Ayra Khansa Adiba Dokter muda yang menjadi korban ke egoisan ke dua orang tuanya, ia hidup sendiri di ibu kota.
ia tak tau kemana ibunya pergi, sedangkan ayahnya sudah hidup bahagia dengan keluarga barunya.
Ayahnya memang bertanggung jawab atas pendidikan dan kehidupan Ayra, namun itu semua tidak di sukai oleh Ibu sambung dan saudara tirinya.
Yang membuat Ayra geram dan jengkel, dan Ayra bertekad untuk mengembalikan, semua uang ayahnya yang di keluarkan untuk membiayai kuliahnya.
Namun satu hal terjadi karena ulah kakak tirinya,yang membuat hidup Ayra berubah,apakah hidup Ayra berubah lebih apa atau malah memburuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DCMGA 21
Ayra terduduk lemas ketika melihat tubuh sang ayah, tergeletak lemas dan bersimpah darah, ia tadi mengikuti sang suami ketika berjalan menemui kiyai Idris di depan Ballroom.
Ayra semakin penasaran ketika kiyai Idris bilang ada yang tidak beres di kamar sang Ayah, dan Ayra memutuskan untuk mengikuti suaminya, hingga tiba di depan kamar yang di tempati sang ayah, Ayra melihat beberapa petugas di depan kamar tersebut.
Alfarezeel menghampiri istrinya yang terduduk lemas di belakangnya, tatapan tak percaya.
" Ay bangun Ay"ujar Alfarezeel membantu sang istri untuk bangkit dan mendekat ke arah kiyai Luqman.
" Innalillahi wa Innalillahi rojiun" gumam Kiyai Idris.
Seketika dada Ayra sesak, dan sulit untuk bernafas, walau hubungan di antara keduany tidak baik, namun Ayra di lubuk paling dalam masih menyayangi sang ayah.
" Sabar ya Ay" bisik Alfarezeel memeluk sang istri yang tampak diam dan tatapannya kosong.
Ayra sulit untuk bersuara, ia syok apa yang di lihat baru saja, siapa yang begitu tega membunuh sang ayah.
"kita apa jenazah ayah ke rumah sakit yaaa.. untuk di otopsi , lalu kita kabari keluarga di Jawa" ujar Alfarezeel.
Ayra hanya mampu mengagukan kepalanya, kemudian ia berjalan di tuntun oleh suaminya, menuju Mobil milik Alfarezeel, Alfarezeel pamit kepada Kiyai Idris untuk meninggalkan acara.
Di dalam mobil Ayra tampak diam dan menatap ke depan dimana ambulans yang membawa Ayahnya.
Alfarezeel meraih tangan sang istri dan di genggam kuat, untuk memberinya kekuatan.
" Sabar Ya... masih ada aku, Umma, Zahira dan yang lainnya"ujar Alfarezeel yang masih menggegam erat tangan Ayra.
Ayra hanya menoleh ke arah Alfarezeel sekilas dan tersenyum, walau hanya sebentar kemudian kembali menatap ke arah depan.
Sedangkan di acara pernikahan Zahira, Zahira sedang menggerutu karena sahabat dan kakaknya meninggalkan pernikahannya begitu saja, padahal acara belum selesai.
Kiyai Idris memang tak memberi tahu apa yang sedang terjadi, beliau akan memberi tahu setelah acara selesai, ia tak mau merusak momen penting sang cucu.
"awas aja ya... Ayra kalau ketemu bakal aku beri berhitungan" gerutu Zahira yang di dengar oleh suaminya.
" sabar sayang, mungkin memang ada kepentingan toh perginya juga sama Kakak Al" Dokter Barra mencoba memberi pengertian pada sang istri.
" tapikan mas, setidaknya pamit kek, tau chat kek, ini pamit enggak, chat juga enggak,di telfon enggak di angkat" sahut Zahira.
" coba nanti kita hubungin lagi yaa... setelah acara selesai"
...****************...
Kembali ke Ayra dan Alfarezeel yang kini dalam perjalanan menuju ke pesantren sang ayah, setelah melakukan beberapa pemeriksaan di rumah sakit.
Alfarezeel nampak begitu lelah, ia menyetir sendirian sedangkan di sampingnya Ayra tampak terlelap.
Alfarezeel merasa di tenang, pasalnya sedari tadi sang istri tidak mengeluarkan ekspresi apapun, ia bahkan tidak menangis, hanya menangis saat mengetahui sang ayah terbujur kaku.
Alfarezeel menoleh ke arah sang istri yang tampak terlelap, tak di pungkiri ia juga begitu lelah, Alfarezeel memutuskan untuk berhenti di rest area terdekat, setidaknya ia bisa memejamkan mata walau hanya tiga puluh menit .
Setelah sampai di rest area, Ayra terbangun dan melihat ke sekitar.
" kita sudah sampai Gus?" tanya Ayra yang baru bangun masih dengan suara serak khas bangun tidurnya.
Alfarezeel yang baru saja memarkirkan mobilnya menoleh ke arah Ayra, yang masih mengenakan baju bridesmaidnya.
" kita istirahat sebentar ya... saya ngantuk takut kalau di lanjutkan malah bahaya"jawab Alfarezeel.
Ayra hanya mengangukan kepalanya, ingin menggantikan namun ia tidak bisa mengendarai mobil, selama ini ia selalu di antar Lucas atau naik ojol dan lebih sering menaiki transportasi umum.
Ayra melihat jam menunjukan pukul sebelas, banyak sekali panggilan tak terjawab dari umma Annisa dan juga Zahira, banyak pesan teks yang di kirim oleh Zahira, namun Ayra tidak membukanya.
Ayra merasakan lapar dan haus, ia memutuskan untuk keluar membeli makanan, baru saja membuka pintu mobil dan ingin keluar,namun tangannya di cekal oleh sang suami.
" mau kemana?" tanya Alfarezeel.
" saya mau cari minum dan camilan gus" jawab Ayra.
Alfarezeel lalu melepaskan tangannya dan kembali memejamkan matanya.
" apa anda mau titip sesuatu?" tawar Ayra.
Alfarezeel kembali membuka matanya dan menatap sang istri, yang tampak begitu lelah.
"biar saya yang belikan saja, kamu mau apa?" ucap Alfarezeel.
" ehh enggak usah Gus, gus lanjut tidur saja, saya juga mau ke toilet kok" cegah Ayra, yang memegang lengan sang suami yang kekar.
" Ya sudah saya titip ice americano saja satu no sugar ya.... sama air putih" ujar Alfarezeel menyerahkan Black cardnya pada sang istri.
" tidak usah Gus, saya masih ada uang, apalagi mahar dari Gus masih utuh" tolak Ayra.
" ambil, simpan itu untuk keperluan kamu yang lain,pakai ini saja, pin nya tanggal lahir kamu" pinta Alfarezeel memaksa Ayra untuk mengambil kartunnya.
" hah?" Ayra terkejut kenapa bisa Black card milik suaminya pin nya tanggal lahir dirinya.
Namun tak mau ambil pusing Ayra kemudian mengambil kartu tersebut dan keluar dari mobil menuju ke minimarket di depan mobil mereka.
Di dalam mobil Alfarezeel baru saja ingin memejamkan matanya, namun suara dering telfon dari ponsel sang istri, membuat dirinya kembali membuka matanya.
Tertera nama Zahira di sana, dan satu ponsel pemberiannya juga berdering, tertera nama Umma.
Alfarezeel lebih memilih panggilan dari sang umma, Alfarezeel kemudian menekan tombol hijau dan tersambung panggilan video.
" Halo Assalamualaikum, loh Al, istrimu mana? gimana keadannya? kalian sampai mana?"boom pertanyaan dari Umma Annisa.
" Waalaikumsalam umma, umma bisa tanya satu- satu tidak Al pusing, mau jawab yang mana"jawab Alfarezeel.
" okay sekarang istrimu gimana keadanya?" tanya Umma Annisa yang tampak sekali raut wajah khawatir.
" Al enggak bisa memastikan Ayra baik- baik saja tidak ma, sedari tadi dia hanya diam dan tertidur, dan sekarang dia lagi ke minimarket karena kita berhenti di rest area" jawab Alfarezeel.
Tak lama muncul wajah sang adik dengan segala dengan seribu pertanyaan yang di lontarkan.
" kakak, kakak dimana? Ayra dimana? Ayra baik- baik saja kan? Ayra enggak kenapa- kenapa kan Kak? apa dia sudah makan? sedari tadi pagi dia belom makan sama sekali lho" beribu pertanyaan dari Zahira.
" Aduh Ra, kakak pusing Ayra baik- baik saja, dia sedang ke minimarket beli minuman" jawab Alfarezeel.
" kenapa bukan kakak yang beli? dia punya asam lambung, jangan biarkan dia minum kopi, dia belom makan sama sekali sedari tadi, Kita besok baru kesana" sahut Zahira dari sebrang.
" Iya Ra, sudah ya... kakak mau beli nasi dulu buat Ayra, dia sepertinya hanya beli camilan " ujar Alfarezeel.
" tunggu, kenapa Ayra sedari tadi tidak menjawab telfonku?" tanya Zahira.
" Dia tidur dari tadi"
" Ya sudah umma, Al mau belikan istri Al makan dulu umma, Assalamualaikum " ujar Alfarezeel mematikan telfon secara sepihak, disaat Zahira ingin berbicara kembali.
Sedang di tempat hotel tempat resepsi Zahira sedang menggerutu karena kakaknya mematikan telfon secara sepihak, keluarga Alfarezeel baru mengetahui saat acara sudah selesai, dari situ Zahira dan Umma Annisa mencoba menelepon Alfarezeel dan juga Ayra.
Setelah mematikan telfon Alfarezeel turun dan mencari nasi agar di makan oleh sang istri, ia tak tahu jika sedari tadi sang istri belom makan sama sekali.
Di saat Alfarezeel membeli makanan, Ayra sudah selesai berbelanja, namun saat kembali ke mobil, mobil di kunci dan tidak ada orang sama sekali.
" kemana sih gus itu? mana gue enggak bawa ponsel lagi" gerutu Ayra.
Tiba- tiba saja hujan turun, Ayra berlari menuju tempat teduh, namun karena memakai kebaya, ia sulit berlari hingga bajunya lumayan basah karena terkena air hujan.
Tubuh Ayra mulai mengigil ,perut kosong, baju basah terkena hujan, Ayra menyeruput americano doubel shot yang ia beli untuk dirinya.
Tak lama Alfarezeel datang dari arah sebrang mengenakan payung dan menghampiri dirinya.
" Gus dari mana?" tanya Ayra.
" saya beli makan, kata Zahira kamu belom makan nasi sama sekali" jawab Alfarezeel.
" baju kamu basah?" tanya Alfarezeel melihat baju sang istri yang basah.
Ayra hanya mengangukan kepala, Alfarezeel menarik Ayra untuk berjalan di bawah payung menunu ke mobil.
Sesampainya di mobil Alfarezeel mengambil Hoodie yang memang ia simpan di mobil, dan memberikannya kepada Ayra yang sudah kedinginan.
" buka bajumu dan ganti pakai ini"
segitu GK pedulinya kah ia pd anak kandungnya .. selalu dapat ketidak adilan dr ibu/kakak tirinya
semangat ya!