' Adnan bergumam dalam hati.
.
.
"Ayo kek cepet! Kakek ini jalannya sudah kaya siput!" kelakar Aluna, sengaja mengejek kakeknya yang sudah tak sanggup berjalan kaki lebih dari lima ratus meter.
"kakekmu ini sudah tua dan ringkih, masa iya harus jalan cepat seperti mu!" keluh sang kakek sampai mengusap keningnya dengan handuk kecil karena keringat sudah bercucuran di atas sana.
Lalu Aluna mendekat dan menatap wajah kakeknya.
"Iya kek, aku lupa kalau kakek itu sudah sepuh dan ringkih!" ujarnya sembari tertawa cekikikan.
Kakek sampai menggelengkan kepalanya atas sikap usil cucu satu-satunya tersebut.
"Yasudah kita istirahat dulu di sini, kalau sampai jantungnya kakek kumat, bisa diomelin nanti sama Oma!"sindir Aluna dengan sengaja.
Sang kakek tak menghiraukan perkataan dari cucunya yang suka usil padanya.
Kemudian Aluna mengedarkan pandangannya ke arah lain, ia melihat kerumunan orang-orang di salah satu warung tenda berwarna biru, karena penasaran, akhirnya Aluna pergi menghampiri tempat tersebut.
"Aluna kau mau kemana?" panggil sang kakek masih dengan napasnya yang tersengal.
"Sebentar Kek, aku mau ke sana dulu, sepertinya ada yang jualan makanan enak, apa kakek mau aku belikan sesuatu?" Aluna menoleh sejenak ke arah kakeknya yang duduk di kursi besi taman kota.
"Terserah Aluna saja, tapi kamu hati-hati, jangan pergi terlalu jauh!" ujar sang kakek khawatir.
"Kakek tenang saja, tuh tempatnya gak jauh kok, cuma sepuluh meter doang dari sini!" ucapnya sembari menunjukkan tempat yang ingin ia tuju dengan jari telunjuknya.
Merasa tempat yang akan di kunjungi oleh cucunya tidak begitu jauh, akhirnya sang kakek mengizinkan Aluna untuk pergi, dan dari kejauhan, sang Kakek terus memperhatikan.
.
.
Kediaman Handoko
"Mom, Aluna dan Papah pergi kemana?" Gala bertanya kepada ibunya sembari mengedarkan pandangannya ke arah sekitar taman.
Sambil menghela napasnya, Nyonya Maria menjawab pertanyaan dari Putranya.
"Seperti biasanya Gala, putrimu yang sudah seperti anak dewasa itu mengajak Papahmu pergi untuk jogging, semenjak Papahmu mengidap sakit jantung, Aluna begitu perhatian akan kesehatan kakeknya, tapi justru dia begitu cuek dengan Papahnya sendiri, ck... Dasar bocah itu ada-ada saja! " Nyonya Maria sampai menggeleng kala mengingat kelakuan cucunya yang selalu menggemaskan itu.
"Dia mirip sekali dengan mendiang ibunya, yasudah biarkan saja Luna melakukan apa yang ia mau, selagi dia tak melanggar peraturan rumah ini, dan aku tidak ingin sampai putriku jajan sembarangan di luaran sana, Mom tau sendirilah kalau pencernaan dia itu sangat sensitif!" ujarnya tampak khawatir akan kondisi putri semata wayangnya.
Bersambung...