Gimana jadinya kalau kau harus menikah dengan muridmu sendiri secara rahasia?? Arghhh, tidak ini gak mungkin! Aku hamil! Pupus sudah harapanku, aku terjebak! Tapi kalau dipikir-pikir, dia manis juga dan sangat bertanggung-jawab. Eh? Apa aku mulai suka padanya??!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 : Aku ingin anak itu
Keesokan harinya Rio terbangun dalam keadaan kepala yang pusing sangat hebat. Begitu membuka mata dan menarik tubuh, ia merasakan kepalanya sangat berat. Pemuda itu lekas berlari keluar ke kamar mandi untuk mengeluarkan seluruh isi perutnya.
Selang beberapa saat Rio keluar kamar mandi dengan wajah pucat. Rio melihat ke arah jam dan menyadari sudah hampir jam 11:00 siang. Dengan kata lain itu artinya dia gak sekolah hari ini. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kenapa dia tidak dibangunkan.
Rio berjalan spontan niatnya mau ke dapur untuk ambil air minum, tapi dia baru sadar baru saja ia melihat penampakan langka.
"Bu Risa...?" Benar sekali. Rio mendapati wanita itu tengah tertidur di ruang tamu sambil selimutan.
Rio berjalan menghampiri untuk memastikan dia gak salah lihat. "Kalau Bu Risa di sini berarti semalam gua...." Rio mencoba untuk berpikir ulang mengenai kejadian semalam. Dia hanya ingat bertemu Risa di bar yang memesan minuman tapi dia dengan cepat meminum semua pesanan Risa.
"Gawat! Apa semalam Bu Risa beneran minum?" Mengingat hal itu Rio jadi merasa gak tenang.
Dia langsung berpindah ke sisi kiri sofa dan mendorong tubuh Risa beberapa kali sambil memanggilnya agar terbangun.
Setelah beberapa saat Risa terbangun dan melihat Rio sedang menatapnya dengan panik.
"Gue masih ngantuk, jangan dibangunin dulu!" Risa bersiap untuk merebahkan tubuhnya kembali di atas sofa dan menarik selimut, namun Rio dengan cepat mencegahnya.
"Bu, tunggu dulu!" Ucapnya yang menarik tangan Risa kembali agar terbangun.
"Rio kamu apaan sih!?" Risa menarik tangannya lagi dari Rio yang malah membuat pemuda itu oleng dan jatuh tepat di atas tubuh Risa.
Satu detik mereka hanya saling tatap....
Detik selanjutnya, "Kecil ya...," ucap Rio secara reflek.
Risa mengerutkan kening, berusaha memahami maksud dari perkataan Rio. Ia mengikuti jejak arah pandang mata pemuda tersebut yang mengarah ke bagian dadanya.
"KYAAAAAAAAAA!!!" Risa spontan berteriak saat sadar apa yang dimaksud dan dilihat Rio.
"Rio, kamu mesum!!" Ujarnya sambil mendorong tubuh Rio namun pemuda itu malah lebih cepat mencengkram kedua pergelangan tangan Risa yang menempel pada bagian dadanya yang bidang.
"Bu, jawab Rio, semalam Bu Risa minum berapa gelas? Mabuk ya?" Tanya pemuda itu dengan tatapan serius.
"Lepasin dulu gak!?" Risa menatap galak, niatnya mau menakut-nakuti, tapi justru malah dia yang takut saat melihat tatapan tajam pemuda itu.
"Gak bakal Rio lepas sebelum dijawab," ujar ya datar.
Risa masih mencoba menggeliat untuk melepaskan cengkraman tangan Rio darinya. Namun, semakin dia berusaha tangannya malah terasa semakin sakit hingga akhirnya ia pasrah dan membiarkan posisi tangannya seperti itu.
"Baiklah, semalam gue gak minum karena semua minuman elu yang habisin," jawab Risa mencoba rileks.
"Yakin? Gak bohong? Soalnya saya gak ingat apa-apa setelah itu." Rio masih terlihat ragu dengan keterangan dari Risa.
"Kalau gak percaya, cium aja, coba ada bau alkohol gak?" Risa mendengus kecil. Ia malah menantang Rio yang tidak percaya kepadanya.
Risa berpikir Rio akan melepaskannya, tapi ternyata dia salah. Pemuda itu benar-benar mendekatkan wajahnya ke dekat tubuh Risa sambil berusaha menghirup aroma dari wanita itu.
Pertama ia mengendus bagian leher Risa beberapa kali membuat jantungnya berdebar keras karena hal ini terlalu intens untuk Risa. Rio masih meneruskan agak turun sedikit ke bawah, ke bagian bahu Risa, ia mengecek di kiri dan kanan untuk meyakinkan dirinya sendiri gak ada tanda-tanda bau alkohol. Tak lupa ia mengendus bagian rambut Risa.
Bersih, tak ada bau menyengat bekas minum-minum. Rio reflek langsung menghembuskan nafas lega.
"Oke, aman," ucapnya dengan senyum puas.
"Lepasin tangan saya kalau gitu," ucap Risa sambil melirik ke arah tangannya yang masih berada dalam cengkraman Rio dengan wajah memerah. "Ini sakit tau!" Imbuhnya setengah merajuk.
"Maaf...," balas Rio dengan suara pelan dan langsung melepaskan tangan Risa.
"Hmph!" Risa segera bangun dan duduk sambil melipat tangan di dada. "Kamu kenapa sampai segitunya sih?" Ujarnya dengan nada kesal.
"Saya gak mau anak itu kenapa-kenapa," jawab Rio dengan tegas dan menunjuk ke arah perut Risa.
Risa sempat terhenyak melihat keyakinan pemuda belia itu. Dia bahkan belum berusia 20 tahun tapi keyakinannya sungguh sudah membuat kagum.
"Kamu benar-benar peduli sama anak ini...?" Risa tanpa sadar mengelus perutnya sendiri.
"Sangat...." Lagi. Rio memberikan jawaban yang penuh ketegasan tanpa keraguan. "Aku menginginkan anak itu, jadi tolong, lahirkan lah dengan selamat, meski Bu Risa gak suka...," lanjutnya yang kali ini diselingi ucapan permohonan kepada Risa.
"Aku akan berusaha untuk menjaga dan melahirkannya dengan baik, Rio," ujar Risa yang kali ini tumben dia bisa bersikap lembut.
"Makasih, Bu!" Rio yang melihat reaksi dan jawaban Risa merasa senang. Reflek dia langsung memeluk wanita di hadapannya itu.
"Ya Tuhan, dia bisa sampai senang seperti ini hanya karena anak?"
"Rio???" Risa melirik sedikit ke samping karena Rio masih memeluknya dengan erat.
"Ah, maaf saya kelepasan." Ia dengan cepat melepaskan Risa dan terlihat sedikit canggung. "Kalau begitu siang ini akan ku buatkan makanan spesial buat Bu Risa, gimana?" Rio terlihat bersemangat dengan ide yang tiba-tiba muncul di kepalanya.
"Boleh, tapi harus yang enak!" Risa menyetujui ide itu dengan memberi sedikit tantangan kecil.
"Pasti dong! Bu Risa tinggal duduk santai aja di sini!"
Rio bergegas meninggalkan ruangan tamu dan pergi untuk mengambil pakaiannya yang ada di lemari kamar kedua (kamar sebelah udah diberesin dan barang-barang Rio ada di sana supaya gak kecampur, dan Dewi gak curiga karena alasan ini masih masuk akal buat dia).
Setelah dari kamar ia masuk ke kamar mandi. Entah lah ada suatu perasaan hangat yang dirasakan oleh Risa ketika melihat pemuda itu tampak bahagia dan bersemangat.
Risa beranjak dari sofa, hendak ke kamar. Namun, ponselnya yang tergeletak di atas meja minimalis bergerak karena getaran. Risa gak jadi ke kamar dan mengambil ponsel tersebut.
Ah, ternyata ada beberapa pesan masuk.
Risa aku minta maaf atas kejadian semalam, apa kita bisa bertemu? Aku siapkan kejutan untukmu
Ternyata Dion menghubunginya dini hari tadi. Mungkin pas dia sudah tertidur.
Risa aku ingin bertemu, siang ini, aku janji gak akan marah ke kamu....
Masih pesan dari Dion tepat pagi tadi dikirimkan.
Aku tunggu kamu di tempat semalam, kita ketemu jam 1 siang. Love you....
Risa menghela napas, Dion benar-benar hadir bagai hantu. Disaat Risa merasa dirinya bisa lepas, tapi ia justru merasa terjerat semakin dalam.
"Kenapa lu selalu ganggu pikiran gue sih, Dion...," gumamnya yang terasa sesak di dada.
Risa melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul 11:00 siang lebih. Rio gak lama keluar dari kamar mandi. Wajahnya benar-benar terlihat sangat cerah.
"Saya pergi dulu ya, Bu," ujarnya yang sama sekali gak curiga atau menangkap perubahan ekspresi dari Risa yang sebenarnya sedang galau memikirkan pesan masuk dari Dion.
Pemuda itu langsung keluar pintu apartemen setelah berpamitan. Hanya ada Risa dan rasa sesalnya yang merasa begitu egois dan bodoh.
Sebenarnya kalau mau jujur ia mulai merasakan ada rasa sayang kepada Rio, tapi dia memang masih belum bisa melupakan Dion dan hati kecilnya memang berharap.
"Risa, kenapa lu bego banget!" Hatinya merutuk, tapi toh cinta memang terkadang bisa sangat bodoh dan egois.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Kemana hati Risa akan memilih dan berlabuh nantinya? Apa dia akan menyadari Dion hanya memanfaatkan dirinya saja sebagai tameng?
.
.
.
BERSAMBUNG....