Hannah, seorang perempuan yang tuli, bisu dan lumpuh. Ketika melihat perut Hannah terus membesar, Baharudin—ayahnya—ketakutan putrinya mengidap penyakit kanker. Ketika dibawa ke dokter, baru diketahui kalau dia sedang hamil.
Bagaimana bisa Hannah hamil? Karena dia belum menikah dan setiap hari tinggal di rumah.
Siapakah yang sudah menghamili Hannah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3.
Sudah hatinya terluka dengan kehamilan Hannah, kini Pak Baharuddin mendapatkan pengusiran dari warga kampung. Dia tidak tahu harus pergi ke mana, karena tidak ada kerabat atau kenalan yang mau membantu mereka.
Dahulu, ketika Pak Baharuddin berjaya dan memiliki banyak harta melimpah, orang-orang pada datang kepadanya. Saudara, teman, tetangga, bahkan orang yang tidak dia kenal pun akan mengakui dirinya. Namun, setelah dia mengalami kebangkrutan dan jatuh miskin akibat ditipu, semua orang menjauhinya dan tidak ingin menolongnya.
"Bapak-Bapak ... Ibu-Ibu, kalian salah! Mana mungkin aku dan Hannah melakukan dosa besar seperti itu," ucap Pak Baharuddin ingin membela dirinya dan sang anak. Tidak mungkin dia tega melakukan perburuan keji seperti yang mereka tuduhkan.
"Alah! Itu buktinya anak kamu bunting. Pastinya kamu menyalurkan nafsu kamu sama anak sendiri, 'kan?" ucap Pak Iwan menuduh dengan keji.
"Astagfirullah, Pak. Sumpah demi Allah, aku tidak pernah melakukan hal itu! Tanya saja sama Pak RT apa yang sebenarnya terjadi," kata Pak Baharuddin sambil menunjuk ke arah Pak Budi.
"Itu bisa saja cuma cerita karangan kamu sendiri. Seperti yang kita semua tahu, tidak ada laki-laki yang mau menikah dengan anakmu yang cacat itu!" Pak Anwar sama nyolotnya menuduh seperti Pak Iwan.
"Pergi dari sini!" teriak orang-orang itu.
"Maaf, Pak Baharuddin. Sebaiknya Bapak dan Hannah pergi dari kampung ini demi keselamatan kita semua," ucap Pak RT dengan lirih karena sebenarnya tidak tega.
"Tapi, Pak RT ... kita akan pergi ke mana? Hanya di sini satu-satunya tempat yang kita punya," tanya Pak Baharuddin dengan tatapan nanar.
"Biar aku beli rumah dan segala isinya. Nanti dengan uang itu Pak Baharuddin bisa beli rumah di tempat lain," jawab Pak Budi.
Pak Baharuddin menoleh ke arah Hannah. Putrinya terlihat ketakutan. Dia tahu bagaimana perasaan anaknya saat ini.
Maka terjadilah jual beli rumah peninggalan mertua Pak Baharuddin, meski terpaksa. Dia melakukan itu juga demi Hannah, agar tidak terus mendapatkan hinaan dari warga.
***
Pagi hari Pak Baharuddin dan Hannah pergi meninggalkan desa dengan mobil pickup miliknya yang sering digunakan untuk membawa hasil panen sayurannya. Ingin pergi jauh dari kampung mereka, dia mengajak Hannah untuk tinggal di kota besar.
Berbekal pertemanan dengan beberapa orang kalangan atas, Pak Baharuddin akhirnya bisa membeli sebuah ruko. Bagian depannya dia gunakan untuk membuka usaha warung nasi. Dengan memanfaatkan kemampuan Hannah yang jago masak, mereka memulai usaha di tempat tinggal yang baru.
Mobil pickup miliknya juga dijual untuk biaya lahiran Hannah nanti. Bagaimanapun juga hal itu harus mereka perhitungkan.
***
Malam hari Arka datang ke rumah Inggrid sambil membawa buket cokelat kesukaannya. Dia ingin mengajak makan malam selagi ada waktu luang. Karena dia selalu sibuk oleh pekerjaan.
"Loh, ada mobil Dion di sini? Ada perlu apa dia ke rumah Inggrid?" batin Arka.
Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di depan rumah sang kekasih karena di halaman sudah ada dua mobil, jadi tidak akan bisa masuk lagi. Dengan berjalan kaki Arka menaiki teras.
Terdengar suara nyaring yang saling bersahutan dari dalam rumah. Siapa pun pasti tahu apa yang sedang dilakukan oleh mereka meski hanya mendengar suaranya saja.
Dengan sekali dorongan kuat, Arka membuka pintu rumah Inggrid. Pintu itu tidak dikunci, jadi bisa dengan mudah membukanya.
Betapa terkejutnya dia saat melihat kekasih dan sahabatnya sedang bercinta di sofa memunggungi pintu. Keduanya belum sadar dengan kedatangan Arka, jadi terus saja melakukan penyatuan untuk meraih kenikmatan surga dunia.
"Oh, jadi ini kelakuan kalian di belakang aku?"
Suara Arka bagaikan petir yang menyambar, begitu keras, mengejutkan, dan menakutkan. Kedua orang yang sedang asyik bercinta itu saling menjauh, melepaskan diri meski belum mencapai puncak.
Begitu melihat Arka yang sedang murka membuat kedua orang itu ketakutan. Mereka sampai tidak sadar dengan keadaan dirinya.
"A-Arka," panggil Inggrid tidak percaya sang kekasih datang ke rumahnya setelah sekian lama.
Dion yang dahulu memakai baju, lalu di susul oleh Inggrid. Sementara Arka menatap jijik mereka berdua.
"Sekarang aku paham kenapa kalian selalu terlihat kompak dan selalu saling mendukung. Rupanya ada hubungan rahasia di antara kalian," ucap Arka dengan senyum mengejek dan tatapan jijik.
"Jangan salahkan kita berdua! Semua ini terjadi juga karena kamu!" pekik Inggrid sambil memakai baju.
"Oh. Jadi, laki-laki ini kamu jadikan tempat pelampiasan. Kasihan sekali kau," ucap Arka tertawa terkekeh.
"Kenapa? Kamu tidak terima kalau aku sudah tidur sama kekasih kamu," tanya Dion yang terlihat angkuh.
"Tidak juga. Karena seorang pengkhianat pantasnya dengan sampah yang menjijikan," jawab Arka balik menghina dirinya.
Di bilang sampah oleh Arka, membuat Dion murka. Dia tidak terima penghinaan dari laki-laki yang sudah lama teman baik. Dia pun melayangkan pukulan kepadanya.
Dengan tangkas Arka menahan pukulan dari Dion. Lalu, sebelah tangannya memberikan pukulan ke perutnya sampai laki-laki itu mundur dan mengerang kesakitan. Selanjutnya terjadi baku hantam antara mereka berdua.
Inggrid yang melihat itu hanya bisa berteriak sambil menangis. Pembantu di rumahnya sampai melapor ke satpam kompleks untuk memisahkan mereka.
"Mulai saat ini jangan pernah lagi muncul dihadapan ku!" kata Arka kepada Dion dan Inggrid. Lalu, dia pun pergi dengan rasa amarah.
***
Waktu terus berlalu, rumah makan yang dibuka oleh Pak Baharuddin semakin ramai dan diminati orang-orang karena rasa masakannya enak dan harganya bersahabat untuk para karyawan. Mereka buka dari jam enam pagi sampai jam sembilan malam. Karena rumah makan selalu ramai, Pak Baharuddin mempekerjakan empat orang dengan dua kali shift kerja.
Kehamilan Hannah sudah sembilan bulan. Menurut dokter PHL diperkirakan dalam minggu ini. Jadi, Pak Baharuddin selalu mengawasi putrinya. Apalagi Hannah tidak bisa dicegah untuk tidak ikut memasak. Katanya banyak pelanggan yang menantikan masakannya. Dia sangat bahagia karena baru kali ini merasa dirinya berguna.
Terdengar suara desisan dan erangan dari mulut Hannah. Seorang pekerja yang bernama Mutiara memanggil Pak Baharuddin.
"Pak ... Pak! Sepertinya Mbak Hannah akan melahirkan," panggil Mutiara yang berada di dapur.
Pak Baharuddin yang sedang melayani pembeli meminta Mutiara untuk menggantikan melayani pembeli. Sementara dia membawa Hannah ke rumah sakit naik taksi online.
Di tengah jalan Hannah terus mengerang kesakitan. Air ketubannya juga merembes ini membuat dirinya takut.
Untungnya Pak Baharuddin bisa bersikap tenang tidak panik, meski sebenarnya dia juga takut terjadi sesuatu kepada putri dan calon cucunya.
"Tenanglah, Nak. Semua akan baik-baik saja. Sebentar lagi kamu akan bertemu dengan bayi cantik ini," ucap Pak Baharuddin dengan menggunakan sebelah tangan menggunakan bahasa isyarat.
Begitu sampai di rumah sakit, dokter langsung ambil tindakan. Hannah yang tidak bisa mendengar meminta ayahnya untuk memberikan aba-aba apa yang harus dia lakukan. Alat pendengaran dia jatuh entah di mana, tadi. Dengan setia Pak Baharuddin menemani putrinya melahirkan yang secara normal.
"Tarik napas dalam-dalam, lalu keluarkan lewat mulut. Jangan angkat pantaat, ya! Juga jangan memejamkan mata saat mengejan," ucap Dokter dan Pak Baharuddin menerjemahkan lewat gerakan tangan agar Hannah paham.
Proses melahirkan berjalan lancar dan bayi berjenis perempuan lahir dengan suara tangisan yang keras. Baik Hannah mau pun Pak Baharuddin, menangis bahagia. Akhirnya, bayi yang mereka tunggu-tunggu hadir ditengah-tengah kehidupan mereka yang pernah perjuangan.
"Lihatlah, Nak! Putrimu sangat cantik," kata Pak Baharuddin setelah mengazani sang cucu.
Hannah menyusui bayi yang baru lahir itu dan dengan lembut dia mengusap pipinya. Dia merasakan kebahagiaan yang teramat sangat sampai-sampai senyumnya tidak pudar menghiasi wajahnya.
"Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah, Engkau sudah menghadirkan anak untukku. Jadikan dia anak yang sholehah, cerdas, dan jangan biarkan nasib dia sama seperti aku ini," batin Hannah.
***
5 tahun kemudian ....
"Kakek, hari ini kita akan beli perlengkapan bahan untuk membuat kue ulang tahun," ucap anak kecil yang memiliki rambut panjang dengan beberapa pita menghiasi kepalanya.
"Iya ... iya, Kakek tidak akan lupa, Yasmin," balas Pak Baharuddin sambil mengelus kepala cucunya dengan penuh kasih sayang.
Yasmin sudah terbiasa ikut belanja dengan kakeknya, jadi sudah tahu di mana letak-letak barang yang ingin dia beli. Dengan langkah kakinya yang mungil, gadis kecil itu berjalan menuju ke rak bagian tepung, gula, dan cokelat. Ibunya berjanji akan membuatkan kue ulang tahun yang akan digelar minggu depan.
Terlalu asyik mengamati barang-barang hiasan untuk kue, Yasmin berjalan tanpa melihat ke depan. Troli dia tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang memiliki wajah tampan, tetapi dingin, dan postur tubuh tinggi.
"Maaf, Om. Yasmin tidak sengaja," ucap Yasmin dengan wajah merasa bersalah dengan mata yang berkaca-kaca karena takut dimarahi.
Laki-laki itu menatap lekat kepada Yasmin yang tingginya hanya sebatas perut. Bola mata yang jernih dan bulat itu terasa menghipnotis dirinya untuk terus melihat ke arahnya.
***
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
siapakah pelaku yg udah buat trauma hannah 🤔
kalo krna trauma berarti hannah masih bisa disembuhkan ya,,suara yg hilang sm kelumpuhan kakinya dn pendengarannya kan bisa pake alat dengar 🤔
masih banyak yg blm terjawab dn bikin makin penasaran 🤗🤗