NovelToon NovelToon
Pengasuh CEO Cacat

Pengasuh CEO Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Era Pratiwi

Membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan orang yang sangat ia sayangi, membuat seorang Fiorella harus merelakan sebagian kebebasan dalam kehidupannya.
"Pekerjaannya hanya menjadi pengasuh serta menyiapkan semua kebutuhan dari anaknya nyonya ditempat itu, kamu tenang saja. Gajinya sangat cukup untuk kehidupan kamu."
"Pengasuh? Apakah bisa, dengan pendidikan yang aku miliki ini dapat bekerja disana bi?."
"Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan Dio, yang mereka lihat adalah kenerja nyata kita."
Akhirnya, Fio menyetujui ajakan dari bibi nya bekerja. Awalnya, Dio mengira jika yang akan ia asuh adalah anak-anak usia balita ataupun pra sekolah. Namun ternyata, kenyataan pahit yang harus Fio terima.
Seorang pria dewasa, dalam keadaan lumpuh sebagian dari tubuhnya dan memiliki sikap yang begitu tempramental bahkan terkesan arogan. Membuat Fio harus mendapatkan berbagai hinaan serta serangan fisik dari orang yang ia asuh.
Akankah Fio bertahan dengan pekerjaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Era Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PCC. 20.

"Jangan main paksa, bos. Lepasin tu tangan, dasar psikopat g**la." Max menyeringai.

Mendapati kehadiran seseorang, yang ternyata adalah orang ia kenal. Membuat Fio, dapat bernafas lega.

"Tuan Max." Lirih Fio.

Tatapan itu, mengisyaratkan untuk meminta pertolongan. Dan benar saja, Ferdy dengan seringainya membalas tatapan Max padanya. Tentunya dengan tatapan yang begitu penuh amarah, merasa terganggu dengan kehadiran orang lain disana.

"Jangan ikut campur urusan orang lain, enyahlah." Genggaman erat itu terus menekan tangan kecil itu.

"Tidak bapak, tidak anak. Sama saja g*lanya, sudah tidak waras kalian." Max mengumpat, karena ia tahu siapa Ferdy.

Disaat kedua pria itu masih terlibat perdebatan, Fio pun terus berusaha melepaskan cengkraman tangan Ferdy dari tangannya. Rasa sakit tentu sudah dirasakan oleh Fio, hanya saja ia belum bisa terlepas dari hal yang membuatnya merasakan rasa sakit itu.

Sedangkan Elio, ia hanya mengamati semuanya dari dalam mobil. Sadar akan batas dari kemampuannya saat ini, Elio tentunya merasa marah saat melihat Fio seperti itu. Namun lagi-lagi ia harus menghela nafas beratnya, karena ia sangat malas untuk terlibat perdebatan dengan orang yang kini sedang ia amati.

"Sepertinya, anda membutuhkan olahraga sejenak tuan." Max merenggangkan tubuhnya.

"Enyahlah, Max. Urus saja tuanmu yang tidak berguna itu." Ferdy semakin tersulut emosi dan semakin membuat tekanan pada Fio.

"Huh, sepertinya anda memang benar-benar butuh partner untuk olahraga saat ini. Nona Fio, masuk ke dalam mobil segera." Max hanya memberikan isyarat kepada Fio.

Awalnya, Fio tidak paham akan dari ucapan yang Max katakan padanya. Disaat isyarat berikutnya diberikan, dengan cepat ia menganggukkan kepalanya.

Akan tetapi, hal tersebut disadari oleh Ferdy. Dimana ia juga telah mempersiapkan semuanya untuk membawa Fio dari sana, dan yang harus ia lakukan terlebih dahulu adalah menjauhkan gangguan yang saat ini sedang membuatnya semakin emosional.

"Jangan mempengaruhi wanitaku, sialan." Erang Ferdy dengan sangat keras.

"Wanitamu? Sejak kapan ada wanita yang mau dengan manusia g*la seperti anda, tuan Ferdy yang terhormat. Bahkan bisa anda lihat, jika wanita itu sangat tidak nyaman dengan anda." Max terus memprovokasi situasi yang ada.

Memang saat itu, Fio terus memberontak untuk melepaskan diri. Hanya saja, kekuatan tenaga dari seorang pria akan menang dengan kekuatan seorang wanita biasa. Mereka pun terus berdebat, hingga Fio menyadari akan peluang untuk terbebas.

"Argh! Fio, berhenti!!" Teriak Ferdy, karena ia berteriak kesakitan disaat Fio menggigit lengannya dengan begitu kuat.

"Wow, nona Fio jadi vampir. Hahaha, sakit ya." Max tertawa melihat Ferdy mengibaskan lengannya, lalu terlihat sedikit robekan disana dengan darah yang mengalir.

Tanpa pikir panjang, Fio yang terbebas langsung masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Max. Hal itu sesuai dengan petunjuk yang ia dapatkan dari Max sebelumnya, dengan nafas yang terputus-putus. Fio belum menyadari jika disana ada orang selain dirinya, ia hanya terfokus melihat ke arah Max dan Ferdy yang semakin memanas.

Perdebatan diantara Max dan juga Ferdy sangatlah rumit, Max dengan mulut ember nya berdebat dengan orang seperti Ferdy yang merupakan orang berpikiran keras. Alhasil, mereka berdua kini terlibat adu jotos yang cukup lumayan menggunakan tenaga.

"Kenapa aku harus terlibat dengan pak Ferdy, seperti ini? Aku sudah memutuskan untuk tidak ikut ujian dengannya, kenapa dia malah semakin tidak waras." Tanpa sadar, Fio bergumam mengeluarkan isi kepalanya.

"Terlibat dalam hal apa dengan Ferdy?"

Deg!

Seketika tubuh Fio menegang, ia terdiam disaat suara itu terdengar. Dengan perlahan, ia mencoba memutar tubuhnya untuk mencari keberadaan sumber suara tersebut.

"Tu tuan Elio?!"

Elio mengunci tatapannya pada Fio, dengan salah satu alis matanya yang naik ke atas. Wajah dingin itu begitu tajam menatap wajah ke arah Fio, lalu ia pun segera menundukkan kepalanya.

"Maaf, maafkan saya tuan. Saya tidak tahu, jika ada anda disini."

Fio kebingungan untuk bertindak apa, ingin rasanya ia segera keluar dari dalam mobil tersebut. Akan tetapi, mengingat keberadaan dosen yang tidak waras baginya tiu masih berada disana. Maka, ia mengurungkan niatnya untuk keluar dari dalam mobil.

"Ada urusan apa, kami dengan Ferdy?" Tanya Elio yang kini memalingkan wajahnya.

"Hah? Anda mengenal pak Ferdy, tuan?" Kali ini, kening Fio yang berkerut.

"Jangan pernah berurusan dengannya, jika kamu tidak ingin hidupmu menjadi seperti di neraka." Ketus Elio.

"Maksud tuan?" Fio mendekatkan untuk menatap Elio, agar ia mendapatkan jawaban.

Mendapati Fio yang mendekatinya, sontak saja asupan udara untuk Elio tiba-tiba menjadi menipis. Tangan itu melonggarkan dasi yang saat itu ia kenakan, dirinya pun bingung dengan apa yang terjadi padanya.

...Apa ini? Kenapa aku jadi tiba-tiba seperti ini? Elio....

"Tuan, tuan kenapa?" Fio berubah menjadi sedikit panik, kala ia mendapati Elio seperti sulit untuk bernafas.

Mencoba untuk memastikan keadaannya, Fio dengan tangannya akan menyentuh kening dari Elio. Merasakan suhu tubuh Elio yang tidak hangat, Fio menarik dirinya kembali.

Elio pun merasakan detak jantungnya berdetak sangat kencang, ia pun menyentuh dadanya untuk menahannya agar tidak terlalu kencang berdetak.

Brakh!

Pintu bagian kemudian terbuka dan tertutup begitu keras, Max telah kembali setelah menghadapi Ferdy.

"Ah, lumayan juga bela dirinya. Aku kira cupu, ternyata kelebu (tidak sesuai perkiraan)." Max mengusap-usap tubuhnya yang bisa ia jangkau dengan tangannya.

"Tuan Max, anda tidak apa-apa?" Fio beralih pada Max.

"Tidak apa-apa, nona. Anda juga tidak apa-apa kan?" Max menatap Fio dari kaca spion didekatnya.

"Hhmm, tidak apa-apa tuan. Sebelumnya, terima kasih atas pertolongannya." Fio tertunduk, mengingat apa yang telah dilakukan Ferdy padanya.

"Memangnya, nona ada hubungan apa dengan tu kutu kupret? Kayaknya serius." Max mencari jawaban.

Pertanyaan itu cukup membuat Fio terdiam dan berpikir, ia tidak ingin masalah yang ia hadapi diketahui oleh orang lain. Ia merasa malu jika hal tersebut sampai diketahui oleh orang-orang.

"Jawab saja susah, punya mulut kan?" Sindir Elio yang juga tidak sabar menunggu jawaban.

"Jangan membuatnya takut, tuan. Tidak perlu dijawab sekarang, non. Nanti saja, kalau sudah tenang. Tuan, kita kemana ini? Pulang oke, kantor pun okelah." Max mengeluarkan jurusnya yang riweh.

"Kantor, dan kamu. Jangan coba-coba untuk berhenti bekerja tanpa persetujuan dariku, tidak ada bantahan atau yang lainnya. Jalan." Titah Elio pada Max.

"Oke, bos." Max menyetujui dan mengikuti perintah dari Elio.

"Eh, tunggu tuan. Tapi, saya belum bilang setuju. Saya mau pulang." Fio kaget dan mencoba membuka pintu mobil.

Takh!

"Aduh!" Erang Fio, ketika keningnya kena sentilan.

"Diam, karena aku tidak menerima protes atau penolakan apapun. Jalan Max, jangan hiraukan wanita ini." Dengan angkuhnya, Elio memberikan perintah.

Tidak ingin berlama-lama mendengar tuannya berdebat, Max menjalankan laju mobil tersebut menuju kantor. Sebelumnya, setelah ia terlibat adu fisik dengan Ferdy. Pria itu akhirnya menyerah dan pergi begitu saja dari sana, namun pria itu sempat menatap tajam ke arah mobil milik Elio.

1
Reni Anjarwani
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!