Kiara terpaksa menikahi Orion karena satu tujuan yaitu untuk balas dendam. Dirinya merasa dipermainkan oleh Leonard Arven Hadinata, anak sulung sebuah keluarga konglomerat Hadinata. Kiara dan Leo sudah menjalin hubungan cukup lama dan dijanjikan akan dinikahi suatu hari nanti. Namun sang pria justru menghilang tanpa satu alasan. Kiara hingga merasa sedih dan kecewa.
Kiara melakukan sebuah pernikahan kontrak dengan Orion Alaric Hadinata, sang putra tidak sah alias anak haram Hadinata. Dari Aditya Pramana Hadinata, sang kepala keluarga dengan seorang wanita yang tak diketahui siapapun. Sekaligus adik tiri dari sang putra sah yaitu Leonard.
Orion menyetujui pernikahan itu karena ia juga ingin menghancurkan keluarga yang selama ini merawatnya dari kecil. Juga untuk mencari tau dimana keberadaan ibu kandungnya sekarang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NABABY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan dengan kepala keluarga.
"Jadi siapa lelaki itu bos? Apakah pacar baru bos?" Kieran terus membuntuti Kiara kemana-mana sejak pagi tadi sampai sekarang. Sementara Kiara hanya bisa mendesis kesal. Lelah dengan pertanyaan yang terus dilontarkan.
"Kieran? Apa kau sudah membersihkan toilet?" Kiara berbalik menatap jengah.
Kieran menggeleng dan cengengesan. Kiara hanya bisa memegang kepalanya pusing menghadapi sikap pegawai satu ini.
"Bersihkan sekarang. Dan berhenti mengganggu bosmu!" Nada bicara Kiara penuh penekanan.
Kieran paham, lalu memberi hormat dan langsung berbalik. Sedangkan Kiara membuka kembali ponselnya. Sebuah pesan dari Orion kembali ia baca.
"aku akan ke tempatmu saat istirahat makan siang nanti."
"Asha." Panggil Kiara.
Tanpa sepatah kata, Asha menghampiri Kiara. Seperti biasa, gadis yang didapuk menjadi manager itu hanya diam menunggu sampai si bos bicara atau menyuruhnya untuk melakukan sesuatu.
"Hari ini aku akan kedatangan tamu di jam makan siang nanti. Bisakah kau menyiapkan menu spesial?"
Asha mengangguk paham. "Baik, akan saya suruh koki untuk memasaknya." Asha langsung undur diri menuju dapur.
Tick... Tock... Tick... Tock...
Kiara masih menunggu kedatangan Orion. Hari ini ia bermaksud ingin mengenalkan pria yang akan menjadi suaminya pada semua. Ia terus menghela nafas. Meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan jika dipikir-pikir, ia hanya akan mengenalkan Orion pada para pegawainya, jadi tentu tidak perlu segugup ini bukan?
Kriiing... Seseorang masuk dalam kedai milik Kiara. Pria kemarin, orang yang membawa Kiara pergi. Kenan langsung menghampiri karena melihat pria itu celingukan mencari sesuatu.
"Ada yang bisa saya bantu?" Kenan dengan stelan santai dan memakai celemek siap memberikan list menu yang ia bawa.
"Dimana Kiara?" Orion masih menelusuri seluruh ruangan dengan pandangannya untuk menemukan gadis itu.
"Oh! Bos. Dia sedang ada di ruangannya. Jika boleh tau ada perlu apa anda mencari bos saya?" Nada Kenan mulai terdengar sengak namun masih terbilang sopan.
Orion langsung menatap wajah pria yang sedikit lebih pendek darinya.
"Bilang pada bosmu, kalau Orion sedang mencarinya. Dengar itu anak kecil?" Nada bicara Orion juga ikut meninggi setelah ia mendapat perlakuan yang kurang nyaman.
Kenan menatapnya sebentar sebelum ia menuju ruangan Kiara. Setelah menunggu beberapa lama, Kiara keluar dengan tergesa-gesa.
"Orion!"
"Hai sayang. Aku sangat merindukanmu." Orion tiba-tiba langsung meletakkan tangannya pada pinggang gadis itu. Sontak semua terkejut tak terkecuali si pemilik pinggang itu sendiri, Kiara.
"Apa yang kau lakukan?" Kiara meronta agar segera dilepaskan. Namun, tangan Orion semakin kuat mencengkram pinggang tersebut.
"Diamlah, aku sedang berpura-pura menjadi calon suami idaman di depan para pegawaimu." Orion berbisik lembut di telinga Kiara dengan senyuman yang tak mampu diartikan.
Tentu saja mata para karyawan langsung tertuju pada dua orang itu. Dan ini adalah moment yang tepat untuk memperkenalkan diri dengan baik.
"Selamat siang semua. Perkenalkan, aku adalah Orion, calon suami dari Kiara." Senyum Orion terus tersungging manis di wajah tampannya.
Semua terkejut, bahkan Kenan menjatuhkan nampan yang ia bawa, membuat semuanya kaget. Hatinya langsung terasa sesak saat mendengar apa yang barusan ia dengar.
"Bos, apa itu benar?" Kenan perlahan menghampiri dan meraih tangan Kiara.
"Iya Kenan, sebentar lagi aku akan menikah dengannya." Ucap Kiara pelan dan menarik lengannya kembali.
Asha dan Kieran juga langsung menghampiri Kiara. Sorot mata mereka masih tak percaya. Kiara yang selama ini mereka kenal adalah wanita jomblo dan galak. Tiba-tiba datang seorang pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Masih segar dalam ingatan, baru enam bulan lalu dia patah hati akibat ditinggal kekasihnya pergi. Membuat Kiara sedih berhari-hari bahkan sampai jatuh sakit hingga dirawat.
"Kalian jangan melihatku begitu. Maaf jika memberitahu kalian belakangan. Aku hanya tidak ingin membuat kalian mengkhawatirkanku." Jelas Kiara.
"Tapi kan..." Kalimat Kenan menggantung, karena masih shock.
"Percayalah padaku, aku tidak apa-apa. Kalian seharusnya mendukungku. Asha, koki sudah membuat menu spesial kan? Tolong antarkan ke meja kami ya. Dan Orion, ayo duduk. Aku membuatkanmu menu spesial di kedai kami." Kiara langsung menarik tangan Orion untuk duduk di salah satu meja.
"Kenan, kau tidak apa-apa kan?" Kieran terlihat begitu khawatir dengan saudara kembarnya.
"Tidak, aku tidak baik-baik saja." Kenan langsung mundur ke belakang, menuju dapur.
Orion tampak menikmati menu spesial berupa sei daging sapi asap bersama nasi dan minumannya. Orion terlihat lahap saat menyantapnya.
"Ini sangat enak. Aku belum pernah makan sei seenak ini." Pria itu terus menyendok dan memasukannya ke mulut.
Kiara tersenyum senang. Ia merasa lega jika Orion menyukai menu dari kedainya. Kiara pun langsung melanjutkan makannya.
"Kiara, nanti setelah pulang kerja aku jemput ya. Aku akan memperkenalkanmu dengan ayah." Suara Orion begitu lembut.
Kiara terhenti sejenak. Ingatan masa lalu mendadak muncul memenuhi pikirannya. Ia masih teringat jelas bagaimana omongan Aditya Pramana Hadinata, kepala keluarga Hadinata saat ini begitu mengusik relung hatinya. Dengan nada rendah dan biasa, namun ia tau maksud setiap kata yang terlontar dari pria tua itu.
"Aku tak suka ada minyak yang mengotori kolamku." Ucapan yang masih terngiang hingga saat ini.
"Kiara?" Orion mengetuk meja berkali-kali agar membuat gadis itu sadar dari lamunannya tadi.
"Ah maaf. Iya. Aku akan ikut denganmu." Akhirnya suaranya keluar, menghentikan rentetan kenangan yang menyakitkan.
Ia harus bangkit. Dan kali ini, ia tidak akan menyerah seperti dulu lagi.
......................
Pukul enam sore. Suasana jalanan di depan kedai Kiara makin ramai. Kiara terlihat sibuk saat beberapa konsumen mengunjungi kedai kecilnya. Jam pulang kerja memang merupakan waktu yang ramai dikunjungi oleh konsumen.
"Sampai bertemu kembali." Kiara mengucap pada seorang konsumen yang baru saja pergi.
"Sepertinya kau cukup sibuk ya." Orion tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Orion?! Sejak kapan kau sampai?" Tanya Kiara.
Orion dan Kiara telah sampai di sebuah restoran bintang lima. Tampilan dari luar begitu luar biasa dan berkelas, tidak seperti kedai miliknya yang jauh terlihat lebih sederhana.
"Kiara, ayo."
Kiara melangkah pelan di belakang Orion memasuki restoran bintang lima tersebut. Sesampainya di resepsionis, Orion berkata reservasi atas nama Hadinata. Begitu mendengar nama Hadinata, salah satu staff langsung mengantar mereka berdua menuju ruangan VIP.
"Tuan besar sudah menunggu di dalam" Staff tersebut membukakan pintu dan menutupnya kembali sesaat setelah mereka berdua masuk.
Didalam mereka melihat ada pria berumur lima puluhan duduk dengan membawa segelas wine di tangan dan ditemani seseorang yang berdiri di sampingnya.
"Dasar anak kurang ajar! Beraninya kau membuatku menunggu!" Pria itu langsung melontarkan bentakan.
"Maaf ayah, jalanan sangat macet, jadi kami terlambat." Orion menanggapi dengan santai seperti hal ini sudah sering terjadi.
Orion duduk di hadapan pria tua itu. Siapa lagi kalau bukan Aditya Pramana Hadinata sang kepala keluarga sekarang. Kiara membungkuk padanya terlebih dulu sebelum duduk di samping Orion.
"Kau lagi. Sepertinya kau sangat terobsesi dengan putra-putraku ya." Tatapan Aditya begitu tajam.
"Ayah, jangan bicara seperti itu pada Kiara. Bagaimanapun dia adalah calon istriku."
"Heh!" Aditya mencibir kesal. Wajahnya sudah malas melihat wanita ini. Tapi dia mengingat perkataan Orion kemarin malam.
"Ayah, jika aku menikah dengan Kiara, ayah tidak perlu mengkhawatirkan kak Leo lagi. Anggap saja ayah menumbalkan aku agar kakak berhenti mengejar wanita itu. Bukankah ini lebih menguntungkan ayah?"
Aditya mendengus, meminum wine miliknya. Ia tak menyangka akan menerima wanita yang dulu diusirnya menjadi menantu untuk anaknya dari wanita simpanan.
"Ingat, mungkin kalian akan segera menikah. Meski aku sudah memberi restu pada kalian, jangan harap kalian bisa menikmati sepeserpun uang dari keluargaku. Terutama kau Kiara." Tatapan tajam Aditya begitu jelas hingga membuat suasana sedikit tak nyaman.
"Saya berjanji akan selalu setia pada Orion. Leo telah meninggalkan saya dan membawa luka yang amat dalam. Saya..." Kalimat Kiara terhenti saat tiba-tiba Aditya menggebrak meja.
"Jangan sebut nama anakku dengan mulut kotormu!" Suara Aditya menggelegar mengisi seluruh ruangan.
Kiara tersentak lalu tertunduk. Ia hanya bisa mengucap kata maaf.
"Hah! Terserah kalian menikah atau tidak. Aku tidak peduli. Kiara, kau harus sebisa mungkin menjauhi Leonard dan lahirkan anak Orion dari rahimmu jika kau memang benar-benar tak memiliki tujuan lain." Suara Aditya pelan tapi penuh penekanan.
Kiara mengangguk tegas. Sorot wanita itu penuh dengan keyakinan saat menatap kepala keluarga Hadinata. Aditya tersenyum puas. Perlahan ia bangun dan beranjak pergi.
"Aku akan mencarikan tempat untuk pernikahan kalian." Ucap Aditya sebelum pergi keluar bersama ajudannya.
Suasana kembali hening. Sekarang hanya ada Orion dan Kiara seorang dalam ruangan itu.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Orion sambil menyandarkan dirinya ke kursi. Nafasnya begitu panjang.
"Aku pernah diperlakukan lebih buruk saat bersama Leo. Jadi... Ya, aku baik-baik saja." Kiara mengikuti gerakan Orion yang menyandarkan tubuhnya.
"Kiara? Apa yang akan kau lakukan saat bertemu kakak nanti?" Orion menengok wajah gadis yang bersandar disamping.
"Entahlah, mungkin aku akan memukulnya. Meski aku tau itu akan sulit kulakukan." Jawab Kiara pelan. Ia tau betul hatinya masih begitu mendamba sosok pria yang tiba-tiba pergi saja.