Di khianati adik tiri dan pacar nya, Airin langsung memilih seorang Pria secara acak hari itu. Tanpa ia tahu, Pria itu adalah seorang narapidana yang sedang menghadiri sebuah acara penting. Airin pun terjebak. Ia tak bisa menghindar dan terpaksa menikah dengan laki-laki itu.
Bagaimana kah kehidupan Airin setelah menikah dengan seorang narapidana? Akan kah ia bertahan atau kah ia harus menyerah?
Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan komentar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Saham 60%? Apa kau sudah tak waras, Airin? Aku tahu kau sakit hati dengan anak ku. Tapi, kau juga harus profesional." Ucap Papa nya Arman.
"Profesional? Saya sudah meletakkan surat pengunduran diri. Tapi, anak anda yang terus menahan saya."
"Benarkah begitu, Arman?"
"Benar, Pa. Tapi kan, Airin."
"Sudah. Jika ia ingin mengundurkan diri, biarkan saja. Kita lihat, siapa yang mau menerima nya bekerja. Ingat, Airin. Jika kau pergi dari perusahaan ini, maka bisa aku pastikan kau tak kan bisa bekerja di perusahaan mana pun."
"Anda mengancam saya, Pak?"
"Saya tidak mengancam. Hanya berusaha memperingatkan mu."
"Baiklah. Aku pergi. Selamat tinggal, keluarga pengkhianat."
Airin langsung pergi setelah mengatakan hal itu. Papa nya Arman benar-benar marah. Begitu juga dengan Arman.
Ia mengira, jika di ancam seperti itu Airin akan menurut. Tapi ternyata, ia langsung pergi. Rasa sakit di khianati, membuat Airin sadar. Ia tak mau lagi di manfaatkan oleh keluarga itu.
Airin berjalan sambil membawa barang-barang nya. Tidak lama lagi, ia sah keluar dari perusahaan itu. Namun saat ia tiba di parkiran, mobil nya sudah tiada.
"Airin. Mobil itu bukan lagi milik mu. Karena kamu sudah tidak bekerja di sini lagi, maka kami pun akan memberikan nya pada orang lain." Ucap Arman yang tiba-tiba saja sudah berada di depan nya.
"Arman. Jangan jadi manusia yang tak tahu berterimakasih. Mobil itu adalah milikku. Hadiah yang aku dapatkan karena menang tender besar saat itu."
"Airin. Kamu lupa? Mobil itu di beli dengan uang perusahaan. Bukan uang pribadi mu. Jadi, kamu tak akan bisa memiliki nya lagi. Kecuali."
"Kecuali apa?"
"Kecuali jika kamu mau kembali ke perusahaan ini."
"Pret! Aku ji-jik sama ludah ku sendiri. Aku tak mungkin menji-lat nya lagi. Ambil saja mobil itu. Aku tak butuh. Kaki ku masih kuat dan aku masih muda."
Airin langsung pergi. Dan lagi, Arman benar-benar memperlihatkan sifat nya yang begitu buruk. Laki-laki itu sungguh sangat pelit.
Airin berjalan dengan sepatu hak nya. Kaki nya sudah lecet karena sakit. Apalagi ia berjalan sambil membawa barang-barang milik nya.
Ciittttttt
Hampir saja jantung Airin copot saat mendengar suara mobil yang berhenti tiba-tiba di depan nya. Bahkan Airin mengira jika mobil itu akan menabrak nya.
Seorang Pria berpakaian rapi keluar dari mobil. Pria itu langsung menghampiri Airin.
"Maaf, Nona Airin. Kami terlambat. Silahkan masuk ke dalam mobil. Biar kami yang akan mengantar Nona."
"No..Nona? Apa maksud kalian?"
"Nyonya besar ingin bertemu dengan anda."
"Nenek? Untuk apa nenek ingin bertemu dengan Airin?" Tanya Arman. Ia sangat kenal dengan Pria yang menjadi kepercayaan nenek nya itu.
"Maaf, Tuan Arman. Ini perintah Nyonya besar. Saya pun tak tahu apa maksud beliau."
"Pak. Saya mau bertemu dengan Nenek. Awas kau, Arman. Akan adukan kau pada nenek mu."
Airin langsung masuk ke dalam mobil sambil tersenyum. Ia penasaran seperti apa nenek nya Arman.
Mobil itu pun pergi dan membelah jalanan. Tidak lama kemudian, mereka tiba di kediaman utama keluarga Purnama.
Rumah mewah yang sangat asri. Banyak sekali pelayan yang sibuk memperbaiki tanaman yang ada di depan mereka.
Halaman rumah itu sudah seperti perkebunan saja. Airin pun begitu suka melihat-lihat tanaman yang ada di sana.
"Silahkan, Nona Airin. Kita sudah tiba. Saya akan mengantar kan anda menuju ruangan Nyonya besar."
"Baik."
Airin di bawa ke bangunan lain yang ada di kediaman itu. Sebuah ruangan yang terbuat dari kayu. Tidak ada pintu maupun jendela. Tempat itu benar-benar terlihat begitu indah dengan banyak nya hiasan dan ornamen tua.
Di atas meja, ada bunga yang baru saja di rangkai. Seperti nya Nenek nya Arman yang melakukan hal itu.
"Nyonya. Kami tiba." Ucap Asisten Nenek nya Arman.
Airin menunduk. Ia tak berani melihat ke arah nenek tersebut. Perlahan, nenek itu menghampiri Airin dan memegang dagu nya.
"Apa kamu, yang bernama Airin?"
Airin langsung melihat ke arah nenek itu dengan pandangan yang takjub. Walaupun wajah nya sudah keriput, tapi beliau masih terlihat cantik.
"Iya, nek. Saya Airin. Maaf jika selama ini saya tidak pernah berkunjung. Arman tidak mengizinkan saya. Dan, Arman itu sangat ja-hat. Setelah ia mengkhianati saya, ia malah mengambil hasil jerih payah saya selama ini. Nek, saya berharap nenek mau menghu-kum pengkhianat itu."
Nyonya Lina hanya tersenyum saat mendengar apa yang dikatakan oleh gadis yang ada di depan nya.
"Apa kamu masih menyukai Arman?"
"Tidak! Airin tidak mau lagi bertemu dengan nya. Maka dari itu Airin mengundurkan diri jadi sekretaris nya."
"Kalau begitu, mau kah kamu jadi sekretaris nenek?"
"Sekretaris nenek? Tapi, nanti Arman bagaimana?"
"Kamu tenang saja. Arman dan keluarga nya tidak tinggal di sini."
"Tapi, kenapa nenek mau Airin bekerja di sini?"
"Jika kamu bekerja sama nenek, kamu akan di gaji besar. Dan, kamu juga bisa dapat mobil baru."
"Tapi, jarak rumah nenek dan rumah Airin jauh."
"Kamu tinggal di sini saja. Nenek tak ada teman nya."
Airin pun berpikir. Apakah ia harus menerima pekerjaan itu. Jika ia tinggal bersama dengan nenek nya Arman, otomatis ia tak perlu melihat wajah para pengkhianat di rumah nya lagi.
"Tapi, nek. Nenek tidak mau balas dendam, kan?"
Hahahahhaha
"Memang nya kenapa nenek harus balas dendam pada mu? Kamu tak pernah berbuat salah pada nenek."
"Tapi, Papa nya Arman mengatakan tidak akan membiarkan Airin bekerja di perusahaan mana pun."
"Airin, kamu memang tidak bekerja di perusahaan. Tapi, kamu bekerja di rumah nenek. Bagaimana? Apa kamu mau?"
"Baiklah nek. Airin mau."
"Kalau begitu, ikut nenek."
Airin pun pergi dan mengikuti kemana Nyonya Lina membawa nya. Airin sama sekali tak bertanya apapun dan hanya diam.
"Airin. Ini semua hadiah perkenalan yang nenek berikan pada mu. Semoga kamu suka, ya."
"Nek, tapi ini banyak sekali." Ucap Airin dengan mata melotot.
Di hadapan nya, semua barang-barang itu sangat lah mahal dan mewah. Ada pakaian, perhiasan dan juga skincare.
"Menjadi sekretaris nenek harus lah cantik dan tampil mewah. Airin, nenek berharap selama kamu bekerja dengan Nenek, kamu tidak boleh berpacaran."
"Baik, nek. Airin tidak akan pernah berpacaran lagi. Airin trauma di khianati. Nanti, jika ada pria yang melamar, mending Airin akan langsung menikah saja. Bukan kah begitu, nek?"
"Ya. Ya. Bagus seperti itu. Bersabar lah, Airin. Suatu saat nanti, pasti akan ada Pria yang datang melamar mu." Ucap Nyonya Lina sambil tersenyum.
Setelah pertemuan itu, Airin pun pulang dengan mobil baru nya. Mobil itu baru tiba saat ia akan pulang.
Mobil edisi terbatas dengan kondisi yang masih mengkilap. Airin bahkan langsung menandatangani surat kepemilikan atas nama mobil itu.
Kali ini, hal yang akan ia lakukan adalah, pamer pada keluarga pengkhianat yang ada di rumah nya. Airin sudah tidak sabar lagi ingin melihat, bagaimana wajah mereka.
Saat itu, Airin juga pulang dengan membawa satu pelayan dari rumah Nyonya Lina. Nyonya Lina berkata, supaya Airin membawa satu pelayan untuk membantu nya membawa barang-barang itu.
Sesampainya Airin di rumah, mobil yang selama ini ia pakai ada di sana. Ternyata, Arman memberikan mobil itu untuk Meta.
"Kak Airin, kakak kemana saja? Kami khawatir kakak akan bu-nuh diri karena kami. Apa kakak baik-baik aja?"
"Eh Metamorfosis, diam deh. Kamu berisik. Suara mu bikin telinga ku sa-kit." Ucap Airin sambil membawa sesuatu ke kamar nya.
Setelah itu, ia kembali lagi untuk mengambil barang-barang nya dan juga mempersilahkan pelayan Nyonya Lina masuk.
Akan tetapi, lagi-lagi ia di hadang oleh Meta dan Arman yang tak punya kerjaaan itu.
"Kak Airin. Kakak jangan marah, ya. Mobil kakak sudah jadi milik Meta. Abang Arman yang memberikan nya pada Meta. Lagian, kakak sih, nggak mau menurut."
Airin menghembuskan nafas nya kasar. Ia benar-benar kesal dengan adik tiri nya yang berpura-pura baik di depan nya. Jika saja sejak dulu ia tahu, topeng apa yang di pakai Meta, pasti ia tak akan banyak kehilangan.
"Meta, sampah memang sepatutnya di buang. Dan terima kasih, karena kamu sudah memungut sampah yang telah aku buang. Jadi, jangan di ungkit lagi, ya. Jaga sampah-sampah mu baik-baik."
Saat mengatakan hal itu, Airin sempat melihat ke arah Arman. Laki-laki itu sangat marah dan kesal hingga mengejar Airin sampai keluar.
"Airin, jangan sombong kamu. Sekarang, kamu sudah tak punya apa-apa. Dan..."
Kata-kata Arman terhenti. Airin dan seorang pelayan mengambil sesuatu dari mobil baru nya.
"Apa lagi, sampah?"
"Mobil siapa ini?"
"Mobil baru ku, dari Bos ku yang baru."
"Tidak mungkin. Mobil ini edisi terbatas. Aku sudah lama mengincar nya dan."
"Sampah, aku mau lewat. Tolong minggir."
"Sampah?"
"Iya. Kamu sampah. Dan Meta adalah pemulung sampah. Selamat, kalian cocok."
"Airiiiiiiiiiiiiiiiin!"
wkwkwk
jgn pula nnati bnyk drama kasihan no leo
ya kan
aq harap nnti airin jd kuat kk thor biar yg menindas tau klo airin yg skrg bukan lemah
dlu pembacamu bnyk lho kk dr nopel pertama mu itu ayok kk smgt dong
ohh airin rontok.sudah rasa malu mua kek mana pun dia suami mu lho wkwkwk
mkne kau liaht dlu baik2 siapa lawan mu kali ini gooo
nahh kann ayo nyonya lina
kek di ibutiri ku agen kusgus keren
saiki rasak no wae
teus nikmati wae hasil.pilihan mu ya kann
wkwkk
benerw bodoh macam itu pun jadi sekertaris ohh ya ampum jadi apa coba nnti
akal.licik sudah berjalan
ohh demi harta smpe mengorbN kan sodara