Jacob hanyalah pria biasa. Tanpa kekuatan. Tanpa keluarga. Tanpa masa depan. Di dunia di mana kekuatan dan status menentukan segalanya, ia berada di posisi terbawah. la bekerja keras hanya untuk bertahan hidup, merawat adik perempuannya setelah orang tua mereka tiada. Namun, sekeras apa pun ia berusaha, hidup tak pernah memberinya kesempatan. Dan setelah kehilangan satu-satunya pekerjaannya, Jacob siap untuk menyerah sepenuhnya. Kemudian sesuatu yang aneh terjadi. Tepat saat ia hendak mengakhiri hidupnya, sebuah suara asing bergema di telinganya. [Selamat datang di Sistem Miliarder Hebat.] Dan untuk pertama kalinya, Jacob punya cara untuk melawan. Dari yang lemah dan bangkrut, ia akan naik ke puncak-satu koin dan satu pekerjaan pada satu waktu. Karena di dunia di mana uang dapat membeli kekuasaan, Jacob akan menjadi orang terkaya dan terkuat di dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARI PERTAMA
【Ding!】
Suara notifikasi yang sudah familiar terdengar di kepala Jacob tepat ketika dia selesai berbicara. Sebuah layar transparan muncul berkedip di depannya.
【Misi Baru Terbuka!】
【Misi: Tingkatkan Nilai Catherine Hunt.】
【Tujuan: Bantu Catherine mencapai peningkatan 20% dalam performa akademiknya dalam satu bulan.】
【Hadiah: +2 Pengaruh | Satu Unit Apartemen Lengkap dengan Perabotan dan Pemandangan Kota.】
‘Sebuah apartemen?’ Jacob berkedip kaget.
Dia membaca hadiahnya dua kali untuk memastikan kalau dia tidak sedang berhalusinasi. Alisnya sedikit berkerut.
Satu unit apartemen yang sudah lengkap dengan perabotan.
Itu bukan hal kecil.
Bahkan itu bukan hal yang normal.
Itu benar-benar luar biasa.
Terutama untuk seseorang seperti dia yang seumur hidupnya hanya tinggal di apartemen kecil.
‘Sial.. Sial.. Sial..’
Hal itu membuatnya sangat bersemangat.
Hanya dengan membayangkannya saja, senyum muncul di wajahnya. Dia bisa membayangkan sebuah ruangan luas di mana Selena bisa bebas berjalan-jalan. Ditambah lagi, pemandangan kota? Itu pasti sangat mahal.
Jacob terdiam sesaat, masih terkejut dengan kebodohannya.
Namun kemudian.. senyumnya semakin melebar.
‘Sialan. Sekarang aku benar-benar termotivasi.’
“Jacob? Apakah kau baik-baik saja?” Catherine memanggil, kepalanya sedikit miring. Dahinya berkerut dengan sedikit kekhawatiran terlihat di matanya. “Kau sempat melamun sebentar.”
“Hm?” Jacob tiba-tiba kembali ke kenyataan. Dia terkekeh ringan dan tersenyum padanya. Layar sistem itu perlahan memudar saat dia memusatkan perhatian pada Catherine.
“Maaf. Aku hanya sedang mengingat semua persiapan yang aku lakukan untuk sesi hari ini.”
Catherine tertawa kecil, suara tawanya yang tulus bergema ringan di ruangan.
“Yah, itu aneh tapi lucu,” katanya sambil menopang dagunya dengan tangan, senyum nakal terlukis di wajahnya. “Aku tidak tahu kalau kau benar-benar melakukan semua persiapan.”
Jacob ikut tertawa kecil, lalu menyesuaikan posisi duduknya sambil mengeluarkan sebuah map tipis yang ia bawa sejak dari rumah.
“Oh, kau tidak tahu. Aku sudah menyiapkan semuanya. Aku akan pastikan kau akan belajar sampai benar-benar mengerti.”
Catherine kembali tertawa, menganggapnya lucu. Biasanya, guru-guru lesnya selalu kaku atau terlalu penurut. Tidak ada yang berada di tengah-tengah.
Yang kaku membuatnya kesal, sehingga dia tidak begitu bersemangat belajar. Sementara yang terlalu penurut membuatnya bosan sampai-sampai ia terkadang tertidur di tengah pelajaran.
Tapi sekarang, dia benar-benar menikmati diri.
Catherine menyandarkan tubuh ke sofa empuk, matanya masih berbinar penuh ketertarikan saat menatap Jacob. Ada kepercayaan diri santai dalam cara Jacob berbicara, cukup untuk membuatnya memperhatikan.
“Baiklah kalau begitu, Jacob,” ujarnya menggoda, “ayo ajari aku.”
“Baiklah.” Jacob menggeleng dengan senyum lebar sambil membuka mapnya.
Hal itu kembali membuat Catherine tertawa, dan begitu saja, sesi belajar pertama mereka pun dimulai.
Keduanya memulai dengan teori bisnis, masuk perlahan ke topik-topik yang sudah sedikit dipahami Catherine untuk membangun momentum. Jacob sabar, tapi juga tajam. Mungkin karena pekerjaannya, dia menjadi terbiasa dengan detail.
Dia segera menyadari kebiasaan Catherine, seperti cara matanya melirik ke jendela saat bosan, dan bagaimana dia mengetuk pena ketika ragu pada sesuatu.
Bukannya menegur atau membuat Catherine merasa buruk, Jacob justru mengubah taktiknya. Dia mengubah cara menjelaskan dengan menggunakan perumpamaan, bahkan sesekali melontarkan lelucon di waktu yang tepat.
Dan itu berhasil.
Perlahan tapi pasti, perhatian Catherine tetap tertuju pada apa yang ia katakan. Dia menjawab pertanyaan, meminta penjelasan tambahan, bahkan menantang salah satu contoh Jacob, hanya untuk bersenang-senang.
Mereka juga mencoba beberapa kuis singkat, lalu mengulas topik-topik yang sebelumnya membuat Catherine kesulitan.
Catherine memang belum sempurna, tapi dia juga tidak gagal. Yang paling penting, dia tidak terlihat bosan.
Saat sesi sudah berjalan hampir tiga jam, Catherine menghela napas panjang lalu meregangkan tubuhnya dengan senyum puas.
“Baiklah, baiklah, aku akui,” katanya sedikit terengah. Ia terkejut melihat waktu sudah berlalu begitu cepat, dan juga karena ia sama sekali tidak terpikir kapan sesi akan berakhir.
“Kau sebenarnya cukup pandai dalam hal ini.”
"Apakah itu pujian yang aku dengar?" Jacob mengangkat alisnya, tersenyum sinis.
"Jangan biarkan itu membuatmu sombong," dia membalas, tersenyum. "Ini baru hari pertama.”
“Yah, beruntunglah kau, aku berencana untuk membuat setiap sesi berkesan,” Jacob terkekeh.
Catherine bersandar di sandaran sofa, tubuhnya kini rileks setelah sesi selesai. Senyum kecil masih menghiasi bibirnya saat ia melirik Jacob dari samping.
“Jadi,” katanya santai, “kapan sesi kita berikutnya? Atau aku mendapatkan libur setelah berhasil melewati hari ini?”
“Tidak. Besok,” jawab Jacob.
“Besok?” Catherine mengulang, alisnya terangkat. “Secepat itu?”
“Ya,” sahut Jacob. “Aku dan Jane sudah membicarakan jadwalnya. Senin dan Selasa, lalu Kamis dan Jumat.”
“Itu empat hari seminggu.” Catherine berkedip.
“Betul,” Jacob mengangguk. “Kita sedang mengejar hasil, ingat?”
Catherine menyipitkan matanya.
“Itu sudah seperti pekerjaan penuh waktu,” keluhnya, meskipun nadanya lebih terdengar dramatis daripada serius.
“Yah, sekarang kau tidak bisa berbuat apa-apa lagi, kan?”
“Kau beruntung karena kau tidak membosankan.”
Catherine mendesis dan menyilangkan tangannya.
“Yah, terima kasih,” Jacob menimpali sambil tertawa kecil. Ia perlahan merapikan barang-barangnya.
Catherine hanya tertawa kecil, tapi kemudian pandangannya sedikit melunak saat dia melihat Jacob mengumpulkan kertas-kertas yang mereka gunakan. Ada sesuatu yang hangat terasa di dadanya, meskipun dia tidak mengatakannya.
“Besok jam yang sama, kan?” Jacob melirik ke arahnya sekali lagi saat dia siap pergi.
“Tentu,” Catherine mengangguk, masih bersandar santai di sofa. “Jangan sampai terlambat, Jacob.”
Jacob menampilkan senyum lebar.
“Tenang saja.”
Saat Jacob berjalan keluar dari ruang belajar, Catherine menatap pintu beberapa saat, ekspresinya terlihat penuh pikiran.
‘Mungkin ini tidak seburuk yang kubayangkan.’
