Mengandung benih kekasih sahabatnya sendiri, sungguh bukanlah hal yang pernah terbayangkan oleh Meisya. Akibat obat perangsang yang tanpa sengaja ia minum di acara party membuatnya terjebak melewatkan malam panas bersama Kenzo. Teman sekaligus kekasih dari sahabat baiknya.
Niat hati ingin melupakan kejadian malam panas bersama Kenzo, Meisya justru mendapatkan kenyataan pelik karena ia dinyatakan hamil tepat sebulan setelah kejadian malam kelam itu.
“Menikahlah denganku demi anak kita, setelah anak kita lahir, kita akan berpisah.” Kata Kenzo ingin bertanggung jawab.
Tak punya pilihan, Meisya menerima tawaran Kenzo. Dengan syarat menutupi pernikahan mereka dari Bianca karena Meisya tidak ingin menyakiti hati Bianca bila dia mengetahuinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBKS 19 - Maafkan Aku, Bianca
Semenjak Kenzo kembali dari luar kota, Meisya merasa tubuhnya lebih segar dan tak lagi mual-mual seperti sebelumnya. Meisya bahkan sangat lahap menyantap setiap makanan yang dimasakkan Kenzo untuknya. Menyadari kondisi tubuhnya yang seperti itu, membuat Meisya berpikir jika benar janinnya ingin selalu dekat dengan ayahnya.
“Anak mama, kesayangan hati mama. Mama harap kamu jangan terlalu bergantung sama ayah kamu, ya. Karena ayah kamu bukanlah milik kita sepenuhnya. Dia memiliki wanita yang dia cintai dan setelah kamu lahir nanti, kita gak bisa selalu bersama dengannya. Jadi, mama harap kamu cukup bergantung sama mama aja, ya. Kita lewati semuanya sama-sama sampai kamu lahir nanti ke dunia.” Kata Meisya sembari mengusap perutnya. Dia ingin menekankan pada dirinya sendiri juga jika dia tidak boleh terlalu bergantung pada Kenzo. Karena Kenzo bukanlah miliknya seutuhnya. Apa lagi setelah dia melahirkan nanti, ia dan Kenzo akan berpisah.
Seolah mengerti dengan keinginan ibunya, janin di perut Meisya tak pernah rewel lagi jika Kenzo berada di luar kota. Meisya masih bisa makan dengan lahap meski tanpa melihat wajah Kenzo.
Meski Meisya sudah tak lagi bergantung pada Kenzo, tapi Kenzo tetap saja menghubungi Meisya untuk memastikan Meisya baik-baik saja dan tidak lupa memenuhi kebutuhan nutrisinya. Lagi, sikap Kenzo yang begitu perhatian padanya membuat Meisya jadi bingung harus bagaimana.
“Gak seharusnya kamu kayak gini, Ken. Aku bisa salah dalam mengartikan sikap kamu ini. Meski sebenarnya aku tahu kamu perhatian kepadaku hanya karena anak kita.” Gumam Meisya dalam hati.
Dua hari berlalu, Kenzo masih setia di luar kota. Mengisi sebuah acara satu ke acara yang lainnya bersama Bianca. Karena keduanya sudah seperti pasangan duet, membuat keduanya sering tampil berdua di setiap acara.
Karena Kenzo tak lagi bisa membantu dirinya berbelanja kebutuhannya sehari-hari, akhirnya Meisya membeli kebutuhan di apartemen yang sudah habis ke supermarket seorang diri.
“Meisya, kamu Meisya kan?” Seorang wanita paruh baya yang terlihat tidak asing wajahnya di mata Meisya menyapa. Waniya itu tersenyum pada Meisya seolah senang bertemu dengannya.
“Iya, saya Meisya. Maaf sebelumnya, Tante siapa?” Tanya Meisya ramah.
“Saya Larasati, mamanya Kenzo.” Balas wanita itu.
Kedua bola mata Meisya sontak membulat. Dia kaget mendengar pengakuan wanita di depannya saat ini. “Mamanya Kak Ken?” Ulang Meisya. Karena Kenzo jauh lebih tua dibandingkan dirinya, Meisya menyebutnya dengan sebutan kakak pada orang lain. Meski setiap bertemu dengan Ken, Meisya tak pernah memanggilnya dengan sebutan kakak.
Mama Laras mengangguk. “Iya, mamanya Kenzo.”
Meisya dibuat gugup. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya dia bertemu dengan mertuanya sekaligus nenek bagi bayinya. Selama ini Meisya memang tidak pernah bertemu dengan kedua orang tua Kenzo sejak mereka masih berada di karantina. Kenzo selalu beralasan jika kedua orang tuanya sibuk hingga tak pernah membawa orang tuanya datang ke karantina.
“Tante maklum kamu gak kenal sama Tante. Soalnya kita gak pernah ketemu sebelumnya.” Mama Laras kembali bersuara. Meisya pun tersenyum mendengar perkataannya.
“Oh ya, salam kenal ya, Tante.” Kata Meisya ramah. Meski merasa gugup, dia harus tetap bersikap sopan di depan Mama Laras.
Mama Laras mengangguk. “Kamu ternyata lebih cantik dari yang Tante lihat di televisi, ya. Bukan hanya cantik, kamu juga ramah banget.” Puji Tante Laras.
Meisya tersenyum kaku. Sebenarnya dia sangat tidak suka dipuji oleh siapapun. Andai saja yang memujinya saat ini teman-temannya, dia pasti sudah memukulnua. “Terima kasih, Tante.” Balas Meisya pada akhirnya.
Mama Laras mengangguk. Kemudian dia mengajak Meisya untuk menjarak dari keramaian. Dengan polosnya Meisya pun ikut saja. Toh Mama Laras juga tidak mungkin berbuat hal buruk pada dirinya.
“Meisya, sebenarnya Tante mau tanya-tanya sesuatu sama kamu kalau kamu gak merasa keberatan.” Wajah Mama Laras kelihatan canggung saat bertanya.
“Tanyakan aja, Tante. Aku akan menjawabnya sebisa aku.”
Mama Laras mengulas senyum sebelum bertanya. “Apa kamu ada ketemu sama Kenzo beberapa waktu belakangan ini, Meisya?” Tanya Tante Laras. Senyuman yang tadi sempat terbit di wajahnya nampak surut setelah mempertanyakan Kenzo.
“Beberapa waktu belakangan ini jarang, Tante. Karena Kenzo banyak manggung di luar kota. Mungkin yang sering bertemu dengannya adalah Bianca. Karena mereka sering memiliki jadwal manggung bersama.”
“Oh, begitu ya. Kalau nanti kamu ada ketemu lagi sama Kenzo, sampaikan sama dia kalau Tante minta dia hubungi Tante, ya.” Pinta Mama Laras.
Meisya tentu saja bingung dengan permintaan Mama Laras. Tapi dia tetap saja mengiyakannya. Meisya juga tak ingin banyak bertanya. Karena menurutnya hal tersebut bukanlah urusannya. Melainkan urusan Kenzo bersama keluarganya.
Tak banyak bercerita, Mama Laras dan Meisya sudah melanjutkan kegiatan mereka berbelanja di supermarket. Sembari mengambil beberapa barang yang diperlukan, Meisya bertanya-tanya sendiri dalam hati.
“Apa hubungan Kenzo sama keluarganya seburuk itu sampai dia gak pernah menghubungi keluarganya. Bahkan di hari pernikahan kami, dia juga gak memberitahu keluarganya.” Semakin dipikirkan, Meisya semakin bingung menemukan jawabannya. Dari pada pusing sendiri, Meisya memilih untuk tidak memikirkannya. Tapi terlepasa dari itu, Meisya bisa mengambil kesimpulan jika keluarga Kenzo bukanlah keluarga biasa. Terlihat dari penampilan Mama Laras tadi ditambah setelah melihat kendaraan yang Mama Laras gunakan untuk berbelanja.
“Rasanya aku semakin gak pantas untuk menjadi bagian dalam hidup Kenzo. Dia memang sudah sepantasnya berjodoh dengan Bianca yang sama-sama berasal dari keluarga kaya raya seperti dia.” Gumam Meisya. Makin ke sini, Meisya makin merasa jika dia dan Kenzo adalah dua sosok yang sangat berbeda dan tak mungkin bisa bersatu.
“Bianca, maafkan aku kalau nanti kamu mengetahui jika aku dan Kenzo pernah menikah bahkan memiliki seorang anak. Tapi kamu tenang saja, aku sama sekali gak berniat merebut Kenzo dari kamu. Setelah anak kami lahir, aku kembalikan dia kepada kamu. Hiduplah berbahagia dengannya karena kalian memang pantas untuk bersama.”
Karena merasa moodnya sedikit buruk setelah bertemu dengan Mama Laras, membuat Meisya enggan untuk membalas pesan dari Kenzo. Meisya bahkan mematikan data ponselnya supaya Kenzo tak bisa menghubungi dirinya lagi. Untuk saat ini, Meisya ingin menenangkan diri. Mengembalikan moodnya agar kembali bagus karena dia tidak ingin performnya di Sulawesi nanti gagal karena moodnya yang masih buruk.
Keesokan harinya, Meisya masih tak memberikan kabar apapun pada Kenzo. Dia juga melarang manejernya untuk memberitahu kabar tentang dirinya pada Kenzo. Bahkan saat ia sudah berangkat ke Sulawesi, Meisya juga tidak memberitahu Kenzo masalah itu. Meisya tidak peduli apapun tanggapan Kenzo nanti karena menurutnya hubungannya dan Kenzo memang harus seperti itu.
“Mei, Ken terus telfon Mbak nih. Kayaknya dia khawatir banget tahu sama kamu.” Kata Mbak Elva saat mereka sudah berada di kota yang akan menjadi tempat Meisya perform esok hari.
“Abaikan aja, Mbak. Kalau dia kirim pesan, bilang aja Mbak lagi sibuk.”
Mbak Eva bingung harus bagaimana. Menasehati Meisya pun rasanya tidak mungkin. Karena Meisya pasti tidak akan mendengarnya. Terlebih Mbak Eva tak ingin terlalu ikut campur dalam urusan pribadi Meisya dengan Ken.
“Ya sudahlah. Abaikan saja.” Putus Mbak Eva.
Sikap Meisya yang sama sekali tak memberikan kabar pada Ken berhasil membuat Ken uring-uringan. Bahkan saat latihan untuk performnya nanti malam, Kenzo terlihat tidak fokus hingga membuat Bianca heran melihatnya.
“Sayang, kamu ini kenapa sih. Kok dari tadi kayaknya gak fokus latihan. Suka salah lirik gitu.” Tanya Bianca.
Kenzo menatap wajah Bianca tak enak hati. “Maaf, Sayang. Aku lagi gak enak badan. Jadinya kurang fokus.” Balas Kenzo. Entah sudah berapa kali dia berdusta seperti itu pada Bianca.
Bianca menghela nafas. Dia enggan mempermasalahkannya. “Ya sudah, kalau begitu mau berhenti dulu latihannya atau bagaimana?”
“Lanjut saja. Aku janji bakalan fokus.” Kenzo tak ingin membuat Bianca kecewa. Apa lagi anggota band yang akan mengiringi lagu mereka nanti sudah semangat untuk latihan.
Bianca mengulas senyum. Kemudian mereka melanjutkan latihan lebih serius dari sebelumnya. Sesuai dengan perkataan Kenzo, kali ini Kenzo latihan lebih serius dari sebelumnya. Meski di dalam benaknya masih memikirkan dimana keberadaan Meisya dan bagaimana kabarnya saat ini.
“Tubuhku memang berada dekat dengan Bianca. Tapi aku gak bisa bohong kalau hati dan pikiranku selalu terikat dengan Meisya. Aku selalu memikirkannya dimanapun aku berada.” Gumam Kenzo dalam hati. Ada rasa bersalah yang ia rasakan saat ini pada Bianca. Karena Kenzo sadar jika bukan Bianca lagi yang selalu ada di hati dan pikirannya.
“Maafkan aku, Bianca.” Gumam Kenzo dalam hati sembari membuang nafas perlahan di udara.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Meisya dan Kenzo, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
bagaimanapun meisya adalah istrimu yang harus kamu lindungi..ingat ada anak yang dikandungannya dan anak itu g salah
ada juga ke adaan selanjutnya makin buruk, masa depan anak yg tdk memiliki keluarga lengkap