Jin Lin, seorang otaku yang tewas konyol akibat ledakan ponsel, mendapatkan kesempatan kedua di dunia fantasi. Namun, angan-angannya untuk menjadi pahlawan pupus saat ia terbangun dalam tubuh seekor ular kecil. Dirawat oleh ibu angkat yang merupakan siluman ular raksasa, Jin Lin harus menolak santapan katak hidup dan memulai takdir barunya. Dengan menelan Buah Roh misterius, ia pun memulai perjalanannya di jalur kultivasi—sebuah evolusi dari ular biasa menjadi penguasa legendaris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILDAN NURUL IRSYAD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Guntur Surgawi dan Ketakutan Iblis Laut
Sekitar seratus mil dari Pulau Chixia, awan gelap raksasa tiba-tiba bergulung di atas permukaan laut. Petir menyambar tiada henti dari dalam awan tersebut, memecah langit dengan kilatan menyilaukan. Keagungan langit dan bumi tergambar jelas dalam setiap dentuman petir itu. Anehnya, di luar lingkaran awan gelap itu, langit tetap cerah tanpa awan, dan laut yang biasanya berombak kini mendadak tenang dan sunyi.
Fenomena langka ini segera menarik perhatian para kultivator iblis kuat di Pulau Chixia. “Apakah ini... kesengsaraan surgawi?” bisik mereka. “Apakah ada yang mencoba menembus batas kultivasi di dekat pulau?” Namun tak satu pun dari mereka yang berani mendekat. Meskipun mereka tahu petir surgawi hanya menyasar orang yang mengalami kesengsaraan, siapa yang mau bertaruh nyawa jika ada loncatan petir menyambar ke arah yang salah?
Namun, teman kita yang malang, Jin Lin, tidak punya pilihan. Ia kini terperangkap di dalam jaring sihir milik Zhang Baichi, iblis tua yang akan menghadapi kesengsaraan.
Tak lama, bencana pertama pun turun.
Petir setebal sepuluh meter menyambar permukaan laut dengan kecepatan menakutkan. Dalam sekejap, suhu tinggi membuat air laut mendidih, uap tebal naik ke udara. Dentuman itu mengguncang dunia bawah laut, dan gua tempat persembunyian Zhang Baichi pun bergetar hebat.
Namun, iblis tua itu tetap tenang. Kesengsaraan pertama biasanya merupakan yang terlemah. Ia telah mempersiapkan gua ini selama ratusan tahun, melapisinya dengan lapisan demi lapisan batasan pertahanan, menjadikannya nyaris tak tertembus.
Benar saja, petir pertama hanya mengguncangkan gua, lalu lenyap.
"Gempa bumi?" pikir Jin Lin panik. Ia menggeliat dalam kantong jaring, merasa tidak nyaman dengan getaran itu. “Kalau ini gua runtuh, aku bisa mati tanpa sempat protes!”
Petir kedua pun menyusul. Kali ini, kekuatannya berlipat ganda. Kilatan perak membelah langit dan menghantam gua dengan kekuatan yang menghancurkan. Batasan gua pun mulai retak, dan kilatan petir menembus dinding, membuat Jin Lin gemetar. Ia sudah bisa menebak, ini pasti kesengsaraan surgawi yang legendaris.
“Aku tidak menyangka iblis tua ini benar-benar mencapai Tahap Kesengsaraan...” Jin Lin merasa tubuhnya mengecil karena kengerian.
Petir ketiga menghancurkan segalanya. Gua runtuh total, batasannya lenyap. Air laut pun menerobos masuk, menenggelamkan seluruh ruangan. Jin Lin terombang-ambing dalam air, masih terperangkap dalam jaring.
Zhang Baichi tampak mulai tegang. Hanya tiga gelombang, dan guanya hancur? Padahal masih ada enam kesengsaraan tersisa!
Tanpa pilihan, ia mengeluarkan senjata sihir pertahanan terakhirnya dan menempatkannya di atas kepala.
Petir keempat datang, dan senjata sihir itu hancur dalam sekejap. Untungnya, sisa kekuatan petir masih bisa ia tangkal dengan esensi iblisnya. Namun suhu air meningkat drastis, dan Jin Lin, yang berada dalam air, mulai merasa seperti direbus hidup-hidup.
“Ugh… aku tidak mau sauna bareng kakek botak…” erangnya, mencoba bergerak menjauh. Tubuhnya masih terbungkus jaring sihir, jadi ia hanya bisa menggelinding perlahan seperti gulungan nasi.
Ia sadar: air adalah penghantar listrik. Kalau iblis tua itu tak kuat lagi, bisa-bisa dirinya ikut gosong!
Zhang Baichi kini benar-benar fokus. Ia mengeluarkan semua senjata sihir yang tersisa, mengaturnya berlapis-lapis di atas kepalanya. Ketika petir kelima datang, senjata-senjata itu hancur satu per satu, namun ia selamat, hanya janggut dan alisnya yang terbakar habis, meninggalkannya botak total.
Petir keenam menyusul. Semua senjata sihir yang dipasang hancur berkeping-keping, tetapi ia selamat. Namun... semua pertahanan eksternalnya kini telah lenyap. Yang tersisa hanyalah tubuhnya sendiri dan satu set pakaian sihir terakhir.
Petir ketujuh datang seperti kemarahan langit. Pakaian sihirnya hangus dalam sekejap. Tanpa perlindungan, Zhang Baichi langsung menyerap petir dengan tubuhnya. Ia meraung, tubuhnya gemetar hebat, namun akhirnya berhasil bertahan.
Kini ia telanjang bulat, rambut habis, alis gosong, dan kulitnya penuh luka bakar. Wajah iblis tua yang dahulu agung itu kini tampak seperti bola ikan bakar yang gagal masak.
Namun, ia tidak peduli.
Baginya, semua harta duniawi itu tidak berarti. Yang penting adalah menaklukkan kesengsaraan dan melangkah ke tingkat berikutnya sebagai peri iblis sejati!
Namun, saat ia menatap ke langit, melihat awan hitam yang belum bubar dan suara petir yang semakin menggila, hati Zhang Baichi goyah.
Petir kedelapan... dua kali lebih kuat dari petir ketujuh!
Dan petir terakhir, petir kesembilan, adalah ujian pamungkas yang bisa membunuh bahkan iblis tertua sekalipun!
Zhang Baichi mulai kehilangan kepercayaan diri.
Jalan kultivasi adalah jalan melawan kehendak surga. Untuk menantang langit, butuh bukan hanya kekuatan... tapi juga keberuntungan, dan pengorbanan.
Namun saat ini, apakah ia sudah kehabisan semuanya?.
