Dijodohkan secara mendadak oleh sang paman, membuat Iswa Putri Sakinah harus menerima kenyataan menikah di usia yang sangat muda, yakni 19 tahun, terpaksa ia menerima perjodohan ini karena sang paman tak tega melihat Iswa hidup sendiri, sedangkan istri sang paman tak mau merawat Iswa setelah kedua orang tua gadis itu meninggal karena kecelakaan.
Aku gak mau menikah dengan gadis itu, Pa. Aku sudah punya pacar, tolak Sakti anak sulung Pak Yasha, teman paman Iswa.
Aku mau menikah dengan gadis itu asalkan siri, si bungsu terpaksa menerima perjodohan ini.
Apakah perjodohan ini berakhir bahagia bagi Iswa?
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RUMAH
"Butuh pemadam kebakaran?" ledek Sakti pada Kaisar yang keluar dari kamar dengan wajah cemberut. Yakin sekali bisa puyeng karena aktivitas itu terhenti, Sakti sendiri juga tadi gak ketok pintu langsung buka saja, menyebalkan, sedang on fire juga.
"Lain kali tuh ketok pintu, main buka saja! Iswa kalau telanjang gimana?" semprot Kaisar, malah membuat Sakti tertawa.
"Gak mungkin, Iswa palingan berubah wujud di kamar mandi."
"Sok tahu! Ngapain buka kamar aku."
"Cuma mau aja nongkrong, ngopi yuk!"
"Tumben? Apa kabar Mbak Andin?" sindir Kaisar yang tahu banget, Sakti bakal meluangkan waktunya untuk kerja dan Andin, sejak pacaran dengan dokter cantik itu, tak pernah ajak nongkrong Kaisar.
"Ke laut."
"Mantan dong ke laut."
"Emang!"
"Hah?" Kaisar kaget setengah mati. "Kok bisa?"
"Selingkuh."
"Hah? Yakin?"
Sakti menceritakan terciduknya Andin punya selingkuhan, tepat saat mereka jalan di mall itu. Kaisar sontak tertawa ngakak. "Kena karma sih, niat tikung adik sendiri!" Sakti langsung melempar wajah ganteng Kaisar dengan bantal sofa.
"Gue gak selingkuh sama Iswa ya."
"Makan tuh korma." Sakti berdecak sebal.
Setelah hari itu, Sakti langsung blokir Andin, segala macam akses komunikasi langsung diputus, bahkan akses ke kantor, Sakti langsung berpesan pada resepsionis dan satpam untuk melarang Andin masuk. Sakti tak butuh penjelasan mengapa Andin berkhianat, ia sudah cukup bukti untuk memutuskan perempuan itu. Bagi Sakti cinta setara dengan kesetiaan, dia tidak akan mengemis cinta pada pengkhianat, kayak tidak ada perempuan lain saja.
"Bang!"
"Hem."
"Jangan tikung Iswa ya."
"Lo tuh mikirnya kejauhan kali Kai, gak mungkin lah aku mengambil istri adik sendiri. Duh, calon sarjana mikirnya pendek banget."
"Ya siapa tahu, Abang lebih dekat sama Iswa."
"Kata siapa? lebih dekat lo lah, kan sudah begini!" Sakti menunjukkan kode ciuman.
"Belum kali. Kan Abang ganggu." Sakti tertawa ngakak. Sakti tahu kalau sang adik dengan Iswa mulai baikan, mungkin sudah diskusi untuk menjalani rumah tangga dengan serius juga. Keintiman keduanya pun baru tercipta.
"Kalau memang serius sama Iswa, maka jaga dia. Jangan pernah khianat, melalui apapun. Cowok tuh yang dipegang omongan. Abang meski diselingkuhi, pantang untuk mengemis kembali, karena selingkuh itu karakter. Sekali dimaafkan yakin deh akan terulang lagi, makanya jangan pernah mengulang kesalahan kemarin."
"Iya, Bang. Tapi Abang juga jangan cari perhatian sama Iswa."
"Lo takut banget sih."
"Ya iyalah. Di mata perempuan, Abang lebih mapan daripada aku lah. Punya uang banyak, dewasa, tegas, setia, meski gantengan aku sih." Sekali lagi Sakti melempar bantal sofa ke arah Kaisar. Keduanya tertawa.
"Enggak lah kalau cari perhatian sama Iswa, Kai. Udah punya kamu, ya kali Abang berperan sebagai ipar adalah maut."
"Jangan ajak Iswa kencan lagi."
"Iya. Emang waktu gue ajak dia ke mall kemarin, lo marah?"
"Marah lah, enak aja. Istriku malah kencan sama kakakku." Sakti tertawa, mungkin cinta masih belum ada, tapi rasa memiliki karena akad nikah yang membuat Kaisar tak suka Sakti jalan dengan Iswa.
"Dia sebenarnya menolak kok, Kai. Abang yang memaksa!"
"Tuh kan, Abang emang punya bibit pebinor kok! Makanya diselingkuhi."
"Dih, gue baru ajak kencan Iswa sekali, tapi Andin selingkuh udah 4 bulan, ya kali gue kena karma. Gak ada hubungannya."
"Tapi benar ya, Bang. Jangan tikung Bang."
"Ya kalau lo cerai kayaknya boleh Abang pinang," ledek Sakti yang membuat Kaisar gelagapan. Pria dewasa itu masuk kamar dengan tertawa terbahak, senang sekali melihat sang adik kebakaran jenggot.
Kaisar masuk kamar dengan cemberut, Iswa sedang melihat drama Cina lewat ponsel. "Wa!"
"Hem."
"Lo naksir gak sama Abang Sakti?" Iswa langsung menghentikan tontonan, menatap Kaisar dengan heran. Di luar kamar emang apa yang terjadi kok tiba-tiba tanya begini.
"Lah kenapa aku jadi naksir Abang Sakti?" Kaisar mengedikkan bahu. Kemudian mengambil ponselnya menghindari tatapan Iswa. Khawatir terceplos kalau Kaisar tak rela bila Iswa naksir sang abang. Masih gengsi menunjukkan rasa cemburu yang porsinya masih seuprit.
"Eh bentar, tadi di luar kamar Kakak ngobrol sama Kak Sakti?" Kaisar mengangguk. "Terus?"
"Ya gue bilang ke Abang jangan tikung lo."
"Kenapa Kakak punya pikiran aku naksir sama Kak Sakti? Lagian gak mungkin, Kak Sakti sudah punya Mbak Andin."
"Putus."
"Hah?"
"Nah, nah. Jangan bilang lo kaget terus lo bahagia terus berniat naksir dia."
Iswa menatap Kaisar dengan kesal, kalau saja menabok suami gak dosa mungkin Iswa akan lakukan, agar otak Kaisar berpikir dengan benar. "Kayaknya Kakak butuh dijedotin ke tembok deh, buat refresh otak."
"Niat banget buat gue amnesia."
"Lagian gak mungkin lah, aku naksir Kak Sakti, aku sadar setengah mati kalau aku istri kamu."
Kaisar tersenyum dan mencium pipi Iswa, "Benar ya."
"Ya kalau kamu tetap komit dengan kesepakatan kita, aku juga bakal jadi istri seutuhnya."
Kaisar tertawa ngakak, bahkan otaknya agak bergeser sedikit, travel otak yang menjurus ke hubungan suami istri. "Ya udah kalau gitu kita lanjutkan yang tadi."
"Apa?" tanya Iswa heran. Kemudian mengambil ponselnya. "Lihat dracin?"
Kaisar berdecak sebal, kemudian menempelkan bibirnya pada bibir Iswa seketika. Jelas Iswa mendelik kaget. "Kita udah sah Sayang, bahkan aku udah punya niatan untuk mendaftarkan pernikahan kita ke KUA."
Iswa diam, hatinya bergejolak, antara percaya atau tidak dengan sikap Kaisar ini. Masih ada ketakutan kalau dia menyerahkan seutuhnya, Kaisar masih berhubungan dengan Adel.
"Bertahap saja ya, Kak. Aku masih belum percaya sama kakak, aku ingin menyerahkan kehormatan saat aku percaya 100% pada Kakak."
Kaisar tertawa ngakak bahkan menyentil kening Iswa, "Kejauhan mikirnya. Gue belum berani sampai tahap itu, Gue belum kerja. Ya kali kalau lo hamil masih minta uang papa. Paham?" Iswa mengangguk. Kaisar mulai mendekatkan kembali bibirnya pada bibir Iswa. Berpagut secara perlahan, Iswa hanya diam, tak tahu harus bagaimana membalasnya.
"Manis," ucap Kaisar saat melepas pagutan. "Gue emang belum cinta sama lo, Wa. Tapi gue gak mau jauh sama lo, gue pengen dekat sama lo, dan gue gak suka lo dekat sama cowok lain. Please ya, bibir ini punya gue aja," pinta Kaisar sembari mengelus sudut bibir Iswa.
"Iyalah, kan Kakak suamiku!" jawab Iswa yang tak berani menatap wajah Kaisar sama sekali. Malam ini, cukup sampai di sini saja. Kaisar takut kebablasan, sepertinya ia akan beli pengaman. Khawatir kebablasan juga.
Keduanya tidur saling berpelukan, bahkan Iswa tidur berbantal lengan Kaisar. Sangat nyenyak, dan ada kehangatan dalam diri Iswa. Seolah Iswa punya rumah hangat untuk pulang setelah melakukan aktivitas sehari-hari, yakni di dalam pelukan Kaisar.
bang sat ( satya ) , bang kai ( kaisar )
kaya sebatas alasan doang ga ada artinya deh,,cihhhh kasah dari mana ucapan bo doh ,itu pun nyata ko marah