Jodoh itu rahasia Tuhan. Siapa sangka dua manusia yang terkesan saling cuek dan tidak punya ketertarikan satu sama lain itu disatukan dalam ikatan pernikahan. Akan seperti apa rumah tangga keduanya, saling menerima atau malah kalah sebelum mencoba? Ikuti kisah mereka karena mungkin kita akan menjadi saksi cinta mereka bertumbuh atau sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pipit fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasihat
"Apa kalian tidak berniat memiliki anak dalam waktu dekat? Sebetulnya kami sebagai orang tua sudah sangat menginginkan, tapi kalian terlalu sibuk untuk membangun karir."
Mendengar ucapan Arumi, Alma sebagai menantu merasa bersalah. Namun kendali bukan ada padanya, memiliki anak pun harus sesuai kesepakatan bersama, tidak hanya satu pihak saja tapi keduanya . Arumi tidak mengetahui kalau anaknya yang paling sibuk, Alma hanya berusaha mengimbangi, mengikuti jejak Irsan agar tidak merasa kesepian pengurus rumah dengan aktivitas yang sama.
Kalau sejak awal Alma tahu bawa pernikahannya akan berakhir seperti ini dia akan lebih memilih menolak perjodohan, lagi pun usianya masih muda pikirnya Irsan akan seromantis Ayah mertuanya, pasangan yang sangat harmonis meskipun usianya tidak mudah lagi tapi kenyataannya Irsan terlalu cuek.
"Bukan tidak ingin memiliki anak, Bu. Aku ingin punya kehidupan yang stabil terlebih dahulu, jadi saat nanti aku berencana memiliki anak finansialku sudah baik. Aku tidak ingin memberikan kehidupan yang tidak layak untuk anakku, makanya aku bekerja keras untuk mewujudkan itu. Lagi pula kita masih muda Bu, masih banyak waktu untuk merencanakan memiliki anak, ibu yang sabar saja aku dan Alma pasti akan memberikan cucu untuk kalian."
"Jangan terlalu takabur ya Irsan, Allah yang menentukan segalanya, sebagai manusia kita hanya perlu berikhtiar. Jangan takut akan rezeki Allah, karena anak pun memiliki rezekinya masing-masing. Kamu seolah takut jika saat ini memiliki anak maka kamu tidak bisa mencukupi kebutuhannya, sedangkan saat lahir seorang anak membawa rezekinya sendiri, untuk saat ini tergantung keputusanmu sendiri ingin memilikinya dalam waktu dekat atau menunda seperti keinginanmu. Kita tidak akan pernah tahu besok rencana itu masih tetap ada atau hanya angan-angan, intinya Ayah ingin mengatakan ini. Sebaik-baik rencana manusia, rencana Allah yang paling baik."
Irsan mendengarkan dengan baik nasehat orang tuanya, sejujurnya ini pernah menjadi pertimbangannya bahkan saat Alma pernah bertanya masalah memiliki anak. Sisi egoisnya mengatakan kalau dia belum merasa sukses untuk menanggung kehidupan lain, dalam artian dia ingin stabil secara ekonomi, saat ini dia sedang mengembangkan usaha keluarga, dia juga bercita-cita untuk mengembangkan restoran ini lebih besar lagi, lebih dikenal lagi.
Sejujurnya Kalau tidak ada Perjodohan ini mungkin dia belum ingin menikah, karena menghargai orang tuanya maka ia pun tidak bisa menolak. Alma bukan orang yang tidak menarik untuknya, bahkan saat ijab qobul berhasil menyatukan kita, getaran itu ada perasaan itu menerima, sebagai lawan jenis yang punya ketertarikan. Namun ternyata hal itu tidak menomorduakan keinginannya untuk sukses.
"Aku menerima dan Mendengarkan nasehat ayah dan ibu Berikan aku waktu untuk memikirkan kembali mengenai memiliki momongan. Bukan aku tidak ingin, aku hanya benar-benar ingin siap secara lahir dan batin saat memilikinya. "
Arumi dan ihsan kali ini hanya terdiam sambil sesekali menganggukan kepalanya tidak melakukan apapun lagi atau memaksakan keinginan mereka kepada putranya, karena sadar saat pernikahan dulu ia pun terlalu memaksakan keinginan. Saat ini bila harus memaksakan Irsan untuk memberikan cucu kepada mereka bukankah terlalu egois?
Lalu Arumi pun bertanya kepada Alma mengenai pendapatnya memiliki anak, apa memang menunda memiliki momongan adalah kesepakatan bersama, jika iya mereka bisa apa .
"Lalu bagaimana dengan kamu Nak. Apakah kamu juga ingin menunda memiliki momongan seperti Irsan? apalagi usia kamu masih sangat muda, Ibu harap keputusan ini didasari keinginan kalian bersama bukan salah satunya."
Alma tidak langsung menjawab pertanyaan Ibu mertuanya, dia terdiam sejenak menarik nafas dalam-dalam, dia tidak ingin ceroboh menjawab pertanyaan mertuanya. Karena bagaimanapun hal ini sangat sensitif. Jika dia salah menjawab bisa saja ini akan menjadi pembahasan panjang intinya dia harus sepakat dengan Irsan menunda memiliki momongan, masalah hatinya tidak ada yang tahu, itu urusan belakangan.
"Kami sudah mendiskusikan hal ini lebih dulu sebelum membahasnya dengan ibu dan ayah, yang mana kami memilih menunda untuk memiliki momongan, kami pun merasa menyesal karena mengambil keputusan ini, para orang tua pasti mengharapkan memiliki cucu dari kami, sedangkan kami malah menundanya. Selain alasan usia yang masih muda, kesuksesan yang sedang diusahakan pun menjadi alasan, kami ingin memberikan yang terbaik untuk masa depan seorang anak nanti. Rencana kami kembali lagi kepada Sang pencipta, jika Allah berkehendak lain maka aku akan menerimanya, itu saja mungkin jawaban yang bisa aku berikan Semoga ayah dan ibu mengerti."
Pada akhirnya Ihsan dan Arumi memahami, mencoba mengerti keinginan anak-anak mereka, tidak ingin memaksakan terlalu jauh. Mereka hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan rumah tangga anaknya, berharap keduanya berubah pikiran dalam waktu dekat untuk memiliki keturunan. Ya, itu adalah bagian dari doa mereka.
"Ya sudah Jika Itu Memang keputusan kalian berdua Ibu dan Ayah hanya bisa mendoakan semoga semuanya berjalan dengan baik sesuai harapan kalian. Kami juga berharap kalian saling menjaga satu sama lain, saling menerima satu sama lain dan menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah Aamin."
"Aamin Terima kasih atas doa ibu dan ayah kami selalu membutuhkan doa-doa kalian untuk kehidupan kami yang baru dimulai ini."
**
Setelah selesai berbicara dengan keluarga Irsan, istirahat beberapa waktu lalu keduanya memutuskan untuk ke rumah orang tua Alma. Mereka akan membicarakan hal yang sama seperti saat berbicara dengan orang tua Irsan.
Sambutan yang diberikan oleh keluarga alma tak kalah hangat seperti keluarga Irsan,Alma merindukan keluarganya . Kali ini keadaannya berbeda ia sudah menjadi istri orang lain, mereka sudah berikan tanggung jawabnya kepada Irsan, padahal Alma ingin tetap menjadi anak mereka yang menjadi kesayangan mereka, dicintai, diperlakukan sangat-sangat istimewa. Menikah membuat banyak hal berubah, terlalu hambar jika dibandingkan dengan kehidupannya sebelum menikah .
Arini yang menyadari kedatangan anak dan menantunya menyambut dengan hangat memberikan pelukan kepada putrinya yang belum lama datang menemuinya, sejujurnya ia pun belum sepenuhnya ikhlas melepaskan Alma dalam artian berpisah rumah, bagaimanapun sudah kewajibannya mengikuti suaminya toh tempat mereka tidak terlalu jauh .
"Tumben jam segini kalian berkunjung biasanya kalau tidak sore,ya weekend nanti."
"Emang nggak boleh ya kalau ketemu orang tua sendiri?eman harus nunggu weekend, harus senggang dulu."
"Ya nggak gitu juga, aneh saja apalagi datangnya bareng Irsan, kaliankan sedang sibuk-sibuknya bangun usah. Jangan terlalu ngoyo Kalian juga punya tubuh yang butuh istirahat, jangan terlalu berambisi dunia tuh kalau dikejar terus-menerus itu bikin capek ."
"Haduh hari ini full deh siraman rohani dari rumah Kiri Ke rumah kanan, dari kuping kiri ke kuping kanan semoga saja bersarang di kepalaku yang cerdas ini hahaha."
Alma mencoba mencairkan suasana menurutnya Hari ini adalah hari yang cukup berat berpamitan untuk suaminya yang akan pergi ke Surabaya seperti akan meminta izin berperang yang entah akan kembali atau tidak terlalu lebay memang.