NovelToon NovelToon
Ibu Susu Bayi Sang Duda

Ibu Susu Bayi Sang Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Ibu Pengganti / Pengasuh / Menikah Karena Anak
Popularitas:39.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hari yang seharusnya menjadi momen terindah bagi Hanum berubah menjadi mimpi buruk. Tepat menjelang persalinan, ia memergoki perselingkuhan suaminya. Pertengkaran berujung tragedi, bayinya tak terselamatkan, dan Hanum diceraikan dengan kejam. Dalam luka yang dalam, Hanum diminta menjadi ibu susu bagi bayi seorang duda, Abraham Biantara yaitu pria matang yang baru kehilangan istri saat melahirkan. Dua jiwa yang sama-sama terluka dipertemukan oleh takdir dan tangis seorang bayi. Bahkan, keduanya dipaksa menikah demi seorang bayi.

Mampukah Hanum menemukan kembali arti hidup dan cinta di balik peran barunya sebagai ibu susu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

09. menyesal?

Suasana rumah Biantara relatif tenang. Siska pergi menghadiri arisan keluarga, Miranti kembali ke rumahnya dan hari ini ada kunjungan ke panti sosial, dan pelayan sibuk dengan urusan dapur. Hanum duduk di ruang tengah bersama Kevin yang baru saja tertidur dalam pelukannya.

Dia menatap bayi itu lama, mengelus pipinya lembut.

“Kamu tenang sekali, Nak…,” bisiknya lirih. Namun dalam hatinya, bayangan ucapan Abraham di meja makan terus berputar.

‘Aku hanya melindungi istriku. Semua orang harus tahu itu.’

Hanum menggeleng cepat, berusaha menepis debar yang muncul.

'Jangan terlalu berharap, Hanum. Dia hanya melakukannya karena tanggung jawab.' pernah jatuh cinta dulu sama Galih, tetapi tak pernah sedebar ini saat dekat dengan Abraham, seakan rasa itu berbeda.

Saat itulah, langkah berat terdengar mendekat. Abraham muncul dari arah koridor, tanpa jas, hanya mengenakan kemeja putih dengan lengan tergulung. Dia berhenti sejenak di ambang pintu, menatap pemandangan yang selalu membuat dadanya berdesir, Hanum duduk tenang sambil memangku Kevin, wajahnya lembut seperti cahaya yang menenangkan.

“Dia tidur?” suara Abraham dalam, pelan. Hanum tersentak kecil, buru-buru berdiri.

“Iya, Tuan. Baru saja terlelap.”

“Letakkan saja di kamar, kamu pasti pegal terus-terusan menggendong,” ucap Abraham sambil berjalan mendekat. Hanum menggeleng, senyum tipis terbit di wajahnya. “Tidak apa-apa. Tuan Muda lebih nyaman begini.”

Abraham terdiam beberapa detik, lalu menarik napas panjang. Pandangannya terfokus pada bayi itu, lalu bergeser ke arah Hanum.

“Aku ingin berterima kasih … untuk semuanya. Kalau bukan karena kamu, Kevin mungkin tidak akan setenang ini. Aku sendiri … tidak tahu bagaimana harus mengurusnya.”

Hanum menunduk, hatinya menghangat mendengar pengakuan jujur itu. “Saya melakukan ini karena ikhlas, Tuan. Kevin seperti … anak saya sendiri.”

Kata-kata itu membuat Abraham tercekat. Ada sesuatu yang menekan dadanya, rasa bersalah bercampur syukur. Dia melangkah lebih dekat, jarak di antara mereka hanya sejengkal.

“Hanum,” panggilnya, suaranya lebih lembut dari biasanya. Wanita itu menoleh, matanya gugup bertemu sorot tajam Abraham.

“Semalam … saat aku bilang kau istriku, aku tidak menyesalinya,” ucap Abraham mantap. “Aku hanya ingin kau tahu, apa pun yang orang lain katakan, di mataku kau adalah bagian dari keluarga ini. Bukan lagi orang luar.”

Hanum terdiam, jantungnya berdetak tak karuan. Dia ingin menjawab, tetapi suaranya tercekat. Air matanya hampir jatuh karena ucapan itu lebih berharga daripada apa pun. Namun, sebelum ia sempat merespons, suara tangisan Kevin memecah keheningan. Hanum segera menggendong bayi itu, menenangkannya. Abraham melangkah mundur sedikit, menatap keduanya lama, lalu menghela napas berat.

“Aku kembali ke ruang kerja,” katanya singkat, tapi sorot matanya tak bisa menyembunyikan gejolak yang mulai tumbuh. Hanum hanya mengangguk, memeluk Kevin lebih erat. Dalam hatinya, ia berbisik lirih, 'Kenapa rasanya aku mulai berharap padamu, Tuan…?'

Setelah urusan di rumah selesai, Abraham berangkat ke kantor. Sementara Hanum kembali mengurus Kevin dengan hati yang masih berdebar. Setiap kali mengingat kata-kata Abraham di ruang tamu tadi, dadanya terasa hangat sekaligus penuh tanda tanya.

Namun, di kantor, Abraham justru diliputi pikiran yang tak menentu. Tangannya sibuk menandatangani berkas, tapi pikirannya melayang pada kejadian semalam. Tatapan Hanum yang terkejut, ekspresinya saat ia berkata 'selama Tuan Abraham melindungiku, aku tidak takut' semua itu mengganggu fokusnya.

“Tuan Abraham,” suara sekretaris mengetuk lamunannya. “Tuan Galih Biantara ingin bertemu sore ini ... katanya ada hal penting.”

Alis Abraham terangkat, Galih keponakannya itu membuat emosinya kembali bergejolak. Tanpa ragu, ia mengangguk.

“Baik, suruh dia datang jam empat.”

Sementara itu, di rumah keluarga Biantara, Hanum sedang menemani Siska di ruang tamu. Wanita paruh baya itu tengah membaca majalah, sesekali melirik menantunya yang sibuk merapikan mainan barang cucunya.

“Hanum,” panggil Siska lembut.

Hanum mendongak. “Iya, Bu?”

“Kau tahu … Bian bukan pria yang mudah membuka hati. Tapi semalam, caranya membela kamu … itu hal besar.”

Hanum terdiam, dia menggigit bibir bawahnya, tak berani menanggapi. Siska menutup majalah, menatap Hanum penuh arti.

“Jangan takut untuk berdiri di sampingnya. Kamu bukan lagi perempuan yang hanya berteduh. Kamu sekarang bagian dari keluarga ini. Apa pun yang orang luar katakan, kamu harus kuat. Aku juga ingin kalian bertiga terus bersama,"

Ucapan itu seperti menambah beban sekaligus kekuatan bagi Hanum. Dadanya bergetar, tapi kali ini karena rasa percaya diri yang perlahan tumbuh.

Sore itu, di kantor, Galih akhirnya datang. Wajahnya kusut, langkahnya gelisah. Begitu duduk di hadapan Abraham, ia langsung berbicara tanpa basa-basi.

“Paman, aku ingin menjelaskan soal semalam. Lilis … terlalu emosional ... paman tahu, Hanum itu mantan istriku, jadi...”

“Justru karena itu.” Suara Abraham dingin, memotong tajam. “Kau harusnya lebih tahu cara menahan istrimu. Bukan membiarkan dia mempermalukan Hanum di depan umum.”

Galih terdiam, wajahnya merah padam. “Aku … aku tidak menyangka akan sejauh itu. Tapi Hanum juga salah, dia tidak seharusnya datang...”

“Mengapa? Karena kau takut dia mengingatkan semua orang bahwa kau pernah meninggalkan wanita sebaik dia?” Abraham mencondongkan tubuh, suaranya rendah namun penuh tekanan. “Dengar baik-baik, Galih. Sekali lagi istrimu menyentuh Hanum, aku tidak akan hanya bicara. Aku akan pastikan kau kehilangan lebih dari sekadar reputasi.”

Galih terperangah, tak menyangka Abraham begitu keras. Untuk pertama kalinya, ia melihat lelaki itu bukan hanya sebagai pengusaha dingin, tapi juga sebagai sosok yang tak ragu menunjukkan amarah demi Hanum.

"Aku keponakanmu, Paman. Kenapa kau lebih membelanya?"

"Karena dia istriku!" Galih, terdiam dan napasnya tercekat.

Di luar ruangan, hati Abraham bergemuruh. Dia sendiri tak paham mengapa emosinya begitu meledak. Tapi satu hal jelas, Hanum bukan lagi sekadar istri kontrak dalam hidupnya. Dia sudah menjadi seseorang yang tak boleh disentuh siapa pun.

Malam itu di rumah mewah yang baru saja mereka tempati setelah pesta pernikahan, suara bentakan Galih menggema dari ruang keluarga.

“Kamu ini keterlaluan, Lis! Saldo di rekening hampir habis hanya dalam dua minggu! Apa kamu kira uang itu tidak ada batasnya?” Galih melempar slip rekening ke meja, wajahnya merah padam menahan emosi.

Lilis, yang sedang asyik mencoba gaun baru di depan cermin, menoleh dengan tatapan tak peduli.

“Uang itu kan uang suamiku, terserah aku mau pakai untuk apa. Lagian aku butuh tampil cantik, beli tas, perhiasan, perawatan. Masa kamu mau istrimu kalah kelas dengan wanita lain?”

“Wanita lain?” Galih mengepalkan tangan. “Kamu pikir dengan menghambur-hamburkan uang, martabatmu naik? Justru aku makin malu. Hanum dulu...” kalimatnya terhenti tiba-tiba.

Namun Lilis sudah menangkap nama itu. Matanya membelalak, wajahnya memanas. “Hanum?!” teriaknya lantang. “Berani-beraninya kamu membandingkan aku dengan perempuan kampungan itu?!”

Galih terdiam, sadar lidahnya terpeleset. Tapi emosinya belum reda.

“Setidaknya Hanum tidak pernah boros seperti ini. Dia tahu bagaimana mengatur rumah tangga, bukan hanya menghabiskan uang untuk foya-foya!”

“Dasar laki-laki tak tahu diri!” Lilis menjerit, lalu dengan cepat menampar Galih keras hingga wajah pria itu berbalik ke samping. “Kalau kamu masih cinta sama perempuan murahan itu, kenapa kamu nikahi aku, hah?!”

Galih terdiam, rahangnya mengeras. Tamparan itu membuat harga dirinya runtuh. Namun jauh di lubuk hatinya, ia tahu ucapannya tadi bukan sekadar terpeleset. Dia benar-benar merasakan kehilangan sesuatu yang dulu ada pada Hanum yaitu ketulusan, kesederhanaan, dan pengabdian seorang istri yang tidak pernah menuntut lebih.

Lilis mendengus, melipat tangan di dada. “Ingat, Galih. Sekarang aku istrimu, bukan Hanum! Jangan pernah banding-bandingkan aku dengan dia lagi kalau kamu masih mau rumah tangga ini bertahan!”

Galih menatapnya tajam, tetapi memilih bungkam. Dalam hati, ia merasakan penyesalan samar. Namun ego pria itu terlalu tinggi untuk mengakuinya.

1
Lusi Hariyani
jgn sampe ada jebak menjebak kak othor emang siapa rania itu mantan bukan kluarga bukan bikin ulah trs
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 🥰🥰 terima kasih 😘
Kar Genjreng
cinta di tolak mbh dukun bertindak lampir
Rokhyati Mamih
Bian jangan lupa bawa istri mu yah ?
Hanum.bisa loh nakhlukin ranio
Ddek Aish
karna Julio ngeyel ngarap keuntungan yang besar akhirnya Abraham terima proyek ini dengan si pelakor berabe kan jadinya sekarang
Teh Euis Tea
awas bian waspada jgn ssmpe kena jebajan betmen😁
Ucio
Rania As Mak lampir mulai beraksi
waspada Abraham
IbuNa RaKean
ulet Keket😡😡
Lisa
Ciee Hanum & Abraham udh mulai mesra nih 😊😊 bahagia selalu y utk kalian bertiga..
Asri Yunianti
jangan ada peristiwa jebakan² ya kak🤭
Ani Basiati: lanjut thor
total 2 replies
IbuNa RaKean
aaahhhhh so sweet🥰🥰
Mbak Noer
bagus ceritanya seru
Lusi Hariyani
pasangan ini bikin gemes aja dech
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 🥰🥰 terima kasih 😘
Kar Genjreng
tersenyumlah Abraham agar dunia semaksimal n damai,,,wajah kaku kulkas lima pintu,,,mulai banyak senyum di hadapan hanum ❤️❤️lope lope sekebon mangga 😁😁
ken darsihk
Sadar kan kamu Bian , Hanum istri mu pantas di bangga kan
Istri mu nggak kaleng2 Biiii 👏👏👏
ken darsihk
Lanjuttt ❤❤❤
ken darsihk
Akhir nya es itu mencair juga 👏👏👏
Kar Genjreng
Qu kirim vote Yo Ben tambah semangat Mas menggarap Hanum 🤩❤️
Lisa
Seneng banget bacanya akhirnya Abraham benar² merubah sikapnya dan lebih menghargai Hanum apalagi Hanum mempunyai bakat design..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!