NovelToon NovelToon
Peluru Rasa Kavaleri Timur

Peluru Rasa Kavaleri Timur

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Enemy to Lovers
Popularitas:173.8k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Patah hati membawa Russel menemukan jati dirinya di tubuh militer negri. Alih-alih dapat mengobati luka hati dengan menumpahkan rasa cintanya pada setiap jengkal tanah bumi pertiwi, ia justru diresahkan oleh 'Jenggala', misinya dari atasan.

Jenggala, sosok cantik, kuat namun keras kepala. Sifat yang ia dapatkan dari sang ayah. Siapa sangka dibalik sikap frontalnya, Jenggala menyimpan banyak rahasia layaknya rimba nusantara yang membuat Russel menaruh perhatian khusus untuknya di luar tugas atasan.

~~~~

"Lautan kusebrangi, Jenggala (hutan) kan kujelajahi..."

Gala langsung menyilangkan kedua tangannya di dada, "dasar tentara kurang aj ar!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sepuluh ~ Mengejar Jenggala

Lagi-lagi Gala hanya bisa memeluk dirinya sendiri. Memandang langit gelap yang kali ini seperti tanpa bintang satu pun. Mereka seperti enggan untuk menemani Gala malam ini.

Padahal sepasang netra indah itu hanya ingin melempar tatap saja tanpa ada ucap yang tersampaikan, atau sekedar keluh kesah seperti biasanya. Atau mungkin, mereka terlalu lelah bercengkrama dengan Gala yang selalu penuh oleh sorot pilu?

Kembali, ia hanya bisa melirik-lirik mencuri pandang detak waktu yang semakin bertambah dari jam tangan, merapatkan aroma tubuhnya sendiri merasa jika angin malam sudah mulai nakal menyentuh kulit lalu bergegas menjalani putaran roda nasib.

Ia menghela nafas, sempat menatap sebagian wajah dari spion demi memastikan tampilan wajah. Jemarinya terulur menggosok, lalu menyentuh bola mata untuk menggeser kontak lensa yang terasa mengganggu dan tidak pada tempat yang benar.

Yeah, malam ini ia hanya ingin terlihat dengan bola mata lebih hitam saja, agar lebih matching saja dengan busana. Kemudian ia menyalakan sepeda motornya dan pergi. Disaat orang lain siap menyambut waktu rehat bersembunyi dari angin malam, dirinya justru berteman dengan itu. Sepi dan gelap seolah terlahir bersamanya.

Deru mesin motor menemaninya bersama dengan desauan angin yang berbisik, terkadang ia bergemuruh ribut diantara celah helm dan rambut, namun itu lebih baik daripada harus terasa sepi.

Russel menutup helmnya, mematikan bara api dari tembakau yang ia sulut dan mengikuti target yang baru saja bergerak melintas. Sejak ia sampai dan menitipkan beberapa barang serta meminjam motor milik kesatuan kavaleri timur, ia langsung bergerak cepat.

Dan disini, ia temukan sosok gadis judes yang sejak kemarin hadir di sekitarnya. Mengusik kehidupannya yang tak pernah lagi tersentuh urusan perempuan sejak lama selain dari perempuan Ananta yang akan selalu membuatnya pening. Dan memancing adrenalin yang sudah lama tertidur.

Dengan alamat sesuai informasi atasannya itu, potret sebuah rumah diantara deretan rumah tipe 45 ia jumpai Gala yang baru saja keluar selepas surya tenggelam. Gala terlihat menenteng helm dan tas selempang kecil bersama jaket kulit hitam yang resletingnya tak ia rapatkan. Lihat! Patutlah atasannya itu tak suka, sebab pakaian dalam Gala itu nampak memiliki potongan kemben. Ck...ck...

Russel memacu laju sepeda motor, tak jauh namun tak pula dekat dengan motor matic khas perempuan itu. Jangan sampai meninggalkan kesan jejak mencurigakan.

Cafe pinggir pantai itu begitu ramai, seolah kehidupan malam benar-benar tumpah disini.

Russel mengawasi dari tempatnya sejenak. Meneliti dan menghitung segala resiko, kemungkinan atau kondisi terburuk.

Sepertinya sebuah acara ulangtahun pernikahan yang sedang Gala meriahkan, sebab disana ada sepasang suami istri dengan dresscode serba putihnya menjadi perhatian seisi cafe yang bertemakan cafe-cafe ala Hawaii itu. Dan Gala, terlihat berjalan bertegur sapa dan bercengkrama dengan beberapa pengunjung, karyawan cafe dan tentu saja pemilik hajat.

Tentu Gala paling mencolok dengan tampilan hitam dan putihnya itu.

Ada riuh tepuk tangan yang mengisi kehadirannya di podium kehormatan disc jockey, dan Russel belum pernah melihat senyum merekah bahkan tawa renyah dari Gala.

*Eh, eh...kok nona manis ini manis sekali*.... Sampai-sampai, Russel ikut tersenyum merasakan manisnya senyum Gala.

Ditambah tiupan angin yang membelai garis wajah diantara ikat rambut songket Buna-nya itu bikin, *double kill*!

Tepukan tangan mengiringi ucapan sepasang pemilik acara, keduanya memimpin para undangan mengangkat gelas berkaki panjang lalu meminumnya.

Cheers!!!

Namun Gala tak meniru hal yang sama dengan mereka. Bahkan, Russel yang sudah mengambil posisi duduk di salah satu meja disana melihat Gala menolak gelas berisi minuman yang sengaja diberikan untuknya dan justru meneguk air putih dari botol...Russel mendengus geli.

"Anak komandan nakalnya tanggung."

Tanpa sadar ia memberikan penilaiannya, ***sejak tadi***. Memangnya siapa dia, berani-beraninya melakukan itu?!

Ia bolak balik menatap menu, memesan minum dan hidangan ringan demi menunggu waktu yang tepat dan tak meninggalkan kecurigaan. Ia turut menikmati sejenak penampilan Gala malam ini.

Russel pernah, bahkan sering berada dalam situasi ini sejak jaman masih putih abu. Siapa yang tak tau dirinya-- *terlalu* *jauh bermain* untuk ukuran anak usianya dulu. Meski sekarang sudah jarang sekali melakukan itu, sekalipun untuk tugas dan misi, no..ia tak begitu lagi! Unit tempatnya bernaung lebih banyak mengirimnya bertemu dengan belantara dibanding suasana pesta.

Bertemu dengan para kriminal kelas tero riss dibanding gadis-gadis pemandu lagu.

Ia memperhatikan gerak gerik Gala, sejauh ini ia merasa masih menguasai keadaan.

Cukup lama perwira muda ini menantikan Gala turun dari tahtanya disana yang tampak nyaman ia tempati, sampai hampir 2 jam berlalu dan makanan di depannya hanya bersisa piring kotor dengan gelas berisi es batu yang telah mencair.

Gala akhirnya mengambil jeda waktu untuk turun, membuat matanya segar kembali.

*Oke, it's time to say hay to nona manise satu itu*. Russel beranjak dan memangkas jarak, dimana Gala duduk di meja paling pojok, menatap ke arah laut lepas dan asik memperhatikan deburan ombak yang silih bertabrakan.

Ia melirik sejenak ke arah pelayan yang membawakannya sajian jamuan sang pemilik acara, Gala membungkuk mengatupkan kedua tangannya ke arah sepasang suami istri itu seperti sedang melakukan gestur sopannya berterimakasih. Begitu sopan dan berattitude tidak seperti Gala yang kemarin ia lihat di makko.

Malam ini, jika Russel hitung-hitung, gadis pemilik mata menawan itu lebih banyak tersenyum.

Gala

Miris sekali, ia mengisi acara sebuah ulang tahun pernikahan padahal siapa menyangka ia adalah korban sebuah pernikahan mama dan papa, korban dari penghianatan papa atas janji suci pernikahan ya dan mama.

Gala memandang jauh ke kegelapan yang teramat hitam di depan sana, hanya gulungan ombak yang datang dari arah gelap bersama gemuruh yang menelan jiwa-jiwa yang ketakutan, sepertinya....

Namun ketika sedang tentram ia terhanyut dalam buaian alam, suara lain menghampiri pendengarannya semacam suara geledek, mengejutkan dan menyambar.

Prok...prok...prok

Tepukan tangan itu tepat di samping kepalanya, shittt! Ia terkejut sampai menoleh dan hampir terjengkat dari duduknya melihat siapa yang muncul secara tiba-tiba dengan cara yang bisa dibilang----si alan itu.

"Epic...epic...yang tadi itu keren loh." pujinya cengengesan.

"Tapi ini sudah malam non. Pulang yuk." Ajaknya.

"Kamu..." alis Gala refleks menukik melihat ancaman, apalagi ancaman macam Russel ini memang harus segera ia musnahkan.

Russel bersidekap dada, "udah malam. Anak gadis ngga boleh keluyuran, apalagi pulang sendirian. Papamu meminta saya untuk menjemput kamu, jadi ayo pulang ke makko..."

Gala menghela nafasnya, masih tak percaya jika papa sampai mengirim bawahan demi menyusulnya ke kota Karang dan membawanya kembali ke ibukota.

"Mau-maunya kamu disuruh jadi ka cung. Pendidikan sampai hampir ma ti di hutan dan laut, bertahun-tahun itu rasanya percuma. Bangga? Jadi ka cung begini?" sindir Gala begitu rasis dan sarkas. Ia tak menghindar saat Russel mengambil duduk di kursi sampingnya, hanya menggeser memberi jarak yang kentara, kalau bisa ia geser sampai ke laut.

Russel bahkan sudah duduk menyamping mengarah padanya, dan percayalah....posisi mereka ini seperti mereka sudah akrab saja, "kalo ka cungnya buat jemput perempuan seperti kamu, why not?" tengilnya membuat Gala menaikan bibir julid. Yang benar saja! Sejak kapan ajudan sekurang aj ar ini.

"Ibu sakit, non. Komandan meminta kamu pulang dan pesan lainnya adalah... kakakmu akan menikah sebentar lagi. Jadi pilihannya, mau pulang dianter saya atau pulang bareng saya?" tawarnya masih memasang tampang menyebalkan untuk Gala.

Seharusnya Gala tau sejak awal, pertemuannya dengan Russel pagi itu adalah pertanda buruk, keapesan yang haqiqi karena ia harus berurusan dengannya.

Gala berdecih, menabrakan punggungnya ke kursi lalu mendekap kedua tangan di dada, menoleh kembali pada sepasang mata yang masih memandangnya tanpa jeda itu dengan angkuh penuh delikan sinis, ia tak mau ramah pada Russel. Tak ingin memberikan celah sedikitpun untuk lelaki ini ataupun lelaki tentara lainnya, "sampaikan pesan pada komandanmu itu," Gala mengacungkan jari tengahnya pada Russel dan bergegas beranjak.

Lelaki ini mendengus tertawa, mengejar Gala yang sudah meraih barang pribadinya menuju motor dengan tergesa. Bukan...bukan, bukan lagi tergesa, melainkan setengah berlari.

Oh ayolah! Jangan bermain-main non, kalau tidak mau menyesal. Russel mengikuti Gala diantara ramainya pengunjung, sadar dengan aksi Russel, Gala mulai panik dan bergegas kabur.

"Jangan ikuti saya!" bentak Gala sudah menaikan telunjuknya.

"Maaf, ucapanmu bukan komando untuk saya saat ini."

Gala beradu cepat dengan Russel untuk menghidupkan sepeda motor, namun jelas Russel akan lebih cepat menahan kepergiannya dengan mencabut kunci motor Gala kemudian memasukannya ke dalam saku jaket.

"Heh!" pelotot Gala, lantas ia bersidekap dada masih duduk di atas motor. Menatap permusuhan pada Russel, wajah perwira muda yang tengilnya bisa ia rasakan sampai ke tulang, sambil setengah berpikir, apa kiranya yang harus ia lakukan demi lepas dari Russel.

"Tolong kerjasamanya. Agar tak perlu ada tindakan tegas dari saya." Ucap Russel lagi.

Gala mengangkat sebelah alisnya, ia percaya jika hal itu hanya gertakan saja. Maka ia....

Berlariii...

.

.

.

.

1
Farani Masykur
tetap setiabc teh walau masih menebak jalan cerutanya
Farani Masykur
akhirnya jumenemukanmu berhari hari nunggu notif di langut tanpa senja gk ada coba cari peruntungan ngeklik nama teh othir kok udah chapter sekian waduuuh ketinggalan jauuh mana hrs mengingat seluruh klan Ananta lagi nih bc sambil loading ingatan apapun itu makasih teh othor
Maria Kibtiyah
yg salah si rara dh tau punya anak bini malah jd pelakor
MunaRizka
ucel kah yg nelpon
Bunda Idza
baru Nemu lagi kisah othor satu ini, selalu suka karya nya
Bunda Idza
semangat Gala....ikut banjir air mata ini, Yach..... seorang anak akan bingung jika harus memihak salah satu dari orang tua nya... pun mereka yang bilang pisah secara baik dan akan selalu ada untuk sang buah hati, tapi tetap terasa ada ruang hampa dihati sang anak...jadi siapapun yang bergelar orang tua harus banyak melakukan pertimbangan sebelum keputusan.
Semoga setelah badai ini menerjang, akan ada damai datang
MunaRizka
lagu kesukaan keponakanku🤣
MunaRizka
meleleh hati adek bang
MunaRizka
otw jadi calon istri
MunaRizka
ooohhh mau pamitan sama aa ucel
Trituwani
bang uceeeelll ki nona manise lg butuh sandaran e.. knpa pas kau tak dirumah masalah itu meledak.... kasian bang kekasih hate mu itu...semoga saja itu bukan si lazizz yg tlf bisa bisa keracunan itu nona /Slight/
Trituwani
disaat terbongkar pun rasanya kian sesak, knp tidak berpura pura terus saja biar terlupakan dgn seiring wktu...klo gala saja Bisa mnekan selama bertahun tahun knpa harus sekarang bom wktu itu meledak disaat gala terlihat baik baik saja... apa tdk bisa saling mmaafkan krn orang ketiga pun sudah tiada,demi ank yg dulu bertumbuh dgn guncangan mental dr sosok cinta pertama... tlg dibicarakan lg pa ma...ankmu sdg tidak baik baik saja skrang /Whimper/
𝐙⃝🦜尺o
apakah itu suara Russel?
Nia nurhayati
rahasia apa yang di sembunyikn papa irianto yaa
sitimusthoharoh
duh om nya berubah jadi bang ucel.duh mana lagi tugas eh si adx sayang malah nanggis kira2 bakalan nyari bala bantuan siapa nih bang ucel?
lanjut
Nia nurhayati
abang usell kamu harus berjuang Kara's tuk ngedapetin hati gallaa💪💪💪💪
sitimusthoharoh
gk mungkin ma2mu gk tau la.😭😭😭😭😭kan jadi bingung mo komen ap
lanjut
Elmaz
ayang ucel.... saat nya tepat bgt.
ikutan nangis dong di bab ini ikut merasakan yg gala rasakan....klo gala ice rasa getir ...yg aq rasa mie kuah rasa asin alias ingus meleleh krn baca sambil makan mie rebus 😭😭
Yuni
om ucel sayang masih tugas 😭😭😭😭😭kasian lala y ikutan mewek 😭😭😭
Iccha Risa
si duta air mineral bukan yg nelpon, tolongin dong bang andai bisa tinggal tring dihadapan Lala ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!