NovelToon NovelToon
Langit Wonosobo

Langit Wonosobo

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Diam-Diam Cinta / Dark Romance / Romansa / Cintapertama
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Restu Langit 2

Langit yang berwarna biru cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung, seperti janji yang pernah terucap dengan penuh keyakinan, namun pada akhirnya berubah menjadi janji kosong yang tak pernah ditepati.

Awan hitam pekat seolah menyelimuti hati Arumni, membawa bayang-bayang kekecewaan dan kesedihan, ketika suaminya , Galih, ingkar pada janjinya sendiri. Namun perjalanan hidupnya yang tidak selalu terfokus pada masa lalu, dapat membawanya ke dalam hidup yang lebih baik.

Akankah Arumni menemukan sosok yang tepat sebagai pengganti Galih?

ikuti terus kisahnya! 😉😉


Mohon kesediaannya memberi dukungan dengan cara LIKE, KOMEN, VOTE, dan RATING ⭐⭐⭐⭐⭐ 🤗🤗 🙏🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Restu Langit 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengenang masa pacaran

  Siang itu Galih mengajak Arumni ke salah satu tempat yang sering mereka kunjungi, dan membuat Arumni meninggalkan jam pelajaran di sekolahnya.

  "Telaga ini masih menjadi destinasi wisata alam yang menarik ya, mas? Aktivitas berkeliling telaga dengan perahu masih ada dan tetap menjadi daya tarik bagi pengunjung." ucap Arumni saat menaiki perahu kecil sambil bermain air telaga.

  Galih hanya mengulas senyum sambil mengangguk, tidak banyak kata yang terucap dari bibir pria yang sudah menghancurkan hati Arumni itu.

  Arumni menghela napas, "sepertinya tidak ada yang berubah dari tempat ini, tapi kenapa kamu berubah, mas?" sambungnya.

  Mendengar kalimat yang terucap dari bibir Arumni, membuat hati Galih serasa teriris, perih!

  Galih meraih tangan Arumni, "aku tahu, kata maaf tidak akan menghilangkan rasa sakit mu, Arumni. Tapi aku mohon, kamu jangan larut dalam rasa sakit ini."

  Mata Arumni kembali merah dan berair, hidungnya pun terlihat berdenyut kemerahan. "Jadi menurut mu, aku harus bagaimana, mas?"

  "Nanti malam ikut sama aku ke Jakarta, ya?"

  Hening! Arumni terdiam, sebenarnya ia tak ingin jauh dari suami yang sangat ia cintai itu, namun saat mengingat Mita dan perut buncitnya, luka hati Arumni yang masih basah, kembali mengaga lebar.

  "kenapa diam saja?"

  Arumni engan menatap Galih, ia hanya menggelengkan kepalanya pelan.

  Galih tahu seberapa dalam luka yang telah ia buat di hati Arumni, tak ingin membuatnya semakin sedih, Galih mendekapnya erat. "Maafkan aku, sayang! Aku janji akan menyelesaikan semuanya, dan membuat kamu menjadi wanita satu-satunya dalam hidupku. Aku dan Mita sudah sepakat, kita akan bercerai setelah Mita melahirkan."

  Cairan bening yang mengenang di pelupuk mata Arumni pun tumpah membasahi pipinya, begitu deras hingga sulit untuk dihentikan. "Tapi Mita hamil anak mu kan, mas? Bagaimana bisa seorang anak akan terpisah dari bapaknya, bagaimana nasibnya nanti?" ucapnya sambil menahan Isak tangis.

  Di tengah kesedihannya itu, Arumni masih sempat memikirkan nasib bayi yang ada di kandungan Mita.

"Aku akan tetap bertanggung jawab atas anakku, meskipun aku dan Mita akan bercerai nantinya."

"Kenapa dia sampai hamil sih, mas?" Arumni menyayangkan hal itu.

"Karena dia juga istriku yang sah, Arumni. Aku mohon, ikutlah dengan ku ke Jakarta, kalau bukan demi aku, setidaknya kita jaga perasaan bapak dan ibu."

   Sebenarnya Arumni masih sangat bingung, meneruskan hubungan dengan Galih sudah pasti hanya akan membuatnya makan hati setiap hari. Namun mengakhiri pun tetap bukan sesuatu yang baik untuk kedua belah pihak, apa lagi harus menyangkut tentang dua keluarga. Arumni tidak ingin mengecewakan mertuanya yang sudah begitu baik padanya, Arumni juga tidak ingin disalahkan bapak dan ibunya yang dulu sempat tidak merestui hubungan mereka.

  Arumni menghela napas, dan melirik Galih sebentar lalu kembali menatap genangan air telaga. "Aku akan coba ya, mas. Semoga aku selalu kuat, menahan cobaan ini."

  Galih menganguk sambil mengengam kedua tangan Arumni. "Makasih, ya!" lirihnya sambil menahan napas yang terasa berat.

  Dua jam sudah mereka berada di sana, Keduanya tak ingin cepat berlalu, mereka masih saling menyanyangi. Galih mengajak Arumni jajan di warung pinggir jalan, seperti waktu dulu sebelum Galih bekerja dan Arumni masih sekolah. Meski sekarang Galih sudah sukses dan punya banyak uang, namun Arumni tetap ingin kembali ke tempat-tempat yang dulu mereka kunjungi.

  "Setelah ini kita kemana lagi Arumni?" cetus Galih untuk membuat Arumni sedikit melupakan lukanya.

  "Sudah lama aku tidak ke rumah ibu, antar aku ke sana ya, mas? sekalian aku pamit ke Jakarta pada ibu."

  Galih menganguk, "iya, sayang." ucapnya mengoda.

  Galih pikir dengan mengucap kata sayang, akan membuat hati Arumni berbunga, membuat pipi Arumni memerah, atau membuatnya tersenyum gugup, namun ternyata salah. Seringai itu sama sekali tidak terbit di wajah Arumni, Arumni justru terlihat menampilkan senyum yang dipaksakan.

  Pukul tiga sore Galih dan Arumni mengunjungi rumah orang tua Arumni, saat itu langit begitu cerah, matahari pun masih tampak bersinar penuh.

  Rumah Arumni yang terletak di pedesaan itu, masih banyak warga yang sedang berkumpul di depan rumah untuk mengrumpi. Aktivitas seperti itu masih ada di pedesaan, berbeda dengan Galih yang tinggal di kota.

  Semua orang yang sedang duduk di depan rumah Arumni, menatap kagum karena sebuah mobil mewah memasuki perkampungan mereka. Semua warga jadi berbisik.

  "siapa yang datang?"

  "iya, siapa ya?

  " Mau kemana ya, kira-kira?

  "Mungkin orang nyasar!"

   "Eh, pintunya terbuka, mungkin mau bertanya."

  Semua orang jadi penasaran dan menduga-duga. Manik hitam orang-orang yang berada di sana membulat, ketika melihat Galih membuka pintu sebelah dan ternyata Arumni yang turun dari mobil mewah itu.

  "Arumni? "

  "Iya, Arumni!"

  "Itu anak mu, Sari!" teriak salah satu warga. "Anak mu sekarang sukses dan punya mobil."

  Bu Sari, ibunya Arumni pun tersenyum lebar, tampak begitu banga dengan pencapaian anak semata wayangnya itu. Semua orang tampak begitu hormat pada Arumni, meskipun sebenarnya Arumni tidak nyaman dalam posisi itu. Arumni lebih senang jika mereka memperlakukannya seperti biasa saja.

  Setelah menyapa semua orang, Arumni dan Galih masuk dengan bu Sari. Bu Sari yang dulu sempat ngotot tidak merestui hubungan mereka kini merasa sangat berbeda, Galih jadi diperlakukan dengan sangat baik, namun bukan posisi ini yang Arumni inginkan.

  "Apa kabar mu, ibu? di mana bapak? " tanya Galih.

  "Baik, Galih! ibu dan bapak sangat baik, bapak sedang ke rumah paman, biar ibu suruh orang panggil bapak."

  Bu Sari begitu heboh menanggapi ucapan Galih. Sangat jauh dari sikapnya yang dulu. Belum sampai bu Sari meminta tolong pada orang untuk memangil, bapaknya Arumni sudah lebih dulu pulang ke rumah.

  "Eh, itu bapak."

   Setelah pak Yadi dan bu Sari duduk bersama mereka, Galih pamit pada bapak dan ibu mertuanya tentang niatnya membawa Arumni ke Jakarta, kedua orang tua Arumni menyangka bahwa mobil yang dibawa Galih adalah milik Galih, mereka pun mengijinkan Arumni tinggal di Jakarta dengan senang hati.

   Melihat wajah bahagia dari bapak dan ibunya, Arumni jadi tidak tega jika suatu saat mereka akan tahu yang sebenarnya. Arumni berusaha terlihat bahagia dan menutupi semua. Tidak ingin berlama-lama berada di sana, karena besok Galih harus bekerja dan nanti malam akan berangkat ke Jakarta, mereka pun pamit.

   "Galih, mobil mu bagus banget. Kapan-kapan ajak bapak dan ibu jalan-jalan, ya?" cetus ibu, saat mengantar mereka ke mobil.

  Pak Yadi menyikut istrinya yang terlihat nora itu, sambil mengerjapkan mata agar istrinya jangan bersikap berlebihan.

  Galih mengulas senyum, "Ini mobil kantor kok, bu. Mudah-mudahan tahun depan bisa beli sendiri, pasti aku ajak bapak dan ibu keliling kota."

  Bu Sari tertawa kecil, "Kamu beruntung sekali Arumni, ibu ikut bahagia untuk mu." ucapnya sambil memeluk Arumni.

  Tidak banyak kata yang terucap dari bibir Arumni, karena dia yang lebih tahu perasaannya saat itu. "Iya, bu. Aku pamit ya, bu? Jaga kesehatan ibu dan bapak, Arumni pasti akan merindukan kalian saat di Jakarta nanti."

  Mereka saling berpelukan. Bapak Arumni sedikit curiga dengan wajah Arumni yang terlihat lesu, lingkaran matanya terlihat menghitam seperti kurang tidur, matanya pun terlihat sembab. Namun karena Galih terlihat sangat menyayangi Arumni, pak Yadi pun mengabaikan rasa curiganya, dan menganti dengan doa yang baik untuk mereka.

  "Kalian hati-hati di jalan, ya. Jangan lupa memberi kabar saat sudah sampai di Jakarta." kata pak Yadi sebelum Galih tancap gas.

  Pak Yadi dan bu Sari, melambaikan tangannya untuk melepas kepergian Galih dan Arumni. Kedua orang tua Arumni terlihat begitu bahagia, tidak sia-sia akhirnya merestui hubungan mereka. Semua tetanga Arumni pun ikut bahagia dan mereka jadi lebih menghormati keluarga Arumni dibanding sebelumnya. Mereka sangat membanggakan kesuksesan Arumni.

   **

   Magrib pun tiba, saat Galih dan Arumni sampai di rumah Galih. Mereka harus menunggu bapak dan ibunya Galih selesai sholat di masjid.

Terlihat beberapa barang sudah rapi tersusun di lantai, tidak lain bu Susi yang sudah menyiapkan oleh-oleh untuk mereka bawa ke Jakarta.

Tidak lama mereka pun pulang dari masjid.

"Galih, bapak baru lihat kamu sudah mau berangkat saja." kata pak Arif saat baru masuk rumah.

"Iya pak, lain kali aku ambil cuti panjang biar bisa berlama-lama di rumah. Besok harus masuk kerja, takut terlambat."

"Kalian hati-hati di jalan, ya!" saut bu Susi. "ibu harap kalian selalu jadi keluarga yang utuh dan selalu rukun, mudah-mudahan kalian pulang nanti memberi kabar bahagia untuk kami, dengan berita kehamilan mu Arumni." harapan Bu Susi.

Arumni mengulas senyum. "Aamiin, doakan aku dan mas Galih ya, bu?" ucapnya sambil memeluk ibu mertua.

"Pasti, Arumni."

Mereka pun mulai mengemasi barang-barang ke mobil, bu Susi membawakan minuman carica hingga lima dus, karena Galih mengatakan ada tetangga yang meminta oleh-oleh itu.

Setelah selesai persiapan, mereka pun segera pamit berangkat ke Jakarta. Dengan restu dari kedua orang tua Arumni dan kedua orang tua Galih.

...****************...

1
cica 45
Ceritanya makin seru dengan kehadiran seorang perwira polisi. sukses selalu buat authornya dari Wonosobo. Aku suka aku suka 🤩🤩🥳🥳💝💝💝💝💝 🌟🌟🌟🌟🌟
kalea rizuky
dukung pebinor gass dit pepet teros abis ne jg janda kok dia
kalea rizuky
cpet cerai lah jangan bkin arumi oon
Hanipah Fitri
sabar ya Dit, ditunggu aja, nanti juga insyaallah Arumi jadi istrimu
Hanipah Fitri
kapan Arumi nya ambil tindakan, Thor cerita mu bagus tapi Arumi nya sangat lemah
Restu Langit 2: Tunggu saat Galih mentransfer uang, Arumni akan meminta itu sebagai nafkah terakhir ☺
total 1 replies
Hanipah Fitri
Arumi kalau memang kamu sdh mati rasa dgn galih kenapa gak dilepas aja dari pada menggantung lama
Hanipah Fitri
nah ini mertua yg pengertian.
Hanipah Fitri
ayi Adit yg giat ya dekati Arumi
Hanipah Fitri
Mita suami mu itu serakah pingin memiliki kedua dua nys
Hanipah Fitri
makin rumit
Hanipah Fitri
kasihan ya, kenapa Arumi sabar banget
Hanipah Fitri
Ribet amat si loh Galih, katanya nikah dgn Mita karna terpaksa tapi malah berlanjut hingga hamil
Hanipah Fitri
si Galih cemburu, dasar laki laki egois
Hanipah Fitri
sepertinya Adit jodoh Arumi tuk kedepan nya
Hanipah Fitri
Adit sebaiknya kamu cari tau dulu ya siapa Arumi itu
Hanipah Fitri
wah si galih memang harus di jewer kupingnya ya, katanya mau menceraikan si Mita, tapi sempat sempat nya sambil nelpon Arumi malah di usap usap kepala si Mita, bilang aja Galih bahwa cinta mu sdh terbagi.
malah seperti nya kau lebih berat dgn Si Mita daripada dengan Arumi
Hanipah Fitri
Arumi tertutup amat sih
Hanipah Fitri
sabar Arumi
Hanipah Fitri
Mungkin kah galih akan menceraikan Mita sementara mereka ada ansk
Hanipah Fitri
kalau sdh tau anakmu mendua apa yg akan kalian lakukan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!