kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ADA RENCABA
...***...
Mingmei dan Su Yan bergegas menuju kediaman kecil Lingyun Kai.
"Di mana bocah nakal itu?." Ia menatap tajam ke arah An Hong yang berdiri di depan kamar Lingyun Kai.
"Masih tidur nona muda." Ia terlihat takut.
"Masih tidur?." Mingmei tampak geram. "Akan aku seret dia!."
"Eh? Nona muda tunggu dulu!." An Hong berusaha untuk mencegah, tetapi kekuatan Mingmei sulit untuk ditahan.
"Minggir!." Su Yan mendorong An Hong ke samping.
Mingmei mendekati tempat tidur, melihat Lingyun Kai yang masih tidur pulas?.
"Kau ini lama sekali bangunnya!." Ia sangat marah.
Mingmei menarik kuat kerah hanfu Lingyun Kai.
"Eh? Apa?!." Lingyun Kai bangun dengan paksa, melihat wajah Mingmei yang menyeramkan.
"Bangun! Kau lama sekali!." Ucapnya dengan jengkelnya, setelah itu ia gendong Lingyun Kai menuju taman.
"Aku belum cuci muka!." Lingyun Kai berteriak histeris, namun tidak digubris sama sekali.
"Tuan muda!." An Hong sangat panik melihat itu, ia berusaha mengejar.
...***...
Ruangan utama kediaman Jendral Xiao Chen Tao.
"Kekuatan kita semakin berkurang." Jendral Xiao Chen Tao sangat kesal. "Anak yang kau banggakan telah meninggalkan rumah ini dengan suka rela hati!." Amarahnya masih saja membara.
Tidak ada tanggapan dari nyonya Fengying, kepalanya terasa sakit.
"Demi seorang wanita? Dia bahkan rela melawan aku?! Mengancam aku makar pada kaisar!."
Namun saat itu ada utusan dari Istana.
"Selamat pagi tuan jendral." Ia memberi hormat.
"Selamat pagi tuan kasim wen lang." Balasnya. "Apa yang membuat tuan kasim datang ke sini pagi-pagi?."
"Saya datang pagi ini untuk menyampaikan dekrit pernikahan." Ia tersenyum kecil.
"Dekrit pernikahan?." Responnya aneh. "Bukankah? Sudah diberikan beberapa hari yang lalu? Dan bahkan mereka sudah menikah."
"Ini yang lain lagi." Jawabnya. "Cepat beri hormat."
"Baik."
Jendral Xiao Chen Tao, nyonya Fengying, dan Jianhong langsung bersujud memberi hormat.
"Yang mulia kasar mengeluarkan dekrit pernikahan antara pangeran pertama, dengan nona muda mingmei." Ucapnya dengan suara lantang. "Nona muda mingmei akan menjadi selir dalam pernikahan pangeran jun hie."
Deg!.
Jendral Xiao Chen Tao, nyonya Fengying dan Jianhong terkejut mendengar ucapan itu.
"Segera diterima." Kasim Wen Lang menyerahkan gulungan itu.
"Terima kasih yang mulia kaisar." Jendral Xiao Chen Tao tampak bersemangat.
"Kalau begitu kami pamit dulu."
Kasim Wen Lang dan beberapa prajurit lainnya langsung segera pergi.
"Sayang, katakan padaku jika ini bukan mimpi." Jendral Xiao Chen Tao masih belum bisa mencerna apa yang telah terjadi.
"Tidak, aku sangat yakin jika ini nyata." Nyonya Fengying merasa bahagia.
"Tapi? Saat acara perdamaian istana." Ucap Jianhong heran. "Adik mingmei tidak terlihat dekat dengan pangeran pertama."
"Anggap saja ini bantuan dari langit." Jendral Xiao Chen Tao bersemangat. "Biarkan saja anak sialan itu pergi, dan kini masih ada peluang bagi kita." Matanya dipenuhi ambisi-ambisi yang luar biasa. "Putri ku pasti bisa melakukan tugasnya dengan baik, memantau apa saja yang dilakukan oleh kaisar."
"Itu benar sekali suamiku." Nyonya Fengying juga tampak senang. "Pernikahan ini akan aku gunakan untuk mendekati permaisuri, dan meminta jabatan sebagai panutan istana selir."
"Itu rencana yang bagus ibu." Jianhong sangat terkesan.
"Kalau begitu, kita cari mingmei." Jendral Xiao Chen Tao tersenyum puas. "Kita minta penjelasan darinya, kapan ia dekat dengan pangeran pertama."
"Mari."
Mereka segera masuk ke dalam untuk mencari keberadaan Mingmei.
...***...
Mingmei merapikan pakaian Lingyun Kai, mengenakan hanfu biru dongker polos di lapisan pertama, dan hanfu hitam di luar.
"Kakak, aku masih ngantuk." Rengeknya.
"Diam kau." Ia tampol pelan kepala adiknya.
"Aduh!." Lingyun Kai meringis pelan.
Sedangkan An Hong dan Su Yan heran melihat pemandangan yang tidak biasa itu.
"Duduklah, sarapan cepat." Mingmei duduk dengan santainya.
"Baik." Lingyun Kai hanya nurut saja.
Keduanya makan pagi bersama, kegiatan yang tidak biasa, rasanya posisi matahari telah bergeser melihat keduanya akrab. Kediaman Jendral Xiao Chen Tao telah mengetahui jika Mingmei sangat benci pada adiknya, selalu memperlakukannya dengan kasar. Tapi hari ini?. Keduanya duduk akrab, bahkan mereka menyaksikan Mingmei yang mengenakan pakaian Lingyun?.
"Kak, apakah kakak yakin mau jadi selir kakak pangeran pertama?." Ia tuangkan teh, ia berikan pada Mingmei.
"Kenapa?." Responnya. "Kau takut jika aku malah membantu mereka melakukan pemberontakan?." Setelah itu ia minum teh itu dengan pelan.
Lingyun Kai hanya mengangguk kecil.
"Kau tenang saja." Ia ketuk pelan kening adiknya.
"Oi." Lingyun Kai sedikit kesal, segera melindungi keningnya.
"Tujuanku masuk istana untuk berurusan dengan beiye." Ia kepal kuat tangannya. "Dia harus membayar mahal harga nyawaku!."
"Tenanglah kak, ini masih pagi." Lingyun Kai bergidik ngeri melihat itu. "Kegh!." Ia meringis sakit, tiba-tiba saja leher belakangnya ditarik paksa oleh seseorang.
Lingyun Kai terjerembab ke tanah, pantatnya terasa sakit karena jatuh begitu saja.
"Ayah?." Mingmei terkejut melihat Jendral Xiao Chen Tao menarik paksa Lingyun Kai.
Jendral Xiao Chen Tao, nyonya Fengying, dan Jianhong duduk bersama.
"Pergi kau dari sini anak sialan!." Jendral Xiao Chen Tao menatap tajam. "Kenapa kau malah di sini?!."
Mingmei berusaha menahan dirinya agar tidak melepaskan amarahnya ketika melihat kejadian itu.
"Maafkan saya ayah." Lingyun Kai terpaksa mengalah.
"Berhenti!." Suara Mingmei terdengar keras. "Aku belum selesai dengan kau!."
"Memangnya dia berbuat masalah apa padamu?." Nyonya Fengying menatap cemas. "Nanti ibu hukum dia, karena bersikap kurang ajar padamu."
"Memangnya ada apa kalian ke sini?." Mingmei mencoba tenang. "Tidak biasanya mendatangi saya bersamaan seperti ini."
"Kaisar telah mengeluarkan dekrit pernikahan untukmu dengan pangeran pertama." Jawab Jendral Xiao Chen Tao dengan semangat. "Ayah mau mendengarkan penjelasan darimu secara langsung." Lanjutnya. "Apa yang terjadi antara kau dengan pangeran pertama? Sehingga kaisar ingin menikahkan kau dengan anak pertamanya."
"Lingyun kai, tunggu aku di sana." Tunjuknya ke arah kolam ikan yang ada gazebo nya. "Jangan pergi sebelum aku menyuruhmu pergi!."
"Baik kak." Lingyun Kai memberi hormat.
Setelah itu ia segera pergi meninggalkan mereka, ia juga tidak mau ikut campur dalam urusan aneh mereka.
...***...
Kediaman Menteri pertahanan dan keamanan.
"Hormat saya ayah." Nona muda Xin Qian memberi hormat.
"Sudah dua hari setelah acara perdamaian istana, sepertinya itu hanya mimpi mu saja." Menteri Xin Taio mengambil beberapa laporan yang masuk. "Jendral xiao chen tao, dia tidak menggeledah rumah ini." Ia menatap tajam. "Walaupun ia memang benci padaku."
"Maafkan saya ayah." Nona muda xin qian kembali memberi hormat.
"Tidak apa-apa, setidaknya dengan begitu aku tetap waspada." Ia menarik nafas dalam-dalam. "Mungkin dia sibuk, karena mendapatkan dekrit pernikahan anak ketiganya, dan bahkan anak keduanya sebentar lagi juga akan menikah dengan pangeran pertama, walaupun menjadi selir."
Nona muda Xin Qian hanya menyimak saja, ia tidak menduga perbuatan Junfeng hari itu benar-benar menuju ke arah pernikahan.
"Bagaimana denganmu?." Menteri Xin Taio mengamati perubahan raut wajah anaknya. "Aku telah mendengar gosip yang tak sedap tentang dirimu dengan anak bungsu jendral."
Spontan nona muda Xin Qian berlutut, memberi hormat.
"Bahkan beberapa menteri berkata padaku, jika aku sedang bermain taktik tarik ulur dengan jendral xiao chen tao, atas kedekatan anakku dengan putra bungsunya." Menteri Xin Taio terlihat kesal. "Benarkah kau dekat dengannya?."
"Benar ayah." Ia terlihat takut.
"Kenapa? Kau tergoda akan ketampanan murahannya itu?." Menteri Xin Taio marah. "Kau merasa putus asa dengan kondisimu? Dengan mudahnya kau menerima pesona murahannya itu?!."
"Mohon ampun ayah." Nona muda Xin Qian kembali memberi hormat. "Bagi saya lingyun kai adalah pria yang baik, dia tidak seperti yang digosipkan."
Brakh!.
"Diam kau!." Ucapnya penuh amarah. "Berani sekali kau melawan aku? Hanya untuk membela lelaki pelacur seperti dia?!."
"Tidak ayah." Nona muda Xin Qian menahan diri, hatinya terasa sakit.
"Aku tidak mau lagi mendengar gosip murahan seperti itu!." Menteri Xin Taio menatap tajam. "Aku tidak akan segan-segan, jika kau berani melanggarnya!."
"Baik ayah." Nona muda Xin Qian hanya nurut saja.
"Pergilah." Hatinya sedang jengkel.
Nona muda Xin Qian memberi hormat, setelah itu segera pergi dari ruangan baca ayahnya.
...***...
Perbatasan memasuki kota istana.
Raja penguasa daerah hampir memasuki perbatasan, namun tiba-tiba saja kereta kuda yang ditumpanginya dicegat oleh beberapa orang berpakaian topeng.
"Ada apa?!." Raja Ruo Xuan terkejut. "Kenapa berhenti mendadak?."
"Maaf Gusti Raja." Jawab kusir dengan perasaan takut. "Ada rampok."
"Rampok?!."
Raja Ruo Xuan langsung turun dari kereta kuda, melihat ada lima orang pemuda bertopeng menghadang.
"Memasuki kota istana? Bagaimana bisa ada rampok?." Raja Ruo Xuan heran. "Keberanian kalian patut aku acungi jempol."
"Diam kau raja cacat!." Balasnya kesal. "Sebaiknya kau pergi ke alam lain!."
Mereka menyerang Raja Ruo Xuan, mengincar keselamatan Raja penguasa daerah. Satu persatu dari mereka gugur, mereka terlalu meremehkan kemampuan Raja Ruo Xuan.
"Akan aku tanyakan masalah ini pada kakak kaisar." Dalam hati Raja Ruo Xuan merasa hera.
Deg!.
Raja Ruo Xuan terkejut ketika merasakan adanya sebuah anak panah yang melesat dari arah belakang, tapi anak panah itu tidak menyentuh tubuhnya sama sekali?.
"Apakah Gusti Raja baik-baik saja?." Seorang pemuda bertopeng yang menghalangi anak panah itu.
Raja Ruo Xuan membalikkan badan, menghadap ke arah pemuda bertopeng itu.
"Ho? Setelah melepaskan anak panah? Kau malah berpura-pura membantu saya?." Raja Ruo Xuan menatap curiga. "Boleh juga caramu ingin membunuh saya." Raja Ruo Xuan mendengus kecil.
"Oh? Sepertinya anda salah faham Gusti Raja." Ia banting anak panah itu dengan kuat hingga patah dua. "Hamba bukan bagian dari kelompok mereka." Ia segera berlutut memberi hormat. "Bukankah yang menyerang Gusti Raja memiliki pedang penanda? Hamba tidak memiliki pedang jahat itu."
"Hmph!." Raja Ruo Xuan hampir tertawa. "Kalau kau bukan bagian dari mereka? Kenapa kau malah menolong saya dari bidikan anak panah itu?."
"Itu karena anak panah mengandung racun bunga api." Jelasnya. "Jika terkena tubuh Gusti Raja, maka akan membangkitkan penyakit lama Gusti Raja."
Deg!.
"Bagaimana bisa kau mengetahui masalah itu?." Raja Ruo Xuan panik.
"Hamba mengerti sedikit tentang penyakit, racun, dan obat." Jawabnya. "Melihat keadaan kaki Gusti Raja ketika bertarung tadi, maka dapat disimpulkan bahwa ada masalah dengan paha Gusti Raja." Ia merasa takut saat menjelaskannya.
"Kakak begitu masuk ke kereta kuda, ikutlah dengan saya ke sebuah penginapan." Raja Ruo Xuan langsung masuk ke kereta kuda. "Coba kau periksa keadaan saya."
"Baik Gusti Raja." Pemuda itu hanya nurut saja, ia tidak mau membantah.
...***...
Kediaman Jendral Xiao Chen Tao.
"Bukankah sebelumnya? Saya juga pernah dekat dengan pangeran pertama?." Mingmei mencoba mengambil kesadaran ingatan pemilik tubuh asli. "Sebenarnya saat itu Gusti pangeran pertama ingin menikahi saya, tapi beiye telah mendahului saya."
"Artinya kau suka pada pangeran pertama?." Jianhong sedikit ragu.
"Tentu saja." Jawabnya dengan yakin.
"Itu sangat bagus sekali." Nyonya Fengying langsung bersemangat. "Itu artinya kau bisa melihat bagaimana keadaan istana."
"Dan kau harus melakukan tugasmu dengan baik." Sambung Jendral Xiao Chen Tao. "Hanya kau yang bisa aku andalkan, untuk melihat apa saja yang dilakukan oleh kaisar terhadap negeri ini."
"Melakukan tugas?." Ulang Mingmei heran.
"Oh? Kau baru kembali dari perguruan." Jendral Xiao Chen Tao langsung mengerti dari pertanyaan anaknya. "Biar ayah jelaskan padamu, tugas apa saja yang akan kau kerjakan selama berada di istana."
"Tapi kau harus berhati-hati, jangan sampai tertangkap basah." Nyonya Fengying cemas.
"Adik mingmei pasti bisa, ibu tenang saja." Jianhong mengusap sayang kepala Mingmei.
Jendral Xiao Chen Tao menjelaskan pada Mingmei apa saja rencana yang telah ia rancang beberapa hari, termasuk penyerangannya terhadap Raja Ruo Xuan yang hampir memasuki perbatasan Kota Istana.
"Jadi begitu?." Respon Mingmei. "Mereka ini memang orang-orang yang penuh ambisi." Hatinya merasa cemas. "Berani sekali kalian menyuruh aku menyajikan makanan dan minuman beracun pada jun jun ku?." Dalam hatinya sangat mengutuk, dan ingin segera membunuh mereka.
"Bagaimana menurutmu? Aku yakin kau bisa melakukan tugas itu dengan baik." Jendral Xiao Chen Tao tersenyum lebar. "Aku rasa itu tidak akan sulit, dengan ilmu tentara yang kau pelajari selama ini."
"Baiklah, akan saya lakukan." Mingmei memberi hormat.
"Satu hal lagi, jangan pernah kau temui adikmu yang bodoh itu." Jendral Xiao Chen Tao sangat jengkel.
"Maksud ayah lingyun kai?." Tebaknya dengan anehnya.
"Junfeng!." Jawab Jendral Xiao Chen Tao. "Dia sudah putus hubungan dengan keluarga jendral!." Hatinya terasa panas. "Aku tak sudi memiliki anak pengecut seperti dia!." Hatinya semakin membara.
"Baiklah." Mingmei memberi hormat. "Akan saya lakukan."
"Hahaha!." Jendral Xiao Chen Tao tertawa keras. "Kau memang terbaik anakku." Ia merasa puasa, dan bangga.
"Heh!." Dalam hati Mingmei mendengus kesal. "Kalian ini memang tidak bermoral, keluarga pembunuh!." Dalam hatinya sangat bergejolak. "Setelah menyelesaikan masalah dengan beiye, maka urusan selanjutnya adalah dengan kalian!." Ingin rasanya ia melepaskan perasaan sakit di hatinya. "Tunggu saja tanggal mainnya." Jiwanya telah dibakar api dendam yang sangat membara. "Akan aku habisi kalian semua."
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Bagaimana caranya mereka menyelesaikan masalah?. Simak dengan baik kisah selanjutnya ya. Jangan lupa dukungannya.
...***...
Tadinya kupikir Wu Xian beneran saudara lainnya Kai pas baru ngucapin nama, rupanya oh rupanya....
Waduh, kayaknya aku jadi salah fokus dan gak terlalu peduliin Si kai kenapa dan malah lebih fokus mengagumi kekuatan Si mbak! 😌🗿