Aminah tidak pernah menyangka bahwa dia akan dijodohkan dengan anak konglomerat tapi tidak pernah mencintai nya sedikitpun bahkan dia pun juga tidak pernah mencintai pria itu.
Saat dirinya tahu bahwa calon suami konglomerat nya itu berselingkuh dengan seorang artis terkenal, dia hanya bisa menahan gejolak hati nya yang tersakiti.
Aminah sadar bahwa dia tidak pernah mencintai calon suaminya tetapi rasa sakit karena pengkhianatan cinta sang calon suami konglomerat nya membuatnya menjadi berani dan mengambil sebuah keputusan yang sangat besar dalam hidupnya.
Takdir cinta Aminah terjadi...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aminah harus tinggal
Ibu memanggil Aminah lagi dan dia tidak mengerti dengan sikap puteri kandungnya itu yang diam membisu.
"Aminah !", panggil ibu.
Semua mata langsung tertuju pada Aminah yang diam membisu tanpa bergerak sedikitpun. Bahkan Shaheer Sheikh juga turut melihat Aminah yang tampak termenung.
"Aminah ! Apa kamu tidak mendengar ucapan mathair ?", tanya ibu.
Ibu kebingungan dengan sikap Aminah saat ini.
Kenapa dia langsung berubah seperti itu padahal dia tahu jika ini adalah momen yang dia nanti-nantikan.
"Aminah !", panggil ibu sambil menggoyang tangan Aminah.
"A--apa mathair ?", tanya Aminah gugup dan gelisah.
"Tolong kamu serahkan ladoo itu pada Shaheer Sheikh !", sahut ibu.
"Baik, mathair...", jawab Aminah.
Aminah berdiri dari tempatnya duduk dan berjalan ke arah Shaheer Sheikh dengan keringat dingin bercucuran.
Menahan pedihnya hati kala mengingat kejadian di mall tadi sore.
Aminah berjalan dengan lutut kaki gemetaran, hampir dirinya tidak mampu menahan langkah kakinya lagi.
BRUK...
Aminah terjatuh duduk seketika.
Dia benar-benar tidak mampu berdiri tegak lagi dan dia merasa kedua matanya berkunang-kunang.
"Aminah !", teriak semua orang di ruangan keluarga.
Saat melihat Aminah terjatuh dan pingsan.
"Ya Allah !!!", pekik ibu.
"Angkat dia ! Angkat dia !", teriak tuan Salman Sheikh cemas.
"Apa yang terjadi padamu, sayang ?", pekik ibu panik.
"Bawa dia ke atas sofa ! Baringkan dia di sana !", pekik Jannah Sheikh.
"Panggil yang lainnya kemari !", perintah tuan Salman Sheikh.
"Raaida ! Raaida !", panggil Jannah Sheikh.
Chandra berlari cepat ke arah Aminah dan mengangkat tubuh sepupunya lalu menggendongnya menuju sofa panjang yang ada di ruangan keluarga.
Dia membaringkan Aminah di atas sofa dengan hati-hati.
"Pelan-pelan, Chandra !", ucap ibu ketakutan.
"Iya, bibi Yasmina", sahut Chandra.
Ibu mendekati sofa panjang lalu duduk bersimpuh di depan sofa seraya mengusap kedua tangan Aminah yang sangat dingin sekali.
"Apa yang terjadi denganmu, Aminah sayang ? Bicaralah, nak ! Aku mohon !", bisik sesal ibu.
Ibu sangat cemas saat melihat kondisi Aminah yang tak sadarkan diri.
"Ya Allah ! Ada apa dengannya ?", ucap Jannah Sheikh.
"Entahlah, Jannah... Aku sendiri tidak tahu yang sebenarnya terjadi dengannya...", sahut ibu terisak.
Seseorang dari dalam ruangan rumah masuk ke ruangan keluarga sambil membawa perlengkapan P3K.
"Ambilkan segelas air minum buatnya, Raaida !", perintah Jannah Sheikh.
"Dan siapkan kamar untuk gadis muda ini, Raaida !", perintah tuan Salman Sheikh.
"Baik, tuan", sahut Raaida.
Jannah Sheikh tersentak kaget mendengar perintah babanya kepada Raaida.
"Kamar ? Untuk siapa baba ?", tanya Jannah Sheikh kaget.
"Untuk Aminah, Jannah", sahut pria tua itu.
"Bagaimana baba mengijinkan seorang anak gadis tinggal di rumah ini sedangkan kita memiliki anak laki-laki ? Itu tidak benar, baba...", ucap Jannah Sheikh.
"Dia bukan lagi orang lain dan kita telah melamar gadis malang itu untuk keluarga Sheikh, hanya untuk menyelamatkan martabat keluarga ini", kata tuan Salman Sheikh.
"Maksud baba... Dia diterima sebagai calon mantu ini tapi Aminah dan Shaheer Sheikh belum terikat tali pernikahan, baba...", ucap Jannah Sheikh mulai merasa cemas.
"Aku telah menganggapnya bagian dari keluarga besar Sheikh, Jannah", sahut pria tua.
"Ya ampun...", gumam Jannah Sheikh tertahan.
Ibu terus mengusapkan minyak kasturi ke hidung Aminah supaya gadis cantik itu segera sadar dari pingsannya.
Namun, Aminah masih tak sadarkan diri dan tetap terpejam.
"Ini semua salahku... Tidak seharusnya aku mengajakmu kemari, nak...", sesal ibu sangat khawatir.
"Panggilkan dokter Jatinra kemari secepatnya !", pinta tuan Salman Sheikh.
"Iya, baba", sahut suami Jannah Sheikh.
Abdullah Kumar segera menelpon dokter pribadi keluarga Sheikh.
Meminta dokter Jatinra untuk segera datang ke rumah.
"Oh, Aminah... Bangunlah, sayang...", ucap ibu berbisik di telinga Aminah.
"Bawa gadis muda ini ke kamar tamu ! Apakah kamu sudah menyiapkan kamar untuknya, Raaida ?", tanya pria tua.
"Sudah, tuan Salman Sheikh, saya sudah menyiapkan kamar untuknya", sahut Raaida.
"Kalau begitu cepat bawa dia ke kamar agar merasa nyaman, bantu dia ! Ayo ! Ayo !", ucap tuan Salman Sheikh.
"Baik, tuan Salman Sheikh", sahut Raaida dan salah seorang perempuan yang berdiri di sebelah kanannya.
"Ayo, Calya ! Bantu dia !", ajak Raaida kepada rekannya.
"Iya, iya...", sahut Calya.
"Biarkan aku saja yang membawa sepupuku ke kamar, dimana letak kamar tamu untuknya ?", ucap Chandra.
"Mari, saya tunjukkan letak kamarnya !", sahut Calya.
"Ikutlah kami !", ucap Raaida.
Chandra menganggukkan kepalanya sambil mengggendong tubuh Aminah yang masih tak sadarkan diri.
Dia membawa Aminah dengan sekuat tenaga seraya melangkah cepat mengikuti kedua perempuan di depannya.
Mereka bertiga berjalan melewati ruangan rumah yang sangat luas menuju ke ruangan lainnya.
Ibu mengikuti Chandra dari belakang sambil menggandeng Kalini kecil.
Tampak kecemasan dari raut wajah ibu ketika dia tidak melihat Aminah tersadar dari pingsannya.
"Oh Tuhan... Tolong kami semua..., bantu Aminah tetap kuat...", doa ibu.
Mereka sampai di sebuah kamar yang berpintu kayu mahoni bercat putih.
Calya membuka pintu kamar dan masuk terlebih dahulu.
Sebuah kamar tamu yang luas terhampar dihadapan semuanya dengan tempat tidur yang terletak di dekat jendela kamar.
"Baringkan saja dia di tempat tidur !", ucap Raaida.
Chandra segera membaringkan Aminah yang masih pingsan sedangkan ibu langsung duduk disamping Aminah.
Ibu berusaha membacakan doa di telinga Aminah sambil terus mengusap kedua tangan Aminah yang dingin.
"Aminah, sadarlah nak !", bisik ibu.
Terdengar suara dari luar kamar tidur, orang sedang berdiskusi penting.
"Bagaimana kamu sudah menelpon dokter Jatinra lagi ? Apa dia sudah berangkat kemari ?", suara seorang pria.
"Sudah, baba. Saya sudah menghubunginya dan dia sudah dalam perjalanan kemari", sahut suara pria lainnya.
"Jannah, siapkan makan malam untuk keluarga Aminah ! Biarkan mathairnya serta sepupunya makan malam karena mereka jauh-jauh datang ke rumah ini dari Janakpur", ucap suara pria.
"Baik, baba", sahut suara wanita dari luar kamar.
Jannah Sheikh lalu masuk ke dalam kamar tamu dan melangkah ke arah ibu.
Dia memegang pundak ibu sambil berbisik pelan.
"Yasmina, makanlah dulu ! Karena kalian habis menempuh perjalanan jauh dari Janakpur", ucap Jannah Sheikh.
"Tidak, terimakasih Jannah. Aku tidak lapar dan aku akan menunggu Aminah siuman dari pingsannya", sahut ibu.
"Tetapi bagaimana dengan dua keponakanmu itu, Jannah ? Mereka berdua kasihan karena jauh-jauh kemari menemanimu...", bujuk Jannah Sheikh.
"Ya Allah ! Aku hampir melupakannya, baiklah, aku akan makan malam bersama kalian tetapi siapakah yang akan menunggu Aminah ?", sahut ibu.
"Biarkan Shaheer Sheikh yang menemaninya, bukankah dia calon suaminya", ucap Jannah Sheikh.
Tidak ada jawaban dari ibu akan ucapan Jannah Sheikh.
Ibu menoleh ke arah Shaheer Sheikh yang berdiri di depan pintu kamar yang sedang sibuk dengan iphonenya.
Yasmina Kapoor hanya menghela nafas pelan lalu memandangi putrinya yang masih pingsan.
Dia merasa bimbang untuk meninggalkan anak gadisnya yang tengah pingsan seorang diri dan hanya ditemani seorang pria sombong serta tidak memiliki tanggungjawab.
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu