NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Lensa

Takdir Di Balik Lensa

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Model / Office Romance
Popularitas:949
Nilai: 5
Nama Author: Novaa

Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.

Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.

Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 03 # DI BAWAH PENGAWASAN MATA ES

​Skye menghabiskan sisa pertemuan di ruang rapat seolah-olah pikirannya adalah lemari besi berlapis baja. Ia menjawab setiap pertanyaan detail dari tim kreatif ATEEA desainer, stylist, dan direktur seni dengan ketenangan yang sempurna, membahas konsep pemotretan "Ascension" seolah-olah Alex Mahendra Prakasa hanyalah patung perunggu mahal di sudut ruangan.

​Timnya luar biasa, terorganisir, dan penuh hormat. Mereka tahu siapa Skye, dan mereka bekerja dengan efisiensi ala Eropa, sebuah kejutan menyenangkan di tengah hiruk-pikuk Jakarta. Namun, setiap kali ia mengangkat kepala, tatapan Alex sudah menunggunya, tajam dan tanpa emosi, seperti sebilah pisau yang dipegang erat.

​Setelah pertemuan ditutup dengan jabat tangan formal yang kaku antara Skye dan Alex, Skye tahu, perang dingin ini baru saja dimulai.

✨✨✨✨

​Hari Pertama Pemotretan, Studio ATEEA Group

​Lampu studio 5000 watt yang panas terasa kontras dengan suhu dingin dalam hati Skye. Ia berdiri di tengah set yang didekorasi minimalis dengan nuansa beton dan baja, menciptakan kontras sempurna untuk gaun haute couture pertama yang ia kenakan: siluet ramping berwarna perak metalik.

​Semua berjalan profesional, tetapi ada satu hal yang aneh.

​CEO ATEEA Group seharusnya berada di lantai 30, mengurus masalah saham dan merger. Namun, Alex Mahendra Prakasa justru berdiri sepuluh meter darinya, bersandar di pilar, mengenakan kemeja biru navy dan celana bahan yang membuat siluet tubuhnya semakin terbentuk. Ia tidak memegang kamera, tidak memegang clip board, ia hanya mengawasi, seperti seorang juri yang siap menjatuhkan hukuman.

​"Lebih tajam, Skye! Bukan hanya mata, tunjukkan ambisi di balik mata itu!" teriak Direktur Seni, Andra, mengarahkan.

​Skye mengatupkan rahang, memproyeksikan kekuatan yang diminta. Klik!

​"Tidak. Pak Alex, bagaimana menurut Anda?" tanya Andra ragu.

​Semua mata beralih pada Alex. Pria itu bergerak perlahan, langkahnya terukur. Ia berhenti tepat di depan Andra, tatapannya menyapu set, lalu berhenti pada Skye.

​"Pose itu kaku. Jelas terlihat dipaksakan," kata Alex, suaranya rendah, tanpa perlu berteriak. Kata-katanya lebih efektif daripada cambuk.

​Skye menahan napas. Ini bukan kritik profesional. Ini serangan pribadi.

​"Permisi, Bapak Alex," Skye turun dari panggung, mendekat dengan senyum modelnya yang paling palsu. "Saya bekerja sesuai arahan direktur seni. Jika ada visi spesifik, tolong sampaikan pada tim Anda, bukan mengkritik performa yang sudah optimal."

​Alex membalas senyum palsunya, senyum yang tidak mencapai matanya. "Optimisme dan keangkuhan. Dua hal yang tidak pernah berubah dari Sekar Kenanga. Saya mengkritik hasilnya, Skye. Ekspresi Anda terlihat seperti mencoba menekan amarah, bukan ambisi."

​Ia mengucapkan nama aslinya dengan penekanan yang membuatnya merasa telanjang di depan semua orang.

​"Seorang model profesional selalu tahu bagaimana memisahkan emosi pribadinya dari pekerjaan," balas Skye, suaranya setenang mungkin.

​"Kalau begitu, mari kita lihat seberapa 'profesional' Anda," Alex mengambil tablet dari tangan Andra, membuka file rencana shoot. "Ganti latar. Pindahkan dia ke set warehouse yang berantakan. Beri dia dua pengait berat di pergelangan tangan seolah-olah dia terbebani, tapi biarkan dia tersenyum. Mari kita lihat, model Paris, apakah Anda bisa membuat beban itu terlihat mahal."

​Perintah itu tidak ada dalam mood board. Itu adalah improvisasi kejam yang dirancang untuk mempermalukannya.

​Skye kembali ke set yang baru disiapkan, merasakan jaket kulit yang Alex kenakan sepuluh tahun lalu kini terasa seperti rantai yang mengikat lehernya. Ia hampir hilang kesabaran. Rasa ingin berteriak dan melempar gaun perak itu ke wajah Alex begitu kuat, tetapi ia menelan ludah. Jika ia pergi, Alex menang. Citranya hancur.

​Tidak. Kau tidak akan menghancurkanku dua kali.

​Skye mengatur napas, memejamkan mata sesaat. Ketika ia membukanya lagi, Sekar Kenanga telah menghilang, digantikan oleh Skye, sang Bidadari Es. Ia mengangkat wajahnya ke kamera, membiarkan beban pengait logam itu menariknya, tetapi matanya memancarkan cahaya pemberontakan dan determinasi yang mematikan.

​Klik! Klik! KLIK!

​Alex mengawasi dari kejauhan. Wajahnya yang semula puas karena melihat Sekar hampir menyerah, kini berubah. Matanya menyipit, bukan karena kritik, melainkan karena pengakuan.

​Wanita di depannya ini memang bukan lagi gadis culun 18 tahun yang terpaksa dijodohkan. Dia adalah Skye. Wanita dewasa. Wanita yang menaklukkan lensa kamera dengan setiap serat otot dan kehendaknya. Perpaduan antara kemarahan dan ambisi yang ia proyeksikan kini menjadikannya benar-benar mempesona, menarik setiap mata, termasuk matanya sendiri.

​Alex merasakan sensasi yang familiar, sebuah debaran yang telah ia bekukan sepuluh tahun lalu. Seolah-olah setengah persen dari rasa suka konyolnya dulu, yang ia kira sudah mati, tiba-tiba terbangun dan menusuknya. Dia merasakan pesona itu. Pesona dari wanita seksi dan kuat yang tahu bagaimana membuat semua mata tertuju padanya.

​Kau masih sama berbahayanya seperti dulu, Sekar.

​Namun, detik berikutnya, Alex mengatupkan rahangnya lagi, memaksakan kembali lapisan es yang telah ia bangun. Ini hanya bisnis. Dan dia akan memastikan, dia tidak akan pernah lagi menjadi ‘boneka’ Sekar.

✨​Ruang Ganti Pribadi, Malam Hari

​Setelah pemotretan selesai, Skye melemparkan dirinya ke sofa ruang ganti yang sejuk, wajahnya ditekuk dalam ekspresi kesal yang luar biasa. Mila, asisten pribadinya, sibuk mengemasi perlengkapan rias, tetapi telinganya menangkap gumaman penuh amarah.

​"Bajingan arogan itu! Dia benar-benar—benar-benar keterlaluan!" Skye menghentakkan kaki, meski hanya menghasilkan suara lembut dari sepatu stiletto mahalnya. "Siapa dia pikir dia, mengkritik pose yang sudah memenangkan sepuluh penghargaan internasional? 'Kaku'? Dia yang kaku! Kaku dan dingin!"

​Mila menutup kotak rias dengan hati-hati. Ia berbalik, senyum tertahan menghiasi wajahnya.

​"Tapi, nona," kata Mila lembut, "dia sangat tinggi, ya? Dan kemeja biru navy itu... benar-benar menonjolkan—"

​"Menonjolkan keangkuhannya? Ya! Aku tahu!" potong Skye cepat.

​Mila menggeleng pelan. "Bukan, nona. Menonjolkan... garis rahangnya yang tegas. Dan badannya terlihat sangat kokoh di balik kemeja itu. Dia berjalan seolah-olah dia memiliki setiap ruang yang dia injak. Dia... CEO yang sangat, sangat tampan."

​Skye menatap Mila, matanya menyala, siap meluncurkan rentetan umpatan lagi. Namun, di dalam hati kecilnya, sebuah suara kecil yang jujur. Suara Sekar Kenanga yang terpendam menggema. Mila benar. Dia memang terlihat luar biasa sekarang. Tubuhnya yang kekar bukanlah tampilan cowok culun usia 19 tahun yang dulu ia ingat. Alex telah tumbuh menjadi pria yang berbahaya.

​Skye berdeham, cepat-cepat menepis pikiran itu. "Tampan itu relatif, Mila. Dia itu iblis. Iblis yang menggunakan kesuksesannya untuk membalas dendam masa lalu yang seharusnya sudah terkubur!"

​Ia membuang bantal sofa dengan frustrasi, tetapi di sudut matanya, ia masih bisa melihat bayangan Alex, berdiri tegak di set, tatapan dingin yang tiba-tiba melunak saat ia mengangkat kamera. Setengah persen... Entah mengapa, ingatan tentang Alex yang terdiam saat melihatnya tadi malam membuatnya merasa sedikit... menang. Dia berhasil memancing emosi di balik tembok es itu.

​Permainan ini baru saja dimulai, Alex Mahendra Prakasa. Dan kau tidak boleh tahu seberapa besar aku menginginkan proyek ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!