Zhang Jian adalah Pangeran, pendekar, pembual, dan penegak keadilan yang suka bikin onar.
Dia bukan murid biasa di Sekte Kunlun, ia datang membawa warisan legendaris: Cincin Naga Langit, peninggalan Siluman Naga dari dunia lain yang membuatnya kebal terhadap serangan Qi dan nyaris tak terkalahkan.
Akan tetapi, tak ada kekuatan yang abadi.
Cincin itu hanya akan melindunginya selama sepuluh tahun. Setelah itu? Dia akan menjadi sasaran empuk di dunia yang tak mengenal belas kasihan. Dunia di mana para pendekar saling menyingkirkan demi kejayaan sekte, harta karun langit, dan ramalan kuno yang bisa mengguncang tatanan alam.
Ketika Sekte Demon mengancam kehancuran dunia, Zhang Jian harus memilih: tetap menjadi bayangan dari kekuatan pinjaman, atau membuka jalan sendiri sebagai pendekar sejati.
Langit tak akan selamanya berpihak.
Bisakah seorang pembual menjadi legenda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Regar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Klan Yi
Zhang Jian menunggu cukup lama, ia bahkan telah menghabiskan tehnya dan memakan makanan ringan dan buah-buahan hingga bersendawa kekenyangan.
Seorang pria tua ditemani oleh pemuda tampan datang tergesa-gesa dari pintu depan. Keduanya tersenyum lebar menatap Zhang Jian.
“Aku Yi Xuan, Tetua Pertama Klan Yi menyapa tamu terhormat dari Sekte Kunlun.” Yi Xuan menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat.
“Yi Qiuhuan, tuan muda pertama menyapa tamu terhormat.” Yi Qiuhuan menangkupkan tinju juga.
Zhang Jian langsung berdiri dan menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat. “Zhan Jian, murid Sekte Kunlun menyapa Tetua Xuan dan tuan muda pertama.”
“He-he-he … tidak perlu bersikap formal tuan Zhang Jian. Kami akan langsung saja mengatakan kendala yang sedang kami hadapi,” sahut Tetua Yi Xuan.
Tetua Yi Xuan menjelaskan pada Zhang Jian tentang serangan kawanan monster Serigala ke peternakan Klan Yi.
Dia mengatakan serangan itu selalu terjadi sore hari dengan kedatangan hari ganjil. Misalnya hari ini datang, maka selanjutnya akan datang pada hari ketiga atau hari ketujuh, kadang baru datang pada hari kesebelas, kemudian datang lagi hari ketiga.
Serangan terakhir terjadi tiga hari yang lalu, tetapi bukan hanya sapi yang dimangsa oleh kawanan monster Serigala. Tiga pekerja yang hendak pulang ke rumah ikut disergap. Hanya kepala mereka saja yang ditemukan di tempat kejadian, sisa tubuhnya hilang dimakan mereka.
“Apakah Klan Yi sudah meminta bantuan Kerajaan Yunhai?” tanya Zhang Jian.
Jika peristiwa seperti ini terjadi di Kerajaan Naga Agung, maka Raja sudah mengirim satu pasukan terbaik menghadapi kawanan monster tersebut.
“Ya, Raja pernah mengirim puluhan Pendekar, tetapi semuanya tak pernah kembali lagi. Kemungkinan mereka dikalahkan oleh kawanan monster Serigala itu,” sahut Yi Xuan sembari menghela nafas panjang.
Zhang Jian merasa ada sesuatu yang salah dengan kawanan monster Serigala tersebut. Mereka terlalu kuat dan bahkan mampu mengalahkan pasukan kerajaan yang sudah sangat berpengalaman. Yang paling mencurigakan adalah pola kedatangan monster itu yang selalu datang pada hari ganjil.
“Kalau terakhir kali mereka datang tiga hari yang lalu, maka kemungkinan mereka juga akan datang sore ini,” kata Zhang Jian.
“Dari pola pergerakan mereka, sore ini mereka mungkin akan muncul,” sahut Yi Qiuhuan. “Aku akan mengutus seorang Pendekar mengawal tuan muda ke kandang sebelah selatan. Area itu adalah tempat yang paling sering didatangi oleh kawanan monster Serigala.”
...***...
Zhang Jian pergi ke peternakan Klan Yi ditemani oleh Pendekar bernama Yi Jing, pendekar terkuat di Klan Yi tapi tidak memiliki Qi.
Yi Jing terkejut melihat Zhang Jian sudah mahir menunggang kuda. “Apakah tuan muda Zhang Jian berasal dari kalangan terhormat?”
Zhang Jian tertawa dan berkata, “Aku hanya berasal dari Klan kecil, tetapi sejak kecil sudah biasa menunggang Kuda.”
Dia tidak memberitahu identitas aslinya sebenarnya adalah seorang Pangeran dari Kerajaan lain. Dia ingin menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, karena mungkin saja hubungan antara kerajaannya dengan Kerajaan Yunhai tidak dekat.
Mereka berkuda ke kandang yang ada di sisi selatan kota. Kandang itu yang sering diserang oleh kawanan monster Serigala karena dekat dengan perbukitan yang masih hutan belantara.
Yi Jing mengatakan ia sudah pernah melihat kawanan monster Serigala itu dari kejauhan. Mereka sebesar sapi, mereka melepaskan aura yang membuatnya gelisah. Dia menjadi takut dan tidak berani mendekati mereka.
Monster Serigala yang menyergap kereta kuda yang ditumpangi Zhang Jian juga sebesar sapi. Dia curiga mungkin itu dari kawanan yang sama.
“Apakah Klan Yi sudah pernah mendatangkan seorang Pendekar Kultivator?” selidiknya penasaran.
Ketua Pengawal Besi bisa mengalahkan kedua monster Serigala itu dengan mudah. Jika Klan Yi menyewa atau mendatangkan Pendekar sekuatnya, maka mengatasi kawanan monster Serigala yang menyerang ternak klan Yi akan cepat diselesaikan.
Yi Jing menggelengkan kepala. “Klan tetangga yang memiliki Kultivator tidak mau membantu Klan Yi walaupun sudah dijanjikan hadiah besar. Ketua Klan juga mencoba menghubungi Pendekar Pengembara (Kultivator tanpa sekte) tetapi tidak ada yang mau mengambil misi ini, baru Sekte Kunlun yang memberikan tanggapan akan mengirim muridnya ke sini.”
Zhang Jian merasa itu aneh, tidak mungkin Pendekar Pengembara menolak misi mudah ini apalagi hadiahnya sangat besar sekali.
Dia mencoba berspekulasi, apakah pelakunya Sekte Demon? Namun, Kerajaan Yunhai ada di daerah paling aman di dataran tengah. Jika Sekte Demon datang, maka mereka harus melewati banyak kerajaan dan Sekte-Sekte besar.
Dia kembali menduga mungkin teorinya yang sebelumnya benar, kalau kejadian ini ulah Alkemis yang bereksperimen. Akibatnya lingkungan di sekitar sini tercemar dan monster menjadi agresif dan pintar, karena mereka selalu datang dengan pola ganjil.
Mereka akhirnya tiba di kandang selatan menjelang senja. Sebuah lahan luas dengan pagar kayu tinggi mengelilingi kandang selatan. Di dalamnya masih ada ratusan ekor sapi yang masih tersisa, dan beberapa penjaga tampak ketakutan, masing-masing membawa tombak panjang dan obor di tangan.
Yi Jing menunjuk ke sisi perbukitan. “Di sanalah biasanya mereka muncul.”
Zhang Jian turun dari kudanya, menjejakkan kaki di tanah keras yang pernah basah oleh darah. Dia memejamkan mata, merasakan Qi di sekitarnya, mencoba menangkap jejak spiritual yang tak kasatmata. Namun, hawa di sekitar terasa aneh. Qi di area ini tidak mengalir alami—seperti tercemar sesuatu yang menakutkan dan menjijikan.
Matahari makin rendah. Warna oranye di langit mulai berubah menjadi ungu dan biru gelap. Dari kejauhan terdengar lolongan panjang yang membuat para penjaga kuda menegakkan tubuh mereka. Suara itu bukan lolongan biasa—ada tekanan mental di dalamnya, mengguncang jiwa mereka yang lemah.
“Mereka datang!” seru Yi Jing panik.
Detak jantung Zhang Jian berdebar kencang, sedikit gugup walaupun sudah melawan salah satu dari mereka sebelumnya. Namun, siapa yang akan tahu, bisa saja monster Serigala yang ini jauh lebih kuat dari yang ia lawan sebelumnya.
Beberapa menit kemudian, dari balik kabut senja yang menyelimuti kaki perbukitan, muncul siluet-siluet gelap. Serigala sebesar sapi, bulu-bulu mereka tampak menghitam seperti terbakar, dan mata mereka bersinar kemerahan, mereka tampak seperti iblis dalam cerita horor.
“Itu monster Serigala,” bisik salah satu penjaga, tubuhnya gemetar hebat. “Tuan Jing, apa yang kita lakukan?”
Biasanya mereka akan segera lari setelah mendengar lolongan kawanan monster Serigala. Namun, Yi Jing, pendekar terkuat di Klan mereka tidak bergerak sama sekali, seolah-olah ia tidak takut pada kawanan monster Serigala itu.
“Tenang saja, tuan muda Zhang Jian akan melenyapkan kawana monster Serigala itu. Beliau adalah murid Sekte Kunlun,” sahut Yi Jing berpura-pura tenang walaupun sebenarnya ia ketakutan setengah mati.
“Seorang abadi!”
Para penjaga itu terkejut dan takjub ternyata pemuda tampan di sebelah Yi Jing ternyata murid Sekte Kunlun. Ketakutan dihati mereka langsung sirna.
“Woi, Anjing mirip Sapi! Sini cium bo-ko-ng-ku!”
Penjaga bertubuh kurus dan rambut keriting sebahu mengarahkan bokongnya ke arah kawanan monster Serigala sambil menepuk-nepuk bokong yang ditutupi celana penuh jahitan tambalan tersebut.