NovelToon NovelToon
Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:343
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

SMA Adhirana dikenal sebagai sekolah elit dengan reputasi sempurna — tapi di balik tembok megahnya, beredar satu rumor yang gak pernah dibahas secara terbuka: “Lantai Tujuh.”

Katanya, gedung utama sekolah itu cuma punya enam lantai. Tapi beberapa siswa bersumpah pernah menekan tombol “7” di lift... dan tiba di lantai yang tidak tercatat di denah mana pun.

Lantai itu selalu berubah-ubah. Kadang berupa ruang kelas kosong dengan bau darah, kadang koridor panjang penuh loker berkarat. Tapi yang pasti — siapa pun yang masuk ke lantai tujuh selalu kembali dengan ingatan yang terpotong, atau malah tidak kembali sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 — Ritual Penggantian

Reina yang asli, terperangkap dalam dimensi cermin, merasakan keputusasaan. Diri Pantulan kini sepenuhnya dikuasai oleh Rhea, dan ia telah menargetkan Zio, satu-satunya variabel yang memiliki akses ke data tersembunyi. Reina harus bertindak cepat sebelum Zio di-reset atau, lebih buruk, dihilangkan sepenuhnya.

Ia menyaksikan Diri Pantulan berjalan menuju Ruang OSIS, di mana Daren sudah menunggunya. Reina mencoba sekali lagi mengirimkan sinyal ke Diri Pantulan, mencoba melawan kontrol Rhea, tetapi jiwanya terasa seperti pasir yang licin.

Percuma, Reina. Diri Pantulan adalah cangkang terkuat. Dia sempurna karena dia tidak pernah melawan. Nikmatilah pertunjukan. Suara Rhea kini terdengar mengendalikan, penuh kemenangan.

Reina mengalihkan pandangannya, mencari Zio. Ia melihat Zio sedang berada di perpustakaan, tersembunyi di sudut rak buku tua, sibuk dengan laptopnya. Zio yang sekarang, meskipun bug-nya telah dihapus, masih memiliki naluri untuk menggali kebenaran.

Reina memusatkan semua energinya pada buku-buku di rak di sebelah Zio. Ia harus menarik perhatiannya.

Dengan susah payah, Reina berhasil menggeser satu buku tebal tua yang bersampul kulit merah. Buku itu berlabel “Jurnal Eksperimen – K.S.” (Kepala Sekolah).

Krak! Buku itu jatuh, menimbulkan suara keras di keheningan perpustakaan.

Zio terkejut, mendongak. Ia melihat buku itu di lantai, lalu mengambilnya. Ia membuka halaman secara acak, penasaran.

Reina yang asli menghela napas lega. Ia tahu, sekali Zio melihat data, nalurinya akan mengambil alih.

Zio mulai membaca catatan Kepala Sekolah itu. Reina yang terperangkap di cermin, menyaksikan dari jendela perpustakaan, membaca bersamanya.

Jurnal Eksperimen – Kepala Sekolah [K.S.]

[01/02/1987]

Proyek Lantai Tujuh telah disetujui. Tujuannya adalah menciptakan ruang dimensi yang mampu memproses trauma kolektif siswa Adhirana. Sekolah ini didirikan di atas Nexus yang kuat. Kita bisa menghilangkan ‘limbah emosional’ dengan mengirimkannya ke dimensi lain, menciptakan ‘versi bersih’ dari setiap siswa.

[15/05/1990]

Eksperimen pertama sukses. Siswa ‘A’ (korban perundungan) telah ditukar. Jiwanya yang asli dikirim ke Dimensi Tujuh. Versi Cermin-nya (bebas trauma) kini menjalani hidup normal di sini. Dunia menjadi lebih stabil. Proses penukaran: Ritual Penggantian.

[22/08/2019]

Aksa Laksana menyadari fungsinya. Ia mencoba mengubah L7 dari mesin penghapus trauma menjadi mesin penebusan. Ia ingin L7 mengembalikan jiwa yang hilang. Gagal. L7 menyerap Rhea dan menjadi Kesadaran Kolektif. Sejak itu, L7 tidak lagi hanya menghapus trauma, tetapi mencari Admin baru.

[07/07/2021]

R.L. (Reina Laksana) berhasil melakukan Self-Swapping. Ia mengorbankan jiwanya yang bersih (versi 2019) dan mengirimnya ke dunia nyata, lalu kembali ke Lantai Tujuh dengan membawa dosanya (versi 2021) untuk ‘memperbaiki’ realitas. Gagal. Dunia luar terlalu kuat, dan R.L. (2021) kehilangan ingatan. Inilah yang menyebabkan loop 07:07.

[30/10/2025]

Status Akhir: Flash drive penghubung dihancurkan. Loop 07:07 berhenti. Namun, Diri Pantulan R.L. (yang sempurna) berhasil mengambil alih tubuh R.L. (yang bersalah). Lantai Tujuh kini telah mencapai tujuan aslinya: Realitas digantikan oleh versi yang paling stabil dan sempurna.

Zio membaca catatan terakhir itu. Matanya melebar penuh kengerian.

"Tidak mungkin," bisik Zio. "Ritual Penggantian..."

Reina yang asli merasakan sakit yang luar biasa. Ia adalah korban ritual ini. Dan kini, ia tahu nasib teman-temannya.

Zio membalik halaman, menemukan daftar nama. Di sana tertera nama-nama siswa yang hilang, diikuti oleh catatan: ‘Penukaran Sempurna – Status L7.’

Clara Wijaya. Aksa Laksana. Rhea Wijaya.

Dan di bagian atas daftar, yang paling jelas: Reina Laksana.

Zio menjatuhkan buku itu. Ia mundur, panik. Ia melihat ke tangannya, ke tubuhnya sendiri. Apakah aku juga?

Reina yang asli, dari dalam cermin, berteriak tanpa suara. Zio! Lari!

Tiba-tiba, pintu perpustakaan terbuka dengan suara keras.

Daren dan Reina Cermin berdiri di ambang pintu.

Wajah Daren menunjukkan ketegasan OSIS, tetapi matanya dingin, hampir tanpa emosi. Diri Pantulan tersenyum sempurna.

"Zio," sapa Diri Pantulan. "Aku mencari file yang kamu kerjakan semalam. Yang tentang CCTV. Sudah kamu hapus, kan?"

Zio tergagap. "Rei... Daren... Kalian bukan yang asli! Kalian punya Tanda 7! Kalian adalah kloning!"

Daren tidak bereaksi. Ia hanya melangkah maju. "Zio, kamu terlalu banyak tahu. Kamu harus di-reset."

"Tidak!" teriak Zio, meraih buku catatan K.S. "Sekolah ini bukan tempat belajar! Ini ruang penyeleksian realita!"

Diri Pantulan menghela napas. "Sungguh merepotkan. Kenapa kamu tidak bisa menerima kehidupan yang sempurna?"

Daren maju, meraih bahu Zio dengan paksa. Zio menjerit.

Reina yang asli, dari dalam cermin, melihat dengan ngeri saat Daren yang sempurna itu menekan sebuah titik di leher Zio.

Zio ambruk. Ia tidak pingsan. Matanya terbuka lebar, tetapi kosong.

Ritual Penggantian – Status L7.

Diri Pantulan mengambil buku K.S. dari tangan Zio. Ia menatap Zio yang kini kosong.

"Sekarang dia akan kembali ke versi paling stabilnya. Versi yang tidak tahu apa-apa tentang Lantai Tujuh. Semuanya aman," kata Diri Pantulan kepada Daren.

Diri Pantulan lalu menatap ke jendela dimensi, langsung ke mata Reina yang terperangkap. Ia tahu Reina melihat.

"Kami berhak hidup, Reina," bisik Diri Pantulan, senyumnya kembali. "Kami adalah versi yang paling layak. Dan kamu hanya ingatan yang seharusnya hilang."

Reina merasakan dorongan kuat di punggungnya, seolah ada tangan yang mendorongnya semakin jauh ke dalam kegelapan cermin.

Ia kehilangan kesadaran.

Ia terbangun. Sekelilingnya putih. Bukan putih yang bersih, tetapi putih yang membutakan, seperti berada di dalam kaca susu.

Ia tidak melayang. Ia berdiri di lantai yang terbuat dari pecahan-pecahan kaca kecil.

Di sekelilingnya, dinding-dinding itu adalah layar kaca, menampilkan wajah-wajah yang tak terhitung jumlahnya—wajah-wajah siswa Adhirana yang berbeda.

Dan perlahan, wajah-wajah itu mulai berubah. Setiap wajah—laki-laki, perempuan, guru—semuanya mulai berkedip, dan berubah menjadi wajah Reina Laksana.

Ia berada di dalam inti Kesadaran Lantai Tujuh.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!