NovelToon NovelToon
JATUH UNTUK BANGKIT

JATUH UNTUK BANGKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta Terlarang / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Elang Alghifari, CEO termuda yang sukses, dijebak oleh sahabat dan calon istrinya sendiri. Dalam semalam, ia kehilangan segalanya—perusahaan, reputasi, kebebasan. Tiga tahun di penjara mengubahnya dari pemimpin visioner menjadi pria yang hidup untuk satu tujuan: pembalasan.
Namun di balik jeruji besi, ia bertemu Farrel—mentor yang mengajarkan bahwa dendam adalah seni, bukan emosi. Setelah bebas, Elang kabur ke Pangalengan dan bertemu Anya Gabrielle, gadis sederhana yang mengajarkan arti cinta tulus dan iman yang telah lama ia lupakan.
Dengan identitas baru, Elang kembali ke Jakarta untuk merebut kembali segalanya. Tapi semakin dalam ia tenggelam dalam dendam, semakin jauh ia dari kemanusiaannya. Di antara rencana pembalasan yang sempurna dan cinta yang menyelamatkan, Elang harus memilih: menjadi monster yang mengalahkan musuh, atau manusia yang memenangkan hidupnya kembali.
Jatuh untuk Bangkit adalah kisah epik tentang pengkhianatan, dendam, cinta,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16: SURAT CINTA PERTAMA

#

Elang tidak datang ke alamat yang Brian kirim. Bukan karena takut—ia sudah melewati fase takut sejak lama—tapi karena ia tahu itu jebakan. Brian ingin ia panik, ingin ia bertindak gegabah, ingin ia muncul sendirian di tempat yang Brian kontrol. Dan Elang sudah belajar dari Farrel: jangan pernah main di lapangan musuh kalau kamu bisa tarik mereka ke lapanganmu.

Ia mematikan HP itu—burner phone yang hanya Harris dan Stella tahu—dan membuangnya ke tong sampah di stasiun. Beli HP baru dengan nomor baru. Mengirim pesan singkat ke Harris: *"Abort. Brian tau. Freeze semua gerakan selama seminggu. Aku balik ke base."* Lalu ke Stella: *"Stay low. Jangan kontak siapapun. Tunggu instruksi."*

Bus malam ke Bandung berangkat jam sebelas. Elang duduk di kursi paling belakang dengan hoodie menutupi wajah, mata tidak pejam sedetik pun selama empat jam perjalanan. Setiap kali bus berhenti, ia waspada—mengecek siapa yang naik, siapa yang terlalu lama menatap ke arahnya, siapa yang duduk terlalu dekat.

Paranoia, mungkin. Tapi paranoia membuat orang tetap hidup.

Subuh ketika ia tiba di Pangalengan. Udara dingin menusuk paru-paru dengan cara yang anehnya menenangkan—berbeda dari udara Jakarta yang terasa berat dan kotor. Ia berjalan kaki dari terminal kecil ke warung Bu Marni, jalan setapak yang basah oleh embun pagi, kabut tipis masih menyelimuti kebun teh di kejauhan.

Warung masih gelap—terlalu pagi untuk buka. Tapi ketika Elang naik tangga ke kamar kosnya dengan langkah pelan agar tidak membangunkan siapa-siapa, ia melihat cahaya tipis dari bawah pintu kamarnya. Seseorang menyalakan lampu di dalam.

Tangannya refleks meraba kantong—tidak ada senjata, tidak ada apa-apa untuk defend selain kepalan tangan dan insting bertahan yang diasah tiga tahun di penjara. Ia putar knob pintu perlahan, mendorong sedikit, mengintip ke dalam—

Kamarnya kosong. Tidak ada orang. Hanya lampu meja kecil yang menyala, dan di atas kasur, secarik kertas dilipat rapi dengan sesuatu yang terlihat seperti... bunga kecil kering di sampingnya.

Elang masuk, menutup pintu, mengambil kertas itu dengan tangan yang sedikit gemetar—bukan karena takut, tapi karena sesuatu yang lebih lembut dan lebih menakutkan: harapan.

Kertas itu—HVS sederhana yang biasa dipakai untuk nota warung—berisi tulisan tangan dengan pulpen biru, huruf tegak bersambung yang rapi seperti tulisan anak sekolah yang selalu dapat nilai bagus di pelajaran mengarang:

*Mas Elang,*

*Anya tau Mas pergi ke Jakarta. Anya nggak nanya kenapa, karena itu urusan Mas. Tapi Anya khawatir. Anya takut Mas lupa siapa Mas sebenarnya di tengah semua rencana balas dendam itu.*

*Dendam boleh, Mas. Anya nggak bilang Mas harus maafin orang yang jahat. Tapi jangan lupain Allah. Jangan lupain sholat. Jangan lupain bahwa di atas semua rencana kita, ada Rencana Yang Maha Kuasa yang lebih besar.*

*Anya doain Mas selalu dilindungi. Anya doain Mas nggak kehilangan diri Mas sendiri. Anya doain Mas... bisa balik dengan selamat.*

*Bunga ini Anya petik dari kebun belakang warung. Namanya bunga edelweiss—Mamah bilang artinya 'keabadian'. Anya nggak tau kenapa Anya kasih ini ke Mas. Mungkin karena Anya berharap ada sesuatu di Mas yang tetap abadi—kebaikannya, walaupun dunia udah jahat sama Mas.*

*Jaga diri, Mas.*

*-Anya*

Elang membaca surat itu sekali. Dua kali. Tiga kali—sampai huruf-huruf itu kabur karena sesuatu basah di matanya yang ia tolak untuk akui sebagai air mata. Tangannya gemetar memegang kertas tipis itu, seolah memegang sesuatu yang sangat berharga dan sangat rapuh sekaligus.

Tidak ada yang pernah—*tidak ada*—yang peduli padanya dengan cara ini. Bukan dengan syarat, bukan dengan agenda, bukan dengan harapan dapat sesuatu. Hanya peduli karena... karena apa? Karena kebaikan hati yang terlalu polos untuk dunia yang kejam ini?

Ia mengambil bunga kering itu—kecil, putih kecoklatan, indah dengan cara yang sederhana. Edelweiss. Keabadian. Ia meletakkannya di meja kecil dengan hati-hati, seolah benda paling berharga yang pernah ia miliki.

Lalu ia mengambil pulpen dari tas, mencari kertas kosong—tidak ada yang bagus, hanya halaman robek dari notebook—dan mulai menulis. Tangannya, yang biasa menandatangani kontrak jutaan dollar dengan percaya diri, sekarang ragu membentuk huruf-huruf:

*Anya,*

*Makasih. Makasih udah khawatir. Makasih udah ingetin aku tentang hal-hal yang aku hampir lupa—sholat, doa, kebaikan.*

*Aku nggak tau apa aku bisa jadi orang baik lagi. Terlalu banyak yang rusak di dalam. Tapi kamu... kamu kayak cahaya di hidup yang udah terlalu lama gelap. Dan entah kenapa, kalau ada kamu, gelap itu nggak se-mencekik biasanya.*

*Aku janji akan jaga diri. Bukan cuma buat aku, tapi juga buat kamu—karena kayaknya kamu bakal sedih kalau aku kenapa-kenapa. Dan aku nggak mau bikin kamu sedih.*

*Terima kasih buat bunganya. Akan aku jaga.*

*-Elang*

Ia lipat kertas itu, berjalan keluar kamar dengan pelan—langit sudah mulai terang, warna jingga tipis muncul di horizon. Turun tangga, menuju dapur di mana ia tahu Anya biasanya sudah bangun untuk persiapan sarapan warung.

Benar saja—lampur dapur menyala, ada suara air mengalir dan panci beradu. Elang berdiri di ambang pintu, melihat Anya dengan kerudung biru sederhana dan celemek bergambar doraemon—kombinasi yang seharusnya lucu tapi entah kenapa membuat dadanya terasa hangat—sedang mencuci beras sambil bergumam lagu yang ia tidak kenal.

"Anya," ia memanggil pelan.

Anya tersentak, hampir menjatuhkan panci, menoleh dengan mata lebar yang langsung berubah menjadi senyum lebar begitu melihat Elang. "Mas! Tos mulih! Alhamdulillah! Anya mikir Mas mah balik siang atuh, ternyata subuhan tos dateng. Capek pasti. Udah sarapan? Anya bikinin—"

"Anya," Elang memotong dengan lembut, mengulurkan kertas lipatan. "Ini buat kamu."

Anya menatap kertas itu dengan wajah bingung, mengambilnya dengan tangan yang masih basah—meninggalkan bercak air di kertas tapi Elang tidak peduli. Ia membaca dengan bibir bergerak pelan membentuk kata-kata, dan Elang melihat—benar-benar melihat dengan detail yang nyaris menyakitkan—bagaimana pipi Anya perlahan memerah, mulai dari ujung telinga lalu menyebar ke seluruh wajah seperti cat yang tumpah pelan.

"Mas..." suaranya keluar berbisik, mata masih di kertas, tidak berani menatap Elang. "Ini... Anya..."

"EULEUH!" Suara keras dari arah tangga membuat mereka berdua melompat. Bu Marni berdiri di sana dengan tangan di pinggang dan senyum lebar yang tidak bisa disembunyikan. "Anya mah geus resep ka si Akang teh! Emak mah tos terang! Tiap subuh Anya suka ngintip Akang sholat ti kamar, suka bikinin teh anget tanpa diminta, suka—"

"EMAK!" Anya berteriak dengan wajah merah total sekarang, hampir ungu. "Mana ada! Anya mah cuma... cuma..."

"Cuma naon? Cuma suka? Cuma sayang?" Bu Marni ketawa—ketawa hangat tanpa ejekan, ketawa ibu yang senang melihat anaknya bahagia. "Teu nanaon atuh, Nak. Akang Elang mah alus, rajin sholat, kerja keras. Emak mah setuju."

"Emak!" Anya berlari ke tangga, lewat ibunya dengan wajah tertutup tangan, suara teredam: "Anya mah isin pisan!" Lalu menghilang ke atas, meninggalkan Elang dan Bu Marni di dapur.

1
Dessy Lisberita
aku kok suka nya elang sama. stella ya thoor
Dri Andri: sayangnya elang udah jatuh cinta sama anya
total 1 replies
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: oke simak terus yaa
total 1 replies
Rizky Fathur
hancurkan Brian Thor sehancur hancur Thor bongkar semua kebusukannya Brian Thor jangan bikin elang naif memaafkan Brian pas Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang berbisik kepada Brian Brian keluargamu bagiamana bikin di sini Brian sampai memohon jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli Dan tertawa jahat Thor hahahaha
Dri Andri: perlahan aja ya😁k
total 2 replies
Rizky Fathur
Thor cepat bongkar kebusukan Brian Thor bikin elang kejam kepada musuhnya musuhnya bantai Sampai ke akar akarnya bersihkan nama baiknya elang Thor bikin di sini sifatnya jangan naif Thor
Rizky Fathur
cepat bantai Brian dengan kejam Thor bongkar semua kebusukannya ke media Thor bikin elang bersihkan namanya Dan Ambil lagi semua hartanya bikin elang tuntut balik orang yang melaporkannya dulu Dan yang memfitnahnya dulu dengan tuntutan puluhan milyar bikin elang kejam kepada musuhnya Thor kalau perlu tertawa jahat dan kejam berbicara akan membantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya kepada elang bikin elang tertawa jahat hahahaha Brian aku tidak perduli habis itu pukulin Brian sampai pingsan
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: gaskeun
total 1 replies
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya seru cepat buat elang Ambil kembali asetnya bongkar kebusukan Brian bikin elang kejam Thor sama Brian bilang akan bantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang tertawa jahat Thor
Rizky Fathur: bikin elang kejam Thor bongkar kebusukan Brian ke media bersihkan nama baiknya elang Thor bikin elang tuntut balik yang memfitnahnya Dan menjebaknya itu dengan tuntutan berapa ratus Milyar Thor
total 2 replies
Dessy Lisberita
bangkit lah elang
Dessy Lisberita
jngan terlalu percaya sama saudara ap lagi sama orang asing itu fakta
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya bikin elang menang bikin Jefri kalah Thor kalau perlu Hajar Jefri sampai luka parah
Dri Andri: gas bro siap lah perlahan aja ya makasih udah hadir
total 1 replies
Kisaragi Chika
bentar, cepat banget tau2 20 chapter. apa datanya disimpan dulu lalu up bersamaan
Dri Andri: hehehe iyaa
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!