Bukan keinginan untuk menjadi istri pengganti. Karena ulah saudara tirinya Zahra harus menjadi korban akibat saudara tirinya tidak hadir di acara pernikahannya membuatnya menggantikan dirinya untuk berada di pelaminan.
Pria yang menikah dengan Zahra tak lain adalah Dokter bimbingannya dengan keduanya sama-sama praktik di rumah sakit dan Zahra sebagai Dokter coast. Zahra harus menjadi korban untuk menyelamatkan dua nama keluarga.
Merelakan dirinya menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Tetapi bukannya niatnya dihargai dan justru. Suaminya menganggap bahwa dia memanfaatkan keadaan dan tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan Zahra.
Bagaimana Zahra menjalani pernikahannya dengan pria yang membencinya, pria itu awalnya biasa saja kepadanya tetapi ketika menikah dengannya sikap pria itu benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak menyukai Zahra?"
Apakah Zahra akan bertahan dalam rumah tangganya?
Jangan lupa ngantuk terus mengikuti dari bab 1 sampai selesai.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3 Tidak Di Terima
Zahra berada di kamarnya memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper, setelah menikah memang dia akan dibawa ke kediaman suaminya.
Tetapi Zahra tidak mempersiapkan apapun dan setelah acara pernikahan itu barulah dia menyiapkan pakaiannya setelah mendapat perintah.
"Ini hanya untuk sementara!" Zahra menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara dan ternyata itu tak lain adalah Syakira yang berdiri di depan pintu dengan kedua tangannya dilipat di dada.
"Setelah Tasya pulang dia akan kembali bersama Dokter Naldy," ucap Syakira mengingatkan Zahra.
"Kenapa harus memaksa Zahra untuk menikah dengan Dokter Naldy, jika akhirnya juga ada perpisahan," sahut Zahra.
"Apa maksud kamu? Kamu pikir pernikahan tadi untuk selamanya. Keluarga Dokter Naldy tidak punya pilihan lain selain menggantikan pengantin wanitanya dan itu artinya ketika Tasya sudah kembali, maka Tasya akan kembali bersama dengan Naldy!" tegas Syakira.
"Jadi jangan terlalu berharap apapun Zahra, ingat kamu hanya sebagai pengganti dan jangan berani-beraninya kamu menyentuh Naldy," ucap Syakira menegaskan membuat Zahra hanya terdiam.
Seolah-olah dirinya benar-benar hanya dijadikan tumbal oleh keluarganya untuk menggantikan pengantin yang menganggap pernikahan tidak berarti apa-apa.
****
Kediaman Naldy.
Akhirnya Zahra dibawa oleh keluarga Naldy kediaman istana dua kali lipat lebih mewah daripada istana rumah Zahra. Di dalam mobil Zahra dan Naldy hanya diam saja tidak ada obrolan di antara mereka berdua.
Zahra bahkan saat ini sudah berada di dalam kamar suaminya yang sebelumnya diantarkan oleh asisten rumah tangga. Layaknya kamar pengantin pada umumnya, aromanya saja sudah berbeda dengan aroma sangat romantis, suasana lampu di kamar itu juga tampak redup dengan banyaknya kelopak mawar berada di atas tempat tidur.
Zahra kesulitan menelan ludah saat berdiri pada tempatnya dan melihat di sekitarnya, kamar itu layaknya kamar pria pada umumnya, tidak terlalu banyak perabotan di dalam kamar tersebut, hanya ada sofa di depan televisi dan juga di sudut jendela dan juga adanya teras yang sedikit cukup luas.
"Kemarin aku masih mendapat teguran dari Dokter Naldy dan sekarang aku sudah menjadi istrinya, ini benar-benar sangat aneh, tidak ada yang tahu kejadian beberapa jam ke depannya," gumam Zahra dengan menghela nafas.
Krekkk.
Zahra membalikkan tubuhnya ketika pintu kamar dibuka dan ternyata ibu mertuanya.
"Kamu akan tetap berpenampilan seperti ini di saat suami kamu datang?" tanya Mila membuat Zahra mengerutkan dahi.
"Maksud Tante?" tanya Zahra.
Mila melangkah mendekati Zahra dan langsung membuka cadar Zahra membuat Zahra kaget.
"Saya tidak pernah membayangkan di dalam hidup saya, bisa mempunyai besan dengan anak-anak yang sangat bodoh, yang satu meninggalkan acara pernikahannya dan satu lagi tidak tahu bagaimana menjalankan pernikahannya," ucap Mila.
Sejak awal Mila memang berbicara apa adanya, tidak ada manisnya sebagai ibu mertua dan jelas hal itu membuat Zahra takut dengan kesulitan menelan saliva.
"Putra saya mengeluarkan banyak waktu untuk mempersiapkan acara pernikahan itu, dan kamu harus menggantikannya, tetapi bukan berarti hanya menggantikan, kamu sudah menjadi istrinya dan tidak seharusnya membungkus tubuh kamu di depannya seperti ini," ucap Mila.
"Tante, saya tidak pernah melepas cadar di depan laki-laki," ucap Zahra dengan gugup.
"Laki-laki yang kamu katakan adalah suami kamu saat ini, jangan membuat saya semakin kesal dengan melihat kamu kampungan seperti ini, saya sudah cukup kesal diperlakukan oleh keluarga kamu!" tegas Mila.
Zahra hanya terdiam dengan menunduk.
"Masuklah!" Mila mengarahkan kepalanya ke arah pintu dan ternyata ada pelayan wanita yang datang dengan membawa lipatan pakaian.
"Ganti pakaian kamu dan lakukan tugas kamu sebagai istri! saya tidak harus mengajari kamu bagaimana caranya," ucap Mila.
Mata Zahra melotot, bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal itu dan sementara dia tidak dekat dengan Naldy dan terlebih lagi dia sudah mendapat peringatan dari ibu tirinya untuk tidak melakukan hubungan bersama dengan Naldy. Karena posisinya saat ini hanyalah sebagai pengganti.
"Tante Maaf, saya tidak siap melakukan hal itu," ucapnya dengan jujur.
"Kamu wanita yang dibekali dengan ilmu agama yang tinggi dan seharusnya kamu tahu apa tugas istri, Zahra saya sudah mengatakan jangan membuat saya kesal!" tegas Mila.
"Bantu dia untuk bersiap-siap!" titah Mila pada pelayan tersebut membuat pelayan itu mengganggukan kepala dan kemudian membawa Zahra untuk menuju kamar mandi dan terlihat Zahra sangat panik.
Setelah berganti pakaian yang baru saja diberikan Ibu mertuanya, Zahra cukup gugup duduk di pinggir ranjang dengan jari-jarinya saling memencet sejak tadi.
Zahra menggunakan piyama berwarna hitam dengan rambutnya yang digerai panjang, piyama tersebut cukup mencolok dan sangat tipis memperlihatkan bagian tubuhnya. Zahra benar-benar sangat gugup dengan kesulitan menelan ludahnya.
Jantungnya semakin berdebar dengan kencang ketika pintu kamar itu dibuka dan sesuai dugaan jika akhirnya Naldy memasuki kamar tersebut.
Zahra langsung menunduk.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Naldy dengan nada suara dingin membuat Zahra mengangkat kepalanya.
"Sa- sa...."
"Jangan berharap apapun dalam pernikahan ini, kamu hanya pengganti dan percuma kamu berpenampilan seperti ini di hadapan saya, Saya tidak akan menyentuh kamu, mau kamu telanjang sekali," belum sempat berbicara dan Zahra sudah mendapat kata-kata pedas dari pria yang baru saja menikah dengannya itu.
"Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran kamu sampai kamu menerima tawaran untuk menggantikan Tasya di hari pernikahan saya. Apa kamu tidak bisa protes, apa kamu terlalu murahan sampai harus menikah begitu saja?" Naldy ternyata menyalahkan keputusannya.
Mungkin karena saat Zahra diminta untuk menggantikan Tasya tidak ada protes dari Zahra, bukan karena tidak ingin protes tetapi tidak ada kesempatan untuk membuatnya berbicara.
Padahal di saat dia diperintahkan untuk berganti pakaian gaun pengantin, dia juga sudah mencoba untuk berbicara dengan ayahnya dan tetap saja pernikahan itu tidak bisa dihentikan.
"Tetapi sudahlah, semua sudah terlanjur dan jangan kamu pikir karena kamu menyelamatkan keluarga saya dari rasa malu akibat perbuatan dari saudara kamu dan saya harus berterima kasih kepada kamu. Bukan menikah dengan kamu yang saya inginkan, jadi jangan pernah berharap apapun kepada saya!" tegas Naldy benar-benar tidak memberi kesempatan kepada Zahra untuk mengungkapkan isi hatinya saat ini yang juga memiliki protes yang sangat banyak.
"Di rumah sakit atau di manapun ketika bertemu dengan saya, bersikap biasa saja dan anggap tidak mengenal saya! jangan pernah mencampuri urusan saya,"
"Saya sebenarnya sangat muak berada di kamar ini dengan orang baru yang harus ada di sini, tetapi apa boleh buat. Kamu bisa tidur di kamar ini tetapi bukan berarti satu ranjang dengan saya!" tegas Naldy.
"Saya tegaskan untuk pertama dan terakhir kalinya, jangan berharap dalam pernikahan dan saya tidak akan menyentuh kamu!" tegas Naldy.
Air mata Zahra jatuh ketika mendapat kata-kata pedas dari suaminya, seolah-olah semua kejadian ini adalah salahnya, padahal dia juga hanya korban yang ingin membantu keluarganya.
Naldy tidak mengatakan apa-apa lagi dan kemudian langsung pergi. Zahra menyeka air matanya.
"Mengapa semua harus seperti ini? mengapa aku yang di pojokan dan diserang habis-habisan?"
"Ada apa ini ya Allah?"
"Mengapa seperti ini?"
"Mengapa ya Allah?" Zahra benar-benar tidak menyangka jika hidupnya akan berakhir seperti ini.
Bersambung.....