Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 Ceramah
Aliza yang berjalan di tengah-tengah acara pesta tersebut. Aliza melihat suaminya tampak sibuk berbicara dengan rekan bisnisnya. Dhafian mungkin menjadi target dari kepolisian untuk mengungkap rumah judi yang dikelola oleh Dhafian. Tetapi sampai saat ini kepolisian belum bisa menjadikannya sebagai tersangka.
Tetapi lihatlah betapa santainya Dhafian yang mengobrol dengan beberapa orang yang dia kenal dan tidak terlihat seperti buronan. Aliza menarik nafas panjang dan membuang perlahan kedepan yang jujur saja tempat seperti itu baru saja dia kunjungi dan terasa sangat tidak nyaman.
"Aliza!" Aliza menoleh ke sebelahnya ketika mendengar suara itu dan ternyata Arum memanggilnya.
"Ada apa?" tanya Aliza.
"Ikut denganku, aku ingin bicara denganmu!" jawab Arum.
"Baiklah," sahut Aliza yang menuruti begitu saja. Akhirnya mereka berdua keluar dari area pesta tersebut dan berdiri saling berhadapan.
"Kamu sangat menikmati pernikahan kamu dengan orang yang aku cintai?" tanya Arum yang langsung to the point.
"Kenapa kita terus membahas semua ini Arum dan bukankah aku sudah menjelaskan bagaimana awalnya bisa terjadi. Apapun yang aku bicarakan dengan kamu dan kamu tidak akan pernah mendengarkannya," ucap Aliza.
"Kalau memang bener kamu dijebak dalam pernikahan ini dan seharusnya kamu berpisah dengannya. Bukankah Papa akan berusaha membuat kamu dan dia berpisah. Tetapi kamu yang seolah-olah menahan dan memang ingin bersamanya!" tegas Arum.
"Aku sudah menikah dan tidak mungkin berpisah begitu saja, perceraian tanpa alasan sangat dibenci oleh Allah dan lagi pula aku tidak ingin mempermainkan pernikahan...."
"Cukup! Aku benar-benar sangat muak mendengar kata-kata yang keluar dari mulutmu. Kau itu wanita munafik dan naif. Aku sangat mencintainya dan seharusnya kamu tidak merebutnya dariku!" tegas Arum.
"Aku tidak pernah merebutnya dari kamu dan cinta yang kamu katakan adalah cinta buta. Kamu tidak pernah mengerti maksud dia mendekati kamu untuk apa!" tegas Aliza.
"Tau apa kamu? tau apa kamu tentang cinta hah! seenaknya kamu mengatakan cintaku padanya hanya cinta buta,"
"Karena kamu sendiri yang menceritakan kepadaku bagaimana hubungan kalian berdua, tentang dia yang hanya mencoba mencari tahu siapa kamu dan keluargamu. Itu artinya kamu tidak mengerti dan kamu hanya dibutakan oleh cinta sampai kamu tidak bisa memahami perasaan Dhafian seperti apa kepada kamu!" tegas Aliza mencoba untuk menyadarkan sepupunya itu.
"Diamlah, aku benar-benar sangat muak denganmu...." Arum yang kembali terpancing mengangkat tangannya ingin menampar Aliza tetapi hal itu tidak jadi, ketika tangannya di tahan yang membuat Arum menoleh ke sampingnya dan ternyata itu Dhafian.
Dhafian yang terlihat begitu marah langsung melepaskan kasar tangan itu.
"Jika kau berani menyentuh istriku sekali lagi dengan tanganmu itu, maka jangan salahkan aku akan memotongnya!" tegas Dhafian memberi ancaman yang tidak main-main.
Mendengar kata-kata yang mengerikan itu membuat orang sedikit takut dan semakin kesal ketika Dhafian saat ini benar-benar membelanya.
"Kalian berdua benar-benar sama!" umpat Aliza yang langsung pergi menatap kebencian kepada Aliza dan juga Dhafian.
"Seharusnya tidak membiarkan dia berbicara dan melayangkan tangan dengan sangat ringan kepadamu," ucap Dhafian.
"Arum sedang marah dan sangat wajar dia bersikap seperti itu kepadaku," ucap Aliza.
"Terserah, tetapi tidak selamanya aku bisa menghentikannya," sahut Dhafian yang ingin berlalu dari hadapan Aliza. Tetapi ditahan oleh Aliza.
"Kenapa melakukan hal seperti tadi?" tanya Aliza.
"Apa! Aku menciummu di depan semua orang, memang kenapa jika aku melakukannya?" tanya Dhafian yang memang tahu apa yang ingin dibahas Aliza.
"Kamu tidak salah melakukan itu karena aku adalah istri kamu, tetapi kamu melakukan semua itu karena melihat Ardito dan juga seolah ingin menunjukkan kepada Paman, bahwa kamu bisa melakukan apapun kepadaku," ucap Aliza.
"Benar sekali, jika sudah tahu jawabannya maka jangan bertanya lagi. Kau pikir apa hah! Kau pikir aku melakukan semua itu dengan sungguh-sungguh dan bermain perasaan. Aliza bahkan aku mendengar kau sangat lantang berbicara kepada Arum bahwa aku hanya memanfaatkannya dan sama dengan kau menjadi istriku yang tidak ada bedanya sama sekali. Keberadaanmu sudah jelas hanya untuk kepentinganku saja yang berurusan dengan Pamanmu dan juga mereka!" tegas Dhafian.
"Kenapa? Kau pikir aku berbicara hanya main-main saja?" tanya Dhafian yang melihat reaksi istrinya sangat datar dan bahkan tidak sakit hati sama sekali jika Dhafian berterus terang kepadanya.
"Tidak! aku tidak peduli jika kamu memanfaatkanku seperti apa yang kamu mau. Tetapi aku hanya ingin kamu menjaga batasan dan menjaga kehormatanku. Kamu sendiri yang akan malu dan akan bertanggung jawab kepada Allah jika tidak bisa menjaga kehormatan istri kamu di depan orang lain dan sengaja mempermainkannya di tempat umum!" ucap Aliza menjawab semua dengan tenang dan kemudian langsung pergi dari hadapan Dhafian.
"Hah!"
Dhafian menyergah nafas yang benar-benar sangat capek menghadapi istrinya.
"Apa aku benar-benar salah bertindak menikahinya begitu cepat. Tidak pernah telingaku absen diceramahi olehnya. Apa dia pikir sudah menjadi wanita paling suci. Kalau tau begini aku akan berpikir seribu kali untuk menikah dengannya," umpat Dhafian yang terlihat begitu kesal.
Kalau sudah berdebat dengan Aliza, Dhafian memang pasti akan kalah. Aliza tidak perlu berteriak-teriak untuk menghadapi Dhafian, berbicara dengan tenang saja sudah mampu membuat Dhafian tidak berdayanya.
Aliza dan Dhafian yang sudah kembali berada di dalam mobil yang duduk di jok belakang dan disetiri oleh Arga. Mereka pulang terlebih dahulu dan tidak ikut menyelesaikan party tersebut. Sebelumnya Aliza memang meminta untuk pulang karena sudah merasa tidak nyaman dan lagi pula sudah beberapa jam berada di sana.
Seperti biasa ada sedikit perdebatan antara dia dan suaminya, karena Dhafian tidak akan pernah mau diatur dan ketika menuruti maka harga dirinya akan turun. Aliza tidak menyerah yang tetap ingin pulang dan akhirnya Dhafian mau tidak mau menurutinya.
Dratt-drattt-drattt.
Ponsel Dhafian yang bergetar membuat Dhafian yang sejak tadi meminjamkan mata dengan memijat kepalanya mengangkat telepon tersebut.
"Ada apa Suster?" tanya Dhafian membuat Aliza menoleh ke sebelahnya.
"Apa!" pekik Dhafian yang tampak begitu kaget.
Aliza juga sangat penasaran dengan apa yang terjadi.
"Baiklah! Kalau begitu saya akan segera ke sana, kamu tolong berusaha untuk menenangkan Mama," ucap Dhafian yang terlihat begitu panik dan langsung mematikan telepon tersebut.
"Arga kita langsung saja ke rumah sakit!" titah Dhafian.
Arga menganggukkan kepala yang membelokkan mobil itu dengan sangat cepat dan bahkan kelajuannya meningkat dengan cepat.
Aliza yang terus menoleh ke arah suaminya terlihat semakin panik dan sepertinya memang terjadi sesuatu sampai Dhafian tidak menyuruh Aliza untuk pulang terlebih dahulu dan mungkin saja waktunya memang tidak cukup.
Sampai akhirnya mereka sudah sampai di rumah sakit jiwa yang pernah didatangi Aliza.
"Kau antar Aliza pulang!" titah Dhafian yang buru-buru keluar dari mobil dan langsung berlari memasuki rumah sakit.
Aliza ternyata menyusul untuk keluar dari mobil.
"Nona!" Arga yang melihat istri majikannya itu pergi membuat Arga yang langsung menyusul.
"Nona harus pulang!" titah Arga.
"Kamu pulanglah terlebih dahulu. Saya ingin menemani suami saya," jawab Aliza yang memang tidak mungkin meninggalkan Dhafian.
"Tetapi Nona ini sangat berbahaya dan sebaiknya Nona pulang!" ucap Arga.
Aliza tidak berbicara lagi yang langsung berlalu dari hadapan Arga.
"Nona!"
"Bagaimana ini?"
Arga benar-benar sangat frustasi yang sekarang sudah tidak tahu harus berbuat apalagi. Dia benar-benar kecolongan yang sekarang majikan yang dititipkan kepadanya pergi begitu saja.
Bersambung....