NovelToon NovelToon
IKATAN PERJODOHAN

IKATAN PERJODOHAN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ivan witami

Arjuna dikenal sebagai sosok yang dingin dan datar, hampir seperti seseorang yang alergi terhadap wanita. la jarang tersenyum, jarang berbicara, dan selalu menjaga jarak dengan gadis-gadis di sekitarnya. Namun, saat bertemu dengan Anna, gadis periang yang penuh canda tawa, sikap Arjuna berubah secara drastis.

Kehangatan dan keceriaan Anna seolah mencairkan es dalam hatinya yang selama ini tertutup rapat. Tak disangka, di balik pertemuan mereka yang tampak kebetulan itu, ternyata kedua orangtua mereka telah mengatur perjodohan sejak lama. Perjalanan mereka pun dimulai, dipenuhi oleh kejutan, tawa, dan konflik yang menguji ikatan yang baru saja mulai tumbuh itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ivan witami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 Rencana Pernikahan

Juna duduk di teras samping rumah bersama Anna. Mereka pasrah kedua orang tua mereka merencanakan pernikahan. Mereka hanya duduk diteras sambil mendengar orang tua mereka masing-masing membahas pernikahannya.

Juna tersenyum melihat Anna yang duduk tersipu malu disampingnya. Yang awalnya mereka memang sudah pacaran dan tidak tahu jika keduanya dijodohkan sampai mereka putus dari hubungan pacarannya. Mereka berdua seperti dipertemukan kembali dalam situasi yang berbeda.

“Juna, aku gak nyangka sebenarnya orang tua kita itu susah menjodohkan kita,” ucap Anna malu.

Juna menatap Anna kecil yang duduk bersandar di dinding teras, wajahnya yang memerah membuat suasana malam itu semakin hangat meski dingin udara menusuk tulang. “Iya, aku juga kaget. Aku pikir kita sudah selesai setelah putus,” jawab Juna sambil tersenyum tipis.

Anna menghela napas panjang, matanya menatap jauh ke kebun di depan rumah, melihat bunga-bunga yang milik mamanya yang tertata rapi dan berbunga begitu indah. “Aku juga sama, kaget.” katanya pelan.

Juna mengangguk mengerti, tangan kecil Anna menggenggam gelas teh hangatnya erat. “Aku juga sama. Mereka selalu bilang ini demi kebaikan kita, tapi rasanya aku kayak boneka yang mereka atur,” ujar Juna lirih.

Di kejauhan, suara ibu Yuli dan ibu Bianca terdengar semakin keras. Mereka sedang berdebat mengenai tanggal pernikahan, daftar tamu, dan tempat resepsi. Meskipun mereka tidak mendengar dengan jelas semua pembicaraan, getarannya saja sudah cukup membuat atmosfer di teras kecil itu menjadi tegang.

“Kenapa para orang tua itu yang heboh ya?” tanya Juna tiba-tiba, matanya menatap langsung ke wajah Anna.

Anna tertawa kecil sambil melihat dibalik kaca jendela. “Entahlah, biarin mereka yang sibuk, kita ikuti saja.”

Juna mengerutkan keningnya.“Memangnya kamu gak punya pernikahan impian sendiri, kenapa kamu pasrah pernikahan kamu diatur orang tua. Biasanya kan, perempuan punya pesta pernikahan impian.”

Ana menatap Juna dengan coklat yang masih ia kunyah.“Aku pusing dengan adat-adat keluargaku. Terlalu banyak adat, pusing,” jawab Anna mengingat keluarganya yang dari berbagai daerah.

“Bukannya bagus ya, sambil melestarikan budaya.”

“Iya, tapi kalau dipakai semua.Gak akan kelar tujuh hari tujuh malam. Dengar, opaku orang Jawa, omaku dari Banjar, otomatis Mama ikut adat keduanya. Sedangkan papaku Betawi mix arab, capek deh, mau nikah atau mau karnaval. Mau malam pertama udah tepar.”

“Iya juga ya. Nikah di KUA aja, gimana?”

Anna menepak kepala Juna menggunakan buku yang ia pegang sedari tadi. Juna mengaduh kesakitan sambil mengusap-usap kepalanya.

“Aduh, sakit! Belum apa-apa udah KDRT,” ujar Juna sedikit kesal.

Para orang tua mendengar Juna mengaduh seketika berhenti membahas pernikahan mereka. Mereka saling pandang menunggu percakapan Juna dan Anna selanjutnya.

“Ya lagian, nikahin aku cuma di KUA? Modal dong. Luar negeri misalnya, emmm, ke China,” celoteh Anna dengan gaya lucunya.

“Tapi kenapa harus China?” tanya Juna masih menatap heran.

“Suka aja,” jawab Anna santai sambil memakan coklatnya.“Lagipula nenek buyutmu dari sanakan?” tambah Anna lagi melirik Juna.

Tanpa mereka sadari keempat orang tua itu mengintip dibalik pintu, dengan kepala mereka setengah terlihat, seperti maling yang mengendap-endap.

Saat Anna menolah, Anna terkejut melihat ke empat orang tua tersebut, Anna menjerit kaget diikuti Juna yang juga terkejut.“Huaa!” teriak mereka hampir bersamaan.

“Kalian punya konsep nikahan sendiri?” tanya pak Hamdan melihat keduanya dan masih dengan posisi yang sama.

Anna dan Juna mengangguk bersamaan seperti anak kecil.“Jadi mau nikah dimana?” tanya bu Bianca.

“China!” seru Anna dan Juna.

Pak Hamdan terpaku sambil bergumam dan hanya Anna dan Juna ya paham karena pak Hamdan menggunakan bahasa leluhurnya dan dijawab Anna.

“Kamu ngerti Om ngomong apa?” tanya pak Hamdan.

“Ngerti, om.” jawab Anna singkat.

“Belajar dimana?”

“Disekolah, di tempat les.”

Pak Hamdan tertawa, ia baru ingat jika calon menantunya itu anak orang kaya,sudah pasti sekolah di internasional school dan belajar banyak bahasa.

“Baiklah, nanti om hubungi keluarga om disana. Bagaimana?”

Anna mengangguk setuju dan tersenyum melihat Juna. Om Hamdan tersenyum begitu juga bu Yuli serta pak Reza, tapi tidak dengan Bu Bianca.

Menyadari sang mama seperti tidak senang. Anna sejenak terdiam. Ia bangkit dari duduknya menghampiri bu Bianca.

“Ma, kalau Mama tidak setuju. Ya sudah nikah di sini saja,” ujar Anna pasrah.

Bu Bianca masih melipat tangannya di dadanya memandang putrinya dengan segala kekhawatiran. Bukannya ia tidak setuju dengan pernikahan impian putrinya, tetapi ia merasa kehilangan putri kesayangannya yang mungkin kelak setelah menikah pasti diboyong suaminya dan rumahnya terasa sepi tidak ada lagi suara Anna yang heboh, ceria, dan membuat pusing dirinya.

“Mama ikut saja apa kemauan kalian, nanti kita boyong semua keluarga kita ke sana, sekalian liburan.”

“Sepertinya kita butuh dua pesawat buat boyong keluarga besar kita, Ma,” saut pak Reza.

Bu Bianca tertawa kecil.“Serahkan sama keponakan kamu, Arya. Kita berikan yang terbaik untuk anak perempuan kita satu-satunya.” Bu Bianca tersenyum kearah pak Reza.

Anna tersenyum haru, memeluk bu Bianca.“Mama, aku pikir mama gak sayang sama aku,” ujar Anna sambil berkaca-kaca.

“Siapa bilang? Walau Mama sering berantem sama kamu sampai usir kamu dari rumah, tapi Mama itu paling sayang sama kamu.”

“Jadi kalian nikahnya mau kapan?” tanya Bu Yuli.

Anna dan Juna saling pandang, mereka juga tidak tahu harus kapan karena semua serba mendadak.

Keduanya menggeleng bersamaaan, karena saat ini mereka masih memikirkan pekerjaan kantor yang belum selesai ditambah kasus pengrusakan gaun untuk event.

“Belum tahu, yang jelas kami masih memikirkan pekerjaan yang belum selesai. Apalagi gaun event untuk minggu dengan sudah rusak. Kami mau mengerjakan itu dulu,” balas Anna sedikit sedih karena gaun rancangan dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

“Baiklah, kami tidak akan ikut campur pernikahan kalian, tapi yang jelas sebelum acara pernikahan impian kalian, kalian berdua harus ikut acara adat dari pihak oma,” tutur bu Bianca membuat Anna melongo.

“Gak mau,” lirihnya sedih karena membayangkan begitu banyak prosesi yang harus ia lalui nanti.

Melihat ekspresi Anna, pak Reza dan Bu Bianca tertawa karena mereka hanya mengetes putrinya.“Sudah, Mama hanya bercanda. Terserah kalian mau pernikahan seperti apa, yang penting kalian bahagia. Perusahaan kita jadi semakin kuat.”

“Mama,” rengek Anna tersenyum lalu memeluk Bu Bianca tersenyum senang.

“Oh… mama, papa ternyata menjodohkan aku dengan Juna hanya karena sebuah kerja sama. Tapi gak apa-apa deh, lagi pula Juna tampan.” Anna tertawa kecil membuat keempat orang tua dan Juna mengernyitkan dahinya.

“Kamu kenapa ketawa-ketawa?” tanya Juna melihat Anna heran.

“Enngggak… gak ada. Senang aja. Gak boleh?”

Juna tersenyum lalu menoel hidung Anna.“Dasar.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!