Bagi Dira pernikahan adalah sebuah mimpi indah. Dira tak menyangka pria yang tiba-tiba mau menikahinya di hari pernikahan, disaat calon suaminya menghilang tanpa jejak, ternyata menyimpan dendam masa lalu yang membara.
Denzo tak menikahinya karena cinta melainkan untuk balas dendam.
Namun, Dira tidak tahu apa dosanya hingga setiap hari yang ia lalui bersama suaminya hanya penuh luka, tanya dan rahasia yang perlahan terungkap.
Dan bagaimana jika dalam kebencian Denzo, perlahan tumbuh perasaan yang tidak ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ars Asta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Beberapa jam berlalu Dira masih mengerjakan tugasnya. Kini ia sedang menganti gorden terakhir. Tubuhnya berkeringat, rambutnya berantakan dan tangannya sedikit gemetar karena lelah.
Suara mesin mobil terdengar di halaman, beberapa pelayan menyambut Tuan Denzo.
Langkah kaki Denzo terdengar. Ia menghentikan langkahnya saat melihat Dira masih sibuk berdiri di atas kursi, mengganti gorden tinggi itu sendirian.
"Sedang apa kau?" tanyanya datar.
Dira menoleh pelan, kaget tapi berusaha tersenyum. “Mengganti gorden, Mas. Ini yang terakhir.”
Denzo hanya menatapnya tanpa ekspresi, lalu melangkah pergi tanpa berkata apapun lagi. Tapi dalam hatinya, dia tak bisa membohongi rasa terkejutnya. Dira menyelesaikan semua pekerjaannya.
Dira memandang Denzo yang berjalan menjauh dengan sendu. Suaminya sangat dingin padanya.
Setelah semua pekerjaannya selesai, Dira beristirahat di sofa. Denzo menghampirinya dengan ekspresi datar. Ia memegang map biru. "Siapkan makan malam ku nanti," ucapnya lalu pergi tanpa menunggu Dira bicara.
Dira menatap punggung suaminya yang berjalan keluar. Ada perasaan senang saat Denzo menyuruhnya menyiapkan makan malam.
Bi Nina datang membawa Minuman dan cemilan lalu menyimpannya di meja. "Non terlihat senang. Apa yang Tuan katakan?" tanya Bi Nina duduk di samping Dira.
"Mas Denzo... Ingin aku masakin makan malam," ucap Dira pelan, senyum kecil tergambar di wajahnya.
Bi Nina ikut tersenyum. Nonanya sangat sabar sekali menghadapi sifat Tuannya.
"Tuan memang memberikan pesan, bahwa mulai sekarang Nona yang harus memasakkan untuk Tuan, baik sarapan, dan juga Makan malam," ungkap Bi Nina.
"Aku senang kalau ternyata mas Denzo masih mau, makan masakan ku."
"Non minum dulu." Bi Nina memberikan segelas jus jeruk untuk Dira.
"Makasih, Bi." Dira menerima minuman itu dan meminumnya hingga habis setengah.
Bi Nina memandang Dira dengan senyum kecil. Ia merasa lega Nonanya tidak keberatan dengan tambahan perintah yang Denzo berikan, justru dia terlihat senang.
"Oh iya, kapan mas Denzo pulang Bi?" tanya Dira. Denzo tadi pulang hanya untuk mengambil berkasnya yang tertinggal.
"Sekitar jam 7 malam Non," jawab Bi Nina.
Dira mengangguk paham. Ia lalu memutar badannya menghadap Bi Nina. "Bibi tau ngga makanan kesukaan Mas Denzo?"
"Tuan suka sekali makan ayam goreng mentega, Non."
Dira kembali bertanya dengan antusias. "Apa lagi Bi?"
"Sup ayam, Tempe kecap, ayam goreng dan udang goreng tepung."
Dira mengangguk paham. "Kalau yang tidak Tuan sukai?"
"Tuan tidak suka makanan pedas, dan makanan yang terlalu manis seperti cake, dan sayur pun Tuan hanya suka kentang, wortel, bayam dan kangkung."
Dira berusaha menghafal semua makanan yang Denzo sukai. "Baiklah aku akan buatkan makanan kesukaan mas Denzo nanti malam."
Denzo kini sudah berada di perusahaannya. Ia duduk di kursi kerjanya dengan menatap foto sang ibu di mejanya.
"Maaf Ma... Aku akan membuat dia mendapatkan balasan atas perbuatannya."
Denzo meraih bingkai foto itu. Perasaan rindu dan sakit akan kehilangan ibunya membuatnya sangat membenci Dira. Nafasnya mulai memburu, jarinya menekan bingkai foto dengan gemetar.
"Aku akan buat dia mengakui kesalahannya dan berlutut meminta maaf."
***
Jam sudah menunjukkan jam 6, Dira sudah berada di dapur dan akan memasak makanan kesukaan Denzo. Ia membuatkan ayam goreng mentega, udang goreng tepung dan sup ayam untuk denzo.
Para pelayan yang berada di sana hanya bisa melihat Nona mereka memasak.
"Nona bisa memasak?" tanya salah satu pelayan berkomentar, ia heran jarang wanita kaya bisa memasak seperti itu.
"Nona seperti nya bukan wanita manja seperti wanita kaya uang yang lain," timpal pelayan lain ikut bersuara.
Para pelayan hanya bisa melihat dari jauh dan saat Bi Nina masuk ke dapur, pelayan itu langsung bubar takut ditegur lagi oleh Bi Nina.
Bi Nina menghampiri Dira yang masak memasak. Dira terlihat telaten memasak. Mungkin karena sudah terbiasa, makanan nya pun selesai dengan cepat.
"Sudah selesai Non?" Bi Nina berdiri disamping Dira. Ia melihat makanan yang Dira buat.
Dira mengangguk. Ia mengangkat makanan yang dia buat ke meja makan.
"Saya bantu Nona." Bi Nia menawarkan diri dan mengambil beberapa piring membawanya ke meja makan.
"Makasih, Bi," ucap Dira.
Dira lalu menyusun makanannya, ia cukup puas dengan masakan nya dan berharap Denzo akan suka. Dira lalu duduk sambil menunggu Denzo pulang.