Aluna seorang gadis manis yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan pria pilihan keluarganya.Umurnya yang sudah memasuki 25 tahun dan masih lajang membuat keluarganya menjodohkannya.
Bukan harta bukan rupa yang membuat keluarganya menjodohkannya dengan Firman. Karena nyatanya Firman B aja dari segala sisi.
Menikah dengan pria tak dikenal dan HARUS tinggal seatap dengan ipar yang kelewat bar-bar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Sasmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 KABAR MENGEJUTKAN
Dering ponsel di atas nakas menyita perhatianku. Gagasku ambil benda pipih itu. Ternyata dari Mbak Zizah. Lekas ku geser tombol hijau.
"Assalamualaikum. Luna, apa kabar ?"
"Waalaikumsalam. Alhamdulilah, aku sehat Mbak. Mbak sendiri gimana kabarnya ? Lama gak denger suara Mbak."
"Alhamdulillah Mbak juga sehat. Maklumlah Luna, Mbak jarang pegang ponsel. Tiap hari sibuk ngurusin Jelita. Ini juga Mbak bisa nelpon kamu karena dia udah tidur". Ucapnya sambil terkekeh.
Jelita adalah anak perempuan Mbak Zizah yang berusia 3 bulan. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya mereka di percaya menjaga buah hati. Akun pun sangat senang begitu Mbak Zizah mengabarkan kehamilannya.
"Duuuhhh, jadi gak sabar pengen ketemu Jelita, Mbak. Selama ini cuma bisa lihat dari foto yang Mbak Zizah kirim".
"Ya kesini dong kalau mau ketemu Jelita. Eh tapi gak usah deh."
"Loh kenapa Mbak ?" tanyaku heran.
"Mbak takut kamu sakit hati."
"Loh kok sakit hati sih ? Justru aku senang banget akhirnya Mbak punya anak juga. Aku tau bagaimana perjuangan Mbak selama ini. Aku beneran bahagia kok, Mbak."
"Bukan itu maksud Mbak, Luna. Eemm...gimana ya ngomongnya".
"Ngomong aja terus terang, Mbak. Bikin penasaran aja deh." desakku.
"Ini soal mantan suamimu." ucap Mbak Zizah hati-hati.
"Kenapa dengan Bang Firman, Mbak ?" tanyaku penasaran.
"Firman....udah nikah lagi, Luna."
"Ya bagus dong, Mbak. Akhirnya Bang Firman punya pendamping. Gak masalah kok. Kan kamu udah selesai jadi bukan urusanku lagi". Tegasku.
"Benaran kamu gak papa,Luna ? Kamu gak sakit hati gitu ?"
"Ngapain sakit hati, Mbak. Toh bukan suami aku lagi kok". Ucapku santai.
"Tapi dia nikah sama Siska, Luna". Ucap Mbak Zizah akhirnya.
Untuk sesaat aku terdiam. Berusaha mencerna informasi yang baru saja aku dapatkan.
"Siska mantan istrinya Haikal ?" tanyaku memastikan.
"Iya, Luna".
Beberapa bulan yang lalu Mbak Zizah sempat mengabariku soal Haikal yang meninggal karena mengalami kecelakaan tunggal dan meninggal di tempat.
"Kok bisa, Mbak ? Maksudku kok Bang Firman mau nikahin Siska." tanyaku penasaran.
"Si Siska kan setelah Haikal meninggal tetap bersikeras untuk tinggal dirumah itu. Untuk menghindari fitnah, akhirnya pak RT menyarankan agar mereka menikah saja selesai masa Iddah. Firman pun menerima semua itu dengan lapang dada."
Meskipun aku sudah tidak ada rasa lagi pada Bang Firman, tapi mengetahui dia menikah lagi terlebih dengan Siska ternyata mampu mengusik perasaanku juga.
"Luna...kamu masih disana ?" tanya Mba Zizah.
"I...iya Mbak." sahutku gelagapan.
"Kamu gak papa kan ? Maaf kalau cerita Mbak menyakiti kamu. Mbak cuma pengen kamu tahu supaya nanti gak kaget kalau misalnya ketemu mereka lagi barengan." ucap Mbak Zizah prihatin.
"Takdir kok selucu ini sih, Mbak ?" ucapku dengan suara tercekat.
"Sabar, Luna. Semoga nanti kamu dapat jodoh yang lebih baik dari pada si Firman dari segi manapun". Hibur Mbak Zizah.
"Buka itu maksud aku. Aku gak papa kok Bang Firman mau nikah lagi. Itu hak dia. Tapi kenapa harus sama Siska ?"
"Namanya jodoh juga gak ada yang tau, Luna. Mungkin firman bingung harus bagaimana. Karena Siska menolak untuk pergi dari rumah itu. Sementara hidup seatap tanpa adanya ikatan pernikahan juga tidak baik. Bisa menimbulkan fitnah. Jadi satu-satunya cara ya dengan menikahkan mereka."
"Iya juga ya, Mbak." ucapku tersadar.
"Kamu gak usah mikirin Firman lagi. Sekarang lebih baik kamu fokus dengan kehidupan kamu. Kamu masih muda, cantik lagi. Mbak yakin banyak laki-laki yang antri."
"Ihh Mbak bisa aja." ucapku terkekeh.
"Usaha kamu gimana, Luna ?" tanya Mba Zizah mengalihkan pembicaraan.
"Alhamdulillah semakin berkembang, Mbak. Ini semua berkat saran dan dukungan Mbak. Makasih banyak ya, Mbak. Ilmu yang Mbak ajarkan sekarang menjadi jalanku mencari rejeki." ucapku tulus.
"Mbak cuma ngasih resep alakadarnya aja, Luna. Emang kamunya aja yang pintar modifnya. Sehingga rasanya pas dengan lidah konsumen." ucap Mbak Zizah merendah.
"Pokoknya makasih banget, Mbak. Tanpa Mbak aku gak mungkin kayak sekarang."
"Sama-sama, Luna. Mbak juga pengen kesana deh buat nyicipi bolu bikinan kamu. Pasti rasanya lebih enak dari bikinan Mbak." seloroh Mbak Zizah.
"Kesini aja, Mbak. Aku tunggu lho. Aku juga gak sabar pengen ketemu Jelita."
"Insyaallah kalau ada rezeki dan kesempatan, Mbak bakal kunjungi kamu kesana. Udah dulu ya, Luna. Mbak mau istirahat dulu mumpung Jelita masih tidur. Nanti kita sambung lagi ya." Tutup Mbak Zizah diakhiri salam.
Ponselku simpan di tempat semula. Pikiranku meliar kemana-mana.
"Apa memang sejak dulu Bang Firman suka sama Siska ? Sehingga dia terlihat pasrah disuruh menikahi Siska yang notabene adalah mantan istri adiknya."
Pantas selama menikah denganku, interaksi keduanya terlihat berlebihan untuk ukuran ipar.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tapi mataku masih enggan terpejam. Pikiranku terus berjalan kemana-mana. Kabar dari Mbak Zizah barusan mampu membuat mood berantakan. Entah apa yang salah dengan hatiku saat ini.
Tak di pungkiri, selama 2 tahun pernikahan aku pernah merasa bahagia hidup bersama Bang Firman. Meskipun lebih banyak nelangsa yang ku dapat.
Padahal dulu aku berharap dia akan menyusulku ketika aku memutuskan untuk pergi dan membujukku untuk mempertahankan rumah tangga kami. Tapi nyatanya, jangankan menyusulku, menghubungiku saja tidak pernah. itu yang membuatku tersadar bahwa aku memang tidak diinginkan. Sehingga aku memutuskan untuk mundur perlahan.
Karena tak bisa tidur, aku pun mengambil ponsel di nakas untuk scroll medsos sekedar menghibur diri. Tiba-tiba saja aku ingin stalking akun Bang Firman. Hati ingin mencegah, tapi jemari sudah bergerak lincah.
Dan wow.....!!!
Aku cukup terkejut melihat foto profilnya menampilkan foto Bang Firman yang sedang merangkul Siska dengan Ica yang di tengah-tengah mereka dengan senyum lebar menghadap kamera. Lokasi foto itu di kamar yang dulu ku tempati dengan Bang Firman.
Tiba-tiba hatiku berdenyut nyeri. Air mata pun tanpa bisa di cegah meluncur bebas. Aku benci diriku yang mendadak cengeng ini.
Selama pernikahan kami, tak pernah sekali pun Bang Firman meng-upload foto kebersamaan kami. Apalagi menjadikannya foto profil, amat sangat mustahil ! Tapi dengan Siska dia bisa melakukannya.
Begitu banyak foto kebersamaan mereka tersebar. Bahkan posenya selalu tersenyum sumringah. jelas aku yakin dia tak merasa terpaksa menerima pernikahannya dengan Siska. terlihat jelas gurat kebahagiaan di wajahnya. Matanya terlihat berbinar-binar memandang Siska.
Beda saat bersama denganku dulu. Dia begitu sulit diajak foto berdua. Alasannya dia tidak suka difoto. Tapi aku tau sekarang sebabnya apa.
Puas meluahkan tangis, hatiku pun akhirnya bisa lebih lega. Seakan semua beban yang memberatkanku ikut meluncur bersama air mata.
Aku akan membuka hatiku.
Jika Bang Firman bisa bahagia tanpa aku, kenapa aku tidak bisa ? Akan ku buktikan aku jauh lebih bahagia setelah lepas dari manusia seperti dirinya.