NovelToon NovelToon
Gadis Rasa Janda

Gadis Rasa Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengasuh / Ibu susu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Hutang pinjol 120 juta menjerat Juwita, padahal ia tak pernah meminjam. Demi selamat dari debt collector, ia nekat jadi pengasuh bayi. Tapi ternyata “bayi” itu hanyalah boneka, dan majikannya pria tampan penuh misteri.

Sebuah kisah absurd yang mengguncang antara tawa, tangis, dan cinta inilah perjalanan seorang gadis yang terpaksa berperan sebagai janda sebelum sempat menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hutang Lunas

Pagi itu udara terasa sesak. Juwita sejak subuh sudah bangun, menyiapkan susu untuk Princess sambil menahan rasa was-was yang menyesakkan dada. Matanya bengkak karena semalaman menangis. Pesan ancaman dari debt collector masih membayang di kepala. Hari ini, entah mengapa, firasatnya semakin kuat seakan inilah hari terakhir ia bisa bekerja di rumah besar ini.

Tangannya bergetar ketika memeluk Princess. Bayi mungil itu tersenyum tanpa tahu beban berat yang sedang dipikul pengasuhnya. “Maafkan onty, Nak kalau suatu hari nanti kamu tidak melihatku lagi di sini,” bisik Juwita sambil mengecup dahi Princess. Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.

Tak lama, suara gaduh terdengar dari luar pagar. Satpam berlari ke arah pintu depan, suara bentakan kasar membuat seisi rumah langsung panik. Marlina dan Herman keluar dari kamar, wajah mereka pucat. Para pembantu berlarian ke ruang tamu, berbisik cemas.

“Nah, itu dia! Ini pasti bosnya yang berhutang!” teriak salah seorang debt collector di luar pagar.

“Ya Tuhan,” Juwita menutup mulutnya dengan tangan, tubuhnya bergetar hebat. Air mata langsung pecah. Ia tahu, mereka pasti datang untuknya. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuh, membuat kakinya lemas. Ia mendekap Princess erat-erat seolah itu adalah pelukan terakhir.

Zergan yang baru turun dari lantai atas, dengan wajah datar dan aura dingin, langsung menuju pagar. Tatapannya tajam seperti pisau. Para debt collector itu tampak sedikit gentar, namun tetap bertahan. Satpam mencoba menahan mereka agar tidak masuk.

Zergan sempat menoleh ke belakang. Pandangannya jatuh pada Juwita yang menangis sambil menggendong Princess, sementara Marlina memeluk bahu Juwita menenangkannya. Hatinya terasa tergores.

“Bawa semua masuk!” perintah Zergan singkat.

Juwita, Princess, orang tuanya, juga para pembantu digiring masuk ke dalam. Pintu ditutup rapat.

Kini Zergan berdiri sendiri di depan pagar menghadapi para penagih itu. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Suaranya tegas, dingin, tapi mengandung wibawa.

“Sebenarnya ada apa? Kalau mau bicara, bicara baik-baik. Kalau tidak, jangan salahkan aku kalau kalian berurusan dengan polisi.”

Para debt collector saling pandang. Salah satu yang tampak paling tua maju selangkah. “Bos, jangan salah paham. Kami datang karena urusan hutang. Orang ini Juwita dan bapaknya masing-masing punya hutang lima puluh juta. Dengan bunga, total sekarang seratus dua puluh juta. Kami ke sini hanya menagih yang seharusnya dibayar.”

Zergan mengerutkan dahi. Sesaat ia terdiam, lalu tersenyum sinis. “Hanya segitu?” tanyanya dengan nada meremehkan.

Debt collector itu mengangguk. “Iya, Bos. Tapi kalau tidak dibayar, bunganya naik. Tiga bulan lagi jadi seratus lima puluh juta.”

“Kalau cuma segitu, jangan bikin keributan di sini. Malu kalian.” Zergan mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, wajahnya tanpa ekspresi. “Mana nomor rekening kalian? Aku transfer sekarang.”

Para debt collector itu terdiam, jelas tak menyangka masalah sebesar ini diselesaikan semudah itu.

Herman yang dari tadi cemas, ikut keluar. “Nak, bagaimana?”

“Sudah beres, Pi. Hutang.” Zergan menatap layar ponselnya, mengetik cepat, lalu menampilkan bukti transfer. “Sudah masuk kan?” tanyanya dingin.

Salah satu penagih memeriksa notifikasi di ponsel, wajahnya berubah kaget. “B-benar, Bos. Uang sudah masuk.”

“Kalau begitu, jangan pernah datang lagi. Kalian bikin malu saja.” Zergan menutup ponsel, memberi isyarat pada satpam untuk mengusir mereka.

Setelah orang-orang itu pergi, Zergan menepuk bahu ayahnya. “Ayo, Pi. Kita masuk.”

Herman masih bingung. “Sebenarnya ada apa sih, Nak?”

“Papi tenang saja. Sudah selesai.” Zergan tidak memberi penjelasan lebih lanjut, melangkah masuk ke dalam rumah.

Begitu masuk, matanya langsung menangkap sosok Juwita yang duduk di sofa, dipeluk oleh ibunya, wajahnya basah oleh air mata. Juwita tampak sangat rapuh, seolah hanya butuh satu sentuhan kecil untuk hancur.

“Mi, jaga Princess sebentar. Aku ingin bicara dengan Juwita.” Suara Zergan tegas, tidak memberi ruang untuk penolakan.

Marlina mengangguk. “Iya, Nak.” Ia menerima Princess dari pelukan Juwita yang terisak.

Dengan langkah berat, Juwita mengikuti Zergan naik ke lantai atas. Jantungnya berdetak tak karuan. Ia yakin, ini akhir dari segalanya. Mungkin setelah ini ia akan diusir.

Namun, langkah Zergan membawanya bukan ke kamar Princess, melainkan ke kamar pribadinya. Pintu terbuka, hawa dingin menyambut. Juwita merinding. Ia melihat sekeliling ruangan itu luas, rapi, dingin, dan kosong dari nuansa keluarga. Hanya ada satu foto besar terpajang di dinding foto Princess saat masih bayi.

Zergan berjalan ke meja, mengambil tisu. “Duduk.”

Juwita menuruti dengan gugup. Tubuhnya kaku. Tapi tiba-tiba, Zergan berjongkok di hadapannya, sama seperti saat mereka pertama kali bertemu di dapur beberapa minggu lalu. Tindakan itu membuat hati Juwita terkejut.

“Kenapa tidak bilang padaku kalau kamu ada masalah?” Suara Zergan rendah, namun sarat ketegasan. Ia mengulurkan tangan, mengusap air mata Juwita dengan tisu.

Juwita terperanjat. “T-Tuan, tidak perlu,” Ia berusaha mengambil tisu dari tangan Zergan, tapi justru menyentuh jemarinya. Degup jantungnya semakin cepat, wajahnya memerah.

“Hutangmu sudah aku bayar,” ucap Zergan akhirnya.

Mata Juwita melebar. Tubuhnya langsung gemetar hebat, air mata kembali mengalir deras. Campuran rasa syukur, lega, sekaligus putus asa melingkupi dirinya. Tanpa sadar ia merosot dari sofa, bersujud di hadapan Zergan.

“Tuan… kenapa… kenapa Tuan lakukan itu? Uang sebanyak itu saya tidak layak,” Suaranya pecah, terisak hebat.

Zergan panik melihatnya. Ia segera menarik tangan Juwita agar duduk kembali di sofa. “Sudah. Jangan begini.”

“Tuan, saya benar-benar merasa bersalah. Bagaimana saya bisa membayar uang sebanyak itu? Saya hanya pembantu, Tuan. Saya tidak mungkin bisa mengganti.”

“Tidak perlu dipikirkan. Kalau mereka datang lagi ke sini, aku yang urus. Kamu tidak usah khawatir.”

“Tapi saya tetap punya hutang pada Tuan!” Juwita bersikeras. “Saya tidak mau dianggap beban. Kalau begitu gini saja, Tuan.” Suaranya lirih, tapi penuh tekad.

Zergan mengangkat alis, menunggu.

“Hitung saja hutang saya seratus dua puluh juta itu sebagai pengganti gaji. Jangan bayar saya lagi. Biarkan saya bekerja di sini tanpa gaji sampai lunas. Kalau perlu, suruh saya kerja apa saja, saya rela. Saya akan lakukan segalanya, Tuan.”

Kata-kata itu keluar begitu saja, tapi jelas dari hati. Juwita memandang Zergan dengan mata yang masih berkaca-kaca.

Zergan terdiam. Pandangannya menelusuri wajah rapuh itu, bibir yang bergetar, tangan yang saling meremas gelisah.

Perlahan, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum samar. Ia mendekat, menatap Juwita dalam-dalam.

“Benar?” suaranya pelan, namun penuh tekanan. “Kau bilang kau rela melakukan apa saja?”

Juwita menelan ludah, tubuhnya bergetar hebat. “I-iya, Tuan. Saya janji.”

Tatapan mereka bertemu. Detik itu juga, udara di kamar seakan membeku. Degup jantung Juwita menggema di telinganya sendiri, sementara tatapan Zergan semakin dalam, nyaris menyentuh inti hatinya.

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣emang enak Juwita ketahuan ngomongi xergan
Hesty
ka bikin desi diusir.. jgnada pelakorrrr...
Zainab Ddi
wah Juwita kelabakan nih mau dipecat 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
sama author aku suka ceritanya lucu kadang bikin ketawa sendiri 💪🏻💪🏻💪🏻
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah xergan terima lg deh
Zainab Ddi
author makasih Uda update banyak ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
mami Malinau dan papinya bahagia melihat zergan
Zainab Ddi
author seneng banget update nya banyak🙏🏻🙏🏻😍😍😍💪🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita pake acara nyanyi lg gimana zergan ngak kerawa
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah Juwita lansung bertindak demi utang Uda dikubasin bikin Desi tambah iri nih
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah jangan Juwita disuruh jdi istrinya nih semoga ya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
callyouMaijoi: makasih ya udah setia menunggu ceritanya 🥰
total 1 replies
Zainab Ddi
kaysky Desi nih ngasih tahu def kolektor biar Juwita di usir Dedi kan iri
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!