Si Tampan, Ketua Geng
Angin malam bulan September berbisik nakal di antara gedung-gedung tua Universitas Airlangga, membawa aroma keringat, parfum murah, dan janji-janji kosong.
Di aula utama Gedung Rektorat, yang disulap menjadi diskotek dadakan untuk pesta penyambutan mahasiswa baru, musik EDM menghentak, memompa adrenalin lebih cepat dari suntikan efedrin, Lampu strobo warna-warni menyapu wajah-wajah muda yang bersemangat, sebagian besar masih berbau asa dan kegugupan, Namun tidak bagi Arion.
Arion berdiri di sudut, bersandar pada pilar kokoh yang seolah mencerminkan dirinya. Tubuhnya tinggi, atletis, dibalut kemeja linen hitam yang tidak dikancingkan tiga kancing teratas, memperlihatkan dada bidang yang berisi, Dia seperti magnet, Bahkan tanpa bergerak, mata-mata wanita tak henti mengincarnya.
"Masih saja jadi pusat perhatian Dion" suara bariton rendah menyapa di sampingnya.
(Dion, panggilan akrab Arion di lingkaran terdekatnya.)
Arion menoleh, seringainya melebar. "Bukan salahku Ken, Mereka yang tak tahu cara mengalihkan pandangan"
KENZIE (20 mahasiswa Hukum, kepercayaan Arion, berbadan besar tapi gesit, mata tajam seperti elang).
Kenzie adalah orang nomor dua di Klan Garuda, geng paling dominan di kampus, yang ia dan Arion pimpin.
"Lihat itu si Clarissa dan Tania, Sudah kau pancing lagi"
Arion hanya mengangkat bahu, menyesap rokok di tangannya.
"Mereka datang sendiri" ucap Arion.
CLARISSA (18 mahasiswi baru Ilmu Komunikasi, cantik, berambut pirang sebahu) dan TANIA (18 mahasiswi baru Ekonomi, berambut cokelat panjang, lebih kalem dari Clarissa) terlihat dari seberang aula.
tatapan mereka terpaku pada Arion, Mereka adalah mahasiswa baru yang paling digosipkan, bukan hanya karena kecantikan mereka, tapi juga karena rumor mereka telah jatuh ke dalam pesona Arion di minggu pertama orientasi.
Arion menangkap tatapan mereka, mengedipkan sebelah mata, dan wajah mereka langsung merah, berbisik-bisik sambil tertawa genit.
"Malam ini lumayan ramai" Arion bergumam, matanya menyapu kerumunan.
Tidak hanya ada mahasiswa baru dan anggota Klan Garuda, tetapi juga beberapa wajah yang ia kenal dari geng-geng lain.
"Tentu saja Ini pesta kampus Dion, Semua orang ingin melihat siapa yang berkuasa" jawab Kenzie, suaranya mengandung nada peringatan.
Pandangan Arion terhenti pada sosok seorang pria berambut cepak, berotot, dengan tato naga kecil di lehernya, sedang tertawa keras di tengah kelompoknya.
REY (20 mahasiswa Teknik, berotot, agresif, tangan kanan Rex). Arion mengenali Rey sebagai salah satu kaki tangan Rex, pemimpin geng Serigala Hitam, Aroma ketegangan mulai terasa.
Tiba-tiba musik berhenti, DJ yang mabuk terlihat sedang bertengkar dengan panitia, Aula menjadi sedikit sunyi menciptakan jeda yang menegangkan, Dalam keheningan yang canggung itu, suara tawa Rey melengking,
"Apa ini? Anak-anak Garuda sudah kehabisan bensin? Tumben tidak ada yang berani mendekat"
Mata Arion menyipit, Kenzie sudah mengepalkan tangannya.
"Sialan, Dia memprovokasi"
"Biarkan saja, Anjing menggonggong, kafilah berlalu" Aron hanya tersenyum tipis, Namun sorot matanya jelas berbeda, Ini bukan lagi tentang permainan, Ini tentang harga diri.
Rey merasa di atas angin, melangkah maju, ia melihat Clarissa dan Tania yang sedang memandang ke arah Arion.
"Oh lihat siapa ini, Anak-anak ayam baru Arion, Cantik, tapi sayang, Arion itu cuma suka mencicipi, bukan memiliki, Mau coba yang lain? Yang lebih tahu cara memuaskan"
Seketika itu juga suasana aula berubah, Desahan kemarahan terdengar dari kelompok Garuda, Mata Arion yang tadinya tenang, kini berkilat tajam.
ia melangkah maju perlahan, melewati kerumunan yang sontak minggir memberinya jalan, Aura berbahaya yang mengelilinginya terasa nyata.
"Sepertinya ada anjing yang lepas kendali di sini" Arion berkata, suaranya tenang namun menusuk
"Lebih baik kau kembalikan ke kandangnya sebelum gigitannya jadi masalah" balas Kenzie.
Rey tertawa sinis "Oh pangeran Garuda kita merasa terusik, Jangan-jangan salah satu dari gadis-gadis ini sudah kau klaim sampai kau jadi begitu posesif"
Clarissa dan Tania, yang tadinya ketakutan, kini justru merasa terpancing. Clarissa, yang lebih berani berteriak.
"Jaga bicaramu, Siapa kau"
Rey yang tadinya mengira Clarissa akan takut, terkejut dengan reaksi itu. Kemarahannya meningkat, Ia mengangkat tangannya seolah ingin menampar Clarissa.
Seketika itu juga Arion bergerak lari sangat cepat, Ia tidak berbicara, tidak mengancam, Ia hanya bergerak.
Tinju Arion menghantam rahang Rey dengan kecepatan mematikan, Suara tulang beradu terdengar jelas di tengah musik yang tiba-tiba kembali berdentum kencang, seolah alam semesta ingin menjadi saksi pertarungan ini.
Rey limbung, darah segar menyembur dari hidungnya yang patah.
"Itu untuk Clarissa" Arion berbisik dingin, saat Rey terhuyung.
"Dan ini untuk diriku"
Tendangan lutut Arion tepat menghantam perut Rey, membuatnya terhuyung ke belakang menabrak meja DJ dan menjatuhkan semua peralatan.
Musik kembali terputus, Keheningan tiba-tiba kembali melanda, lebih mencekam dari sebelumnya, Rey tergeletak di lantai mengerang kesakitan, darah menetes dari hidung dan bibirnya.
“REY” Sebuah suara teriakan berat menggelegar dari pintu masuk aula.
REX (20, mahasiswa Teknik, pemimpin Serigala Hitam, berbadan kekar, tatapan penuh kebencian) muncul dengan kelompoknya sekitar dua puluh pria berotot dari Serigala Hitam.
"Bajingan Garuda" Rex mendesis, matanya terpaku pada Rey yang terkapar.
"Kau sudah melewati batas Arion"
Arion hanya tersenyum, Seringai tipisnya tidak pernah luntur.
"Terserah, Aku hanya membersihkan sampah"
"Berani sekali kau", Rex berteriak memberi isyarat kepada anak buahnya.
"Hajar mereka"
Pertarungan pecah, Aula yang tadinya tempat pesta berubah menjadi arena gladiator modern, Meja meja terbalik, kursi kursi berhamburan, Para mahasiswa lain berteriak panik berlari mencari perlindungan, Beberapa bersembunyi di bawah meja, sebagian lagi mencoba keluar dari kerumunan.
Kenzie bergerak cepat, melindungi Arion dari belakang.
"Dion, kali ini terlalu banyak"
"Tidak ada yang terlalu banyak" Arion menggeram, matanya menari-nari mencari target, Ia bergerak lincah, menghindari pukulan, membalas dengan tendangan dan pukulan yang presisi.
Arion bukan hanya petarung jalanan, ia adalah seniman dalam kekerasan, Setiap gerakannya adalah koreografi yang mematikan.
Ia melihat Clarissa dan Tania menjerit di dekatnya, berusaha menjauh dari kerumunan, Arion mengalihkan pandangannya sebentar, memastikan mereka aman, Ia tidak bisa mentolerir siapa pun menyentuh propertinya, bahkan jika itu hanya ucapan Rey.
Satu per satu anggota Serigala Hitam tumbang, Arion tak terhentikan, Keringat membasahi kemejanya, tapi ia tak menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Wajahnya yang tampan kini sedikit kotor dengan noda darah, menambah aura bahaya yang aneh.
Rex sendiri berlari ke arah Arion, Ia adalah musuh terberat Arion, Mereka sudah sering bertarung, dan setiap kali pertarungan itu berakhir seri atau dengan salah satu dari mereka nyaris sekarat.
"Aku akan menghancurkanmu Arion" Rex menggeram, melayangkan pukulan keras ke kepala Arion.
Arion menghindar tipis, merasakan angin pukulan di pipinya.
"Coba saja" Arion membalas menghantam perut Rex dengan sikunya.
Mereka bertukar pukulan, saling tendang, menciptakan lingkaran kekerasan di tengah kekacauan. Teriakan dan erangan terdengar di mana-mana, Dari kejauhan Arion melihat Clarissa dan Tania berhasil keluar dari aula berlari terbirit-birit, Arion menghela napas lega, namun perhatiannya kembali terfokus pada Rex.
Tiba-tiba, suara sirene mobil polisi meraung-raung dari luar gedung semakin mendekat.
"Sial" Rex mengumpat "Polisi datang"
Para anggota Serigala Hitam yang masih berdiri langsung panik, Mereka tahu konsekuensinya jika tertangkap polisi, Rex menatap Arion dengan penuh kebencian, lalu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk mundur.
"Ini belum berakhir Arion, Aku akan membalasnya"
Arion hanya balas menatapnya dingin, "Aku akan menunggumu"
Serigala Hitam bubar, sebagian besar melarikan diri lewat pintu belakang atau jendela, Anggota Garuda yang terluka parah segera dibantu oleh anggota lainnya untuk melarikan diri sebelum polisi masuk, Kenzie meraih lengan Arion.
"Dion, kita harus pergi Sekarang"
Arion melirik sekeliling aula yang hancur, Aroma darah kini bercampur dengan bau alkohol dan asap dari korsleting lampu. Ia mengangguk, lalu mengikuti Kenzie. Di tengah kekacauan itu. saat ia melangkah keluar dari aula yang gelap, tatapannya tak sengaja menangkap sesuatu.
Sebuah siluet di lorong yang remang-remang, di luar pintu aula yang kini terbuka, berdiri seorang wanita.
Rambut hitam panjangnya tergerai, sosoknya ramping, dan matanya, matanya menatap Arion dengan intensitas yang tidak bisa ia baca. Tidak ada ketakutan, tidak ada kekaguman, Hanya semacam rasa ingin tahu yang aneh.
Wanita itu adalah LUNA (20 mahasiswi Seni Rupa) Arion belum tahu namanya, tapi ia akan segera tahu.
Pandangan mereka bertemu sesaat, Lalu Arion mengikuti Kenzie, menghilang ke dalam kegelapan malam, meninggalkan aula yang hancur dan bau darah yang samar.
Ia tidak tahu bahwa tatapan yang baru saja ia tukar di lorong itu adalah awal dari ciuman berdarah yang sesungguhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments