Pertemuan pertama Alana dengan Randy terjadi secara kebetulan, dimana Alana langsung terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tak disangka - sangka, ternyata Randy adalah pemuda yang dijodohkan dengannya oleh nenek mereka berdua karena persahabatan. Namun saat Randy mengajak Alana berbicara empat mata, pemuda itu mengakui bahwa ia telah memiliki seorang kekasih, dan ia bersedia menikahi Alana hanya karena tak ingin mengecewakan neneknya. Pada akhirnya Alana pun terjebak dalam pernikahan yang semu, yang membuatnya harus menyembunyikan cintanya di balik kisah asmara Randy dan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Flowers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KE PANTAI
Hari ini tiba saatnya Randy mengajak Alana berlibur ke pantai. Mereka berangkat pagi sekali karena jarak pantai yang dituju cukup jauh. Seperti biasa, pelayan muda yang bernama Friska mengamati kedua majikannya dan melaporkan aktivitas keduanya pada majikan barunya yang terselubung, yaitu Delia.
'Tuan Muda dan gadis desa itu pergi pagi sekali dan pakaiannya seperti pakaian piknik, nona Delia. tapi saya tidak tahu mereka kemana ...' tulis Friska pada pesannya. Delia membacanya dan mendengus kesal. Randy tidak menceritakan apa pun padanya kalau hendak ada acara bersama Alana. Ia mengira kekasihnya itu akan datang ke kantor seperti biasanya.
Sementara itu Alana dan Randy sedang menikmati perjalanan mereka menuju pantai. Alana merasa senang sekali bisa melihat pemandangan yang sangat indah bersama pemuda yang ia cintai diam - diam itu. Randy menceritakan tentang kuliahnya di dalam dan di luar negeri karena topik yang dibahas belakangan ini adalah tentang rencana kuliah Alana, sehingga merambah sampai cerita tentang pengalaman kuliah Randy.
Dan seperti biasa, ponsel di saku Randy berbunyi dengan nada dering yang sangat dikenali oleh Randy. Alana tanpa sadar meliriknya dan Randy membalas lirikan itu.
"Kenapa? Mau mengambilkan lagi dari saku celanaku?" tanya Randy menggoda Alana.
"Tidak!" sahut Alana cepat.
"Ya sudah, nikmati saja nada deringnya," ujar Randy cuek. Dan benar saja, di sepanjang perjalanan nada dering itu terus berbunyi. Alana lalu menyetel tape mobil, mencari lagu kesukaannya dan mengeraskan volumenya. Nada dering dari ponsel Randy semakin samar terdengar. Alana tersenyum dan sesekali bernyanyi mengikuti lagu yang sedang diputar.
"Suaramu merdu sekali," puji Randy.
"Meledek ...," Alana tersipu malu dan menghentikan nyanyiannya.
"Aku juga bisa menyanyi," ujar Randy, lalu bernyanyi mengikuti alunan lagu yang sedang diputar. Awalnya Alana mengira Randy hanya sesumbar, tetapi ternyata suaranya bagus juga, tidak fals dan membuat hati Alana meleleh.
"Bagus sekali suaramu, Randy," pujinya antusias. Randy terkekeh. Nada dering ponsel Randy akhirnya berhenti.
Sementara itu di dalam apartemennya, Delia berjalan berputar - putar mengelilingi kamarnya dengan gusar. Baru kali ini Randy tidak mengangkat teleponnya, padahal ia sudah berkali - kali menelepon tanpa henti. Akhirnya terbersit nama Devan di pikirannya. Buru - buru ia menelepon sahabat Randy itu.
"Ya, Delia ..., ada apa?" sahut suara di seberang.
"Kamu tahu Randy pergi kemana?" tanya Delia.
"Katanya pergi berlibur," jawab Devan ragu.
"Berlibur kemana?" desak Delia. Tak ada jawaban. "Devan??!"
"Ehm, ya ..., aku tidak tahu," jawab Devan panik.
"Tidak mungkin dia tidak mengatakan apapun padamu," Delia terus mengejar.
"Iya, dia bilang mau menghibur Alana yang tidak lulus ujian, itu saja." sahut Devan.
"Alana lagi, Alana lagi ..., memangnya kenapa kalau tidak lulus? Bukankah tidak mengherankan gadis desa seperti dia tidak lulus ujian perguruan tinggi unggulan di kota." omel Delia. Devan hanya terdiam.
"Kenapa kamu tidak menanyakan dengan jelas dia pergi kemana?" tanya Delia lagi.
"Dia hanya meneleponku dengan singkat, ijin tidak ke kantor. Ini sangat mendadak, sehingga aku tidak sempat bertanya," jelas Devan.
"Devan, maukah kamu membantuku? Randy tidak mengangkat teleponku, sepertinya dia sudah berubah," tiba - tiba Delia memelas, "Jangan - jangan dia mulai menyukai istri palsunya itu?"
Devan menelan ludahnya. Kalau perkiraan Delia memang benar, bukankah itu berarti berita baik baginya. Kalau Randy dan Delia putus, maka Devan mempunyai kesempatan untuk mendekati Delia. Ya, karena selama ini Devan juga mencintai Delia. Tapi ia tidak berani mengungkapkan perasaannya karena Delia adalah milik sahabatnya.
"Devan, kenapa kamu diam?" tanya Delia, "ayo, teleponlah Randy dan tanya dia ada dimana sekarang. Lalu nanti sepulang kerja kita menyusulnya,"
"Baiklah, aku akan mencobanya," jawab Devan. Cintanya sangat tulus pada Delia sehingga timbul rasa iba pada wanita cantik itu. Bagaimanapun, ia ingin Delia bahagia, meski itu harus melukai perasaannya sendiri.
Tak lama kemudian ia menelepon Randy. Nada dering yang berbeda membuat Randy mengambil ponsel itu dan menerima panggilan karena ia berpikir mungkin itu urusan kantor yang sangat penting.
Alana memperhatikannya dengan geram, ternyata semudah itu Randy mengambil ponsel dari saku celananya sambil menyetir, padahal jalanan sangat ramai.
"Ada apa, Devan?" tanya Randy.
"Maaf, Randy .... Delia meneleponmu tapi tidak kamu terima teleponnya, " sahut Devan.
"Lalu?" tanya Randy lagi.
"Bolehkah aku tahu kamu pergi kemana, Delia ingin aku mengantarnya padamu," jawab Devan langsung pada intinya. Pemuda yang satu ini memang selalu berperilaku kaku dan tidak bisa berbasa basi.
"Aku sedang menghibur Alana, bagaimana mungkin aku berlibur dengan Delia juga? Kamu bilang saja tidak berhasil menghubungi aku," Randy langsung menutup teleponnya. Alana melongo melihatnya.
"Kenapa?" tanya Randy.
"Kamu serius tidak ingin mengajak Delia?" tanya Alana, "waktu di pasar malam itu, bukannya kamu yang share loc ke Delia?"
"Ini beda, aku sudah berjanji pada nenek untuk menghiburmu. Dan ini sebagai pengganti bulan madu kita. Aku hanya minta waktu sekali saja menunaikan kewajibanku sebelum aku benar - benar sibuk dalam jangka waktu lama," jelas Randy, "Sebentar lagi ada acara fashion show, launching produk baru dan Delia jadi modelnya. Jadi aku bisa sering bertemu dengannya."
"Oh, begitu. Tapi kenapa kamu tidak memberinya penjelasan?"
"Delia karakternya manja dan harus selalu dimengerti. Dia tetap tidak akan mau menerimanya," ujar Randy.
"Tapi dia akan kecewa dan tidak tenang mencarimu,"
"Biarlah, biar dia belajar menahan diri," sahut Randy.
"Aku jadi tidak enak padanya," ujar Alana pasrah.
"Tidak perlu dipikirkan, ayo nikmati saja liburan ini. Setelah ini kamu pun akan sibuk kuliah dan kursus bahasa. Kapan lagi kita bisa berlibur?" hibur Randy dan melanjutkan, "Kamu ingat, aku pernah bilang akan tetap memperlakukan kamu sebagai istri, kecuali hatiku yang masih mencintai Delia."
"Iya, aku paham," akhirnya Alana tersenyum. Sifat Randy yang dikenalnya memang begitu, lembut tapi berkomitmen.
Akhirnya mereka berdua tiba di pantai yang dituju. Pantai yang sudah bernuansa modern karena cukup dekat dengan kota. Semuanya tertata rapi, bersih dan indah. Gambaran pantai yang selama ini hanya bisa Alana lihat di gambar kalender.
"Itu villa yang kita sewa," Randy menunjuk pada suatu bangunan mungil bernuansa kayu yang sangat estetik.
"Bagus sekali, sepertinya nyaman, ya?" sahut Alana senang.
"Iya, tapi jangan tidur saja seperti waktu ujian dulu," ledek Randy. Alana yang mendengar hal itu spontan mencubit pinggang suaminya dengan kesal namun sebenarnya gemas sekali, "kamu menyebalkan!"
Randy yang merasa geli jadi tertawa. Lalu mereka berdua menuju villa yang disewa khusus untuk bulan madu itu.
Villa itu hanya terdiri dari satu ruangan dengan satu kamar mandi. Tempat tidur, ruang santai dan pantry berada dalam satu ruangan yang cukup luas, dengan jendela kaca yang terbuka dan tirai putih yang berkibar tertiup angin. Sementara pemandangan di luar jendela mengarah ke pantai yang sangat luas dengan pulau - pulau kecil di sekitarnya.
Alana menghirup nafas panjang dan menghembuskannya lewat mulutnya.
"Segar sekali..." ujarnya kegirangan.
Randy merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dengan sprei yang bernuansa putih bersih, melemaskan kakinya sehabis menyetir dengan jarak yang cukup jauh tadi.
"Istirahat sebentar, ya?" ujar Randy, "setelah ini kita jalan - jalan keliling pantai dan cari makan."
Alana mengangguk. Ia mengiris beberapa buah apel yang dibelinya dalam perjalanan tadi, lalu menyuguhkannya pada Randy.
"Berbaringlah di sini juga, tidak apa - apa," ujar Randy.
"Katanya aku tidak boleh tidur," sahut Alana sambil berjalan mendekati jendela dan duduk sambil menyandarkan diri pada jendela, menghadap ke lautan luas. Sepoi angin mengibarkan rambut hitamnya yang panjang sepunggung. Begitu anggun dan menawan. Tanpa sadar Randy tak berkedip menatapnya. Sungguh pemandangan yang cantik, batinnya. Tapi ia segera tersadar. Tidak, aku tidak boleh tertarik pada Alana. Delia adalah kekasihku yang sesungguhnya, aku harus setia. Delia tidak boleh menjadi korban, pikir Randy mengingatkan dirinya sendiri. Mungkin aku terbawa suasana dan terlalu sering bersama dengan wanita ini, aku harus berhati - hati agar tidak menyakiti Delia lebih dalam lagi, batin Randy sambil menenangkan dirinya.
Malamnya, tak dapat dihindari keduanya tidur dalam satu ranjang, tapi saling membelakangi. Randy tak mampu memejamkan matanya. Entah kenapa ia ingin melihat lagi wajah Alana yang sedang tertidur pulas karena lelah berjalan - jalan. Perlahan Randy membalikkan tubuhnya dan menatap punggung Alana. Kemudian dilihatnya Alana menggeliat dan tidur menghadap ke arahnya sehingga terlihat lagi wajah cantiknya yang sendu.
Alana adalah istrinya, tapi ia berjanji tidak akan menyentuhnya karena kesetiaannya pada Delia. Suatu saat ia akan melepaskan Alana, mungkin saat Alana sudah mampu berdiri sendiri dengan mapan. Malam ini mungkin malam terakhir menghabiskan waktu bersama Alana, tidak boleh lagi mendekati gadis ini karena dirasanya sangat berbahaya. Randy terus menahan diri sambil menatap tajam pada Alana. Kamu tidak boleh serakah, Randy ..., ucapnya dalam hati berkali - kali. Alana kembali menggeliat, kali ini semakin mendekat ke sisi Randy. Randy segera melompat turun dari tempat tidur, lalu menyelimuti tubuh Alana hingga menutup seluruh tubuhnya.
Setelah itu ia mengambil jaket dan memakainya, lalu beranjak keluar dari ruangan itu. Di depan villa ia duduk termenung. Delia sering merayunya, tapi Randy mampu menjaga batasannya karena mereka bukanlah suami istri. Tapi dengan satu gerakan Alana tadi, Randy harus segera menjauh karena statusnya yang sebagai istri sah bisa membuatnya serakah dan merasa berhak atas diri gadis itu. Dan ini akan berujung pada pengkhianatan yang pedih bagi Delia. Karena itu Randy berniat akan menjauhi Alana setelah ini.
Dengan perasaan bersalah pada Delia, perlahan Randy mengambil ponselnya dan menelepon Delia. Ada teriakan amarah kekasihnya dari seberang sana.
"Sayang, maafkan aku. Besok pagi aku sudah kembali dan akan bersamamu terus," ujar Randy dengan sabar meski habis diomeli Delia. Wanita itu lalu menangis dan Randy terus meminta maaf dengan tulus sampai Delia akhirnya luluh.
Sementara itu, Alana ternyata terjaga dari tidurnya dan mendapati dirinya sendiri. Ia berjalan ke seluruh ruangan mencari Randy, dan akhirnya melihat sosok yang dicarinya itu duduk di luar sedang menelepon seseorang yang pasti adalah kekasihnya. Alana tertunduk sedih. Apa yang kamu harapkan, Alana? Lupakan dia, tekatnya dalam hati. Kemudian ia kembali ke atas ranjangnya, menyembunyikan bulir air mata yang menetes dari pelupuk matanya.