Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Edward
Setelah pembacaan surat wasiat itu, Edward kembali ke kamarnya tanpa berpamitan kepada Vony. Radit yang sedari tadi tidak memahami apa yang terjadi pun memilih diam.
Edward pun merebahkan tubuhnya lagi dan berpikir keras. Kenapa sang kakek memberikan warisan dengan sebuah syarat yang tak mungkin ia lakukan.
"Ini benar benar berat. Bertemu dengannya saja aku tidak pernah." ,batin Edward yang kesal.
Edward pun bangun dan membuka laptopnya. Ia mulai mencari alamat gadis yang disebutkan kakeknya itu.
"Apa kakek tidak salah menjodohkanku dengan gadis pedesaan" , gumamnya.
"Jika dilihat dari sini, rumahnya saja harus melewati gunung!", gumamnya lagi sambil memainkan mouse di depan laptop itu.
"Hasst!! Lama lama gila juga mikirin ini!", gerutu Edward dengan mengacak-acak rambutnya.
***
Sang Surya berhasil menampakkan batang hidungnya menembus sela sela tirai jendela kamarnya. Ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Edward yang harus bergegas untuk pergi bekerja, kini harus dibebankan dengan surat wasiat sang Kakek yang menurutnya nyeleneh.
"Ck, minimal kasih tau fotonya lah, Kek!", racaunya.
Suara Alarm yang berbunyi nyaring berhasil membuyarkan pikiran Edward. Ia akhirnya berjalan gontai menuju kamar mandi.
Setelah ia bersiap, Edward pun turun menuju ruang makan. Terlihat kedua adiknya dan sang mama yang sudah terduduk diatas kursi makan.
Sedangkan sekretaris Fian yang sedari tadi menunggu di ruang tamu terlihat mengekor dibelakang Edward dan menjelaskan jadwal kerjanya hari ini.
Saat Edward duduk di kursi makannya , Fian pun berhenti menjelaskan jadwal kerjanya dan berdiri dibelakang Edward.
Pak Yahya telah menyiapkan beberapa sandwich dan jus alpukat untuk sarapan pagi keluarga tersebut.
"Kak Fian nggak ikut sarapan?", celetuk Megan.
Edward yang mendengar celetukan Megan pun menatap tajam kepadanya.Megan otomatis terdiam seketika melihat tatapan mata Edward.
Setelah meneguk habis jus alpukat buatan pak Yahya, ia pun berdiri dan bersiap menuju kantor dan diikuti oleh sekertaris Fian dibelakangnya.
"Fian, kalau aku menikah menurutmu bagimana?", tanya Edward yang sukses membuat Fian menganga.
"Maaf tuan, apa anda sedang bercanda?", tanya balik Fian.
"Aku bertanya sebagai temanmu, bukan tuanmu. Jadi berhenti berbicara formal padaku.", tutur Edward yang membuat Fian mengerti.
"Dengan siapa?" , tanya Fian yang datar.
"Apa kau mengenal pengacara Teo? Kakek menuliskan ini kepadaku", ujar Edward dengan menyerahkan sebuah amplop putih yang berisi surat wasiat mendiang sang kakek.
Sekretaris Fian pun membuka dan membacanya. Betapa terkejutnya ia membaca isi surat tersebut.
"Lalu apa yang kamu pilih Ed?", tanya Fian.
"Entah. Aku sudah mencari tau alamatnya di google, dan kamu tau? Kalau kita kesana, kita harus melewati gunung!", ungkap Edward.
"Gila! Tapi apa kamu bersedia Ed? Jika tidak, harta kakek akan jatuh ke tangan pamanmu yang licik itu.", ucap sekertaris Fian.
Edward pun tak menjawab dan larut dalam keheningan. Hingga akhirnya suara sang sekertaris memecah keheningan itu.
"Aku rasa kamu harus menikahinya Ed." ,ujar Sekertaris Fian.
"Itu bukan solusi Fian!", timpal Edward.
"Dengar dulu! Aku belum selesai bicara!",sahut Sekertaris Fian.
"Apa rencanamu?",tanya Edward.
"Kawin kontrak saja!" , celetuk Fian.
"Gila! Apa dia mau?! Kurasa orang pedesaan tidak akan mau!", sahut Edward.
"Kita coba saja! Kita bayar dia dengan uang.", ujar Sekertaris Fian.
Tak pernah terpikirkan sedikitpun oleh Edward tentang rencana sang sekertaris.
"Sepertinya rencana Fian bagus juga. Lagian siapa sih yang mau nolak laki laki tampan sepertiku?", batin Edward yang kemudian sedikit menyeringai.
"Baiklah. Jadwalkan pertemuanku dengan pengacara Teo hari ini.", titah Edward.
"Hari ini schedule anda penuh Tuan!", jawab Fian.
"Batalkan saja salah satunya!", titah Edward lagi.
Mobil pun memasuki halaman gedung perusahaan. Perusahaan yang sangat berpengaruh di negara Akasia. Edward turun dari mobilnya dan disambut oleh beberapa karyawannya.
Setelah sampai di ruangannya, sekertaris Fian segera menghubungi Pengacara Teo. Memintanya untuk menemui Edward secepat mungkin. Tak lama kemudian, hanya dalam dua puluh menit saja, pengacara Teo sudah berada di hadapan Edward.
"Bagaimana Tuan Muda? Apa anda bersedia?", tanya pengacara Teo.
"Baiklah. Antarkan saya ke alamatnya!", jawab tegas Edward.
"Baik Tuan Muda!", sahut Pengacara Teo.
"Tapi dengan satu syarat, keluarga gadis itu tidak ada yang boleh mengetahui tentang alasan pernikahan ini.!" ,ujar Edward yang membuat pengacara Teo menyetujuinya.
Mereka pun akhirnya berangkat menuju desa di Kota Raflesia. Edward dan sekertaris Fian berada dalam satu mobil yang sama. Sedangkan pengacara Teo mengendarai mobilnya sendiri.
"Serius Tuan kita naik mobil?", tanya Sekertaris Fian.
"Iya. Bukankah kita harus menunjukkan effort untuk melamar seseorang?", jawab Edward dengan percaya diri.
"Baiklah, Tuan.", balas Sekertaris Fian.
