NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Wisnu yang berbeda

"Mas pulang, aku demam."

Pesan itu wisnu terima saat mereka baru saja selesai makan malam bersama.

Tak langsung dibalas karena wisnu merasa harus berbicara dulu dengan febri. Yah, anggap saja meminta inin pada istrinya itu.

"Feb" Panggil wisnu dengan suara pelan.

"Ya mas, mau aku buatkan teh atau kopi?"

Wisnu menggeleng.

"Nara demam"

Informasi yang menurut wisnu penting tidak penting tapi febri tetap harus tau.

"Oh, oke."

Febri langsung paham, tak keberatan sama sekali bahkan wisnu sampai melihati wajah istri barunya itu apakah marah kecewa atau benar benar memberi ijin dirinya untuk pulang mencari nara.

"Yasudah, mas siap siap. Nanti keburu malam."

Kenapa terdengar seperti mengusir batin wisnu sedikit tak suka.

"Aku ga ngusir, tapi lebih baik mas cepat takutnya mba nara sakit serius."

Wisnu mengangguk, menyimpan rasa tak nyamannya.

Berpamitan pada orangtuanya dan mengatakan mengenai kondisi nara. Hanya anggukan kepala saja karena dua paruh baya itu tak mau menanggapi secara berlebihan mengenai sakitnya nara.

Masih marah, tentu saja. Bahkan dewi makin makin kecewa pada sikap menantunya itu. Sudah sangat keterlaluan juga merendahkan dirinya sebagai seorang ibu. Dituduh sedemikian rupa tidak dihargai bahkan dihormati bagaimana semestinya padahal selama ini dewi sudah banyak mengalah bahkan memilih diam atas apa apa yang sudah nara lakukan hanya agar putranya tak makin merasa bersalah.

Sementara febri, memilih bertahan didapur dengan buah buah segar yang akan ia olah menjadi smootis. Stroberi mangga buah naga juga kiwi. Dibantu bibi dan dua mba lainnya, semua buah dicuci dan dipotong laku ditimbang sama rata dan disimpan dalam plastik khusus.

"Non febri rajin banget."

Celetuk satu mba yang sedang menyimpan plastik berisikan buah buahan tadi.

"Demi sehat mba" Jawab febri sambil tangannya sibuk memotong buah naga yang akan ia bawa untuk ayah dan ibu mertuanya.

"Tuan dan nyonya pasti senang, selaku diperhatikan sebaik ini sama non febri bahakn tiap pagi kalau ga sibuk non selalu masak untuk sarapan."

Lagi febri tersenyum obrolan yang mengalir antara mereka itu tak sekalipun febri merasa bahwa para pekerja dirumah mewah ini mencari simpatinya. Mereka tulus jujur dan tidak sedang menjilat, kira kira begitulah penilai febri untuk semua yang tinggal disini.

Nara, sebelum kesatangan wisnu.

Air mata membasahi wajah bahkan dadanya sampai sesak karena terlalu lama menangis. Entah menangisi apa nara pun tak tau. Sejak kepulangannya dari rumah orangtua suaminya, nara tak benar benar sehat. Pikirannya berisik kepalanya pun berputar, pasti karena efek alkohol semalam batin nara.

Tapi semakin sore tubuhnya semakin tak nyaman bahkan nara merasa seluruh sendinya sakit dan ia menggigil. Rumah kosong karena memang jam 5 sore para pembantu pulang dan datang esok hari sesuai keinginan nara yang lebih suka rumahnya sepi. Tapi kali ini, nara menyesali keputusan tidak memakai jasa pembantu yang menginap.

Ugh

Nara mengeluh, tubuhnya sakit badannya demam. Ia berusaha bertahan dengan meminum obat biasa yang memang selalu disiapkan untuk berjaga jaga tapi nyatanya tidak behasil. Bahkan sampai di jam 8 malam suhu tubuhnya malah makin meningkat.

Mau tak mau nara mengetikkan sebaris pesan pada sang suami guna mengabarkan mengenai kondisinya saat ini.

1 jam kemudian.

Wisnu datang dengan wajah santai, masuk kedalam rumah dengan kunci cadangan seperti biasa dan langsung menuju lantai dua dimana kamarnya dan nara berada. Pintu tidak twrtutup sempurna. Dipinggir ranjang, nara berbaring membelakangi pintu.

"Ra" Panggil wisnu karena nara tetap diam tak mau menoleh kearahnya.

Wisnu mendekat dan ia dapati wajah istrinya memerah karena suhu tubuhnya yang tinggi.

"Sudah minum obat?"

Nara hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ayo kerumah sakit."

Sikap wisnu biasa saja, tidak menunjukkan kekhawatiran berlebih seperti saat dulu dulu nara sakit. Nara sempat menatap lama kearah suaminya, entah tatapan bagaimana tapi wisnu tak terlalu perduli.

"Ayo"

Wisnu membantu istrinya mengenakan sweater dan sandal rumahan.

"Masih kuat jalan ga?"

Nada suaranya wisnu masih normal malah terkesan lembut. Tapi nara dengan segala keegoisan dan prasangkanya tentu saja merasa tak terima.

"Kamu keberatan ya aku minta pulang kesini?"

Nah, drama.

Wisnu menggeleng samar dengan rahang yang langsung mengeras. Selalu begini, dia yang melarang wisnu pulang kesini tapi sekarang menuduh dirinya yang tidak tidak padahal saat menerima pesan tadi wisnu langsung berangkat pulang setelah berpamitan yang pantas pada febri juga orangtuanya.

"Sudah lagi sakit jangan bikin drama lah ra."

Dengan memapah tubuh lemah istrinya wisnu berjalan pelan menuruni tangga. Mereka saling diam bahkan wisnu memilih fokus pada langkah kakinya saat menuruni anak tangga satu persatu.

"Kamu ga seneng ya mas aku suruh kesini."

"Ra udah, kita kerumah sakit siapa tau ini efek karena kamu minum terlalu banyak."

Nara bungkam, tak bisa bersuara lagi saat wisnu mengingatkan semalam dirinya mabuk parah bahkan sampai tak sadarkan diri.

"Mas" Panggil nara saat suaminya tengah fokus dengan setir kemudi.

"Ra, sudah. Jangan ngomong apa apa kalau kamu ga mau aku meledak. Aku masih nahan karena kamu sekarang lagi ga baik baik kondisinya."

Tanpa terasa, air mata nara jatuh membasahi pipi. Ini kali pertama wisnu membuatnya menangis dengan kata katanya. Bagi nara apa yang wisnu ucapkan itu menyakiti hatinya. Wisnu yang biasanya apa apa menurut tak pernah protes sekarang jadi menggeram menaham marah yang dimata nara siap meledak saat ini juga.

Sudah pulang, sudah diperiksa dan diberi obat. Dokter hanya mengatakan kalau sang istri mengalami kembung diperut mungkin itu akibat dari nara yang mengisi perutnya dengan benar padahal kemarin malam menenggak bergelas gelas alkohol. Dalam diamnya, wisnu menuju dapur membuka kulkas dan meraih selembar roti lalu ia isi dengan selai coklat.

Ditangannya ada secangkir teh hangat segelas air putih juga dua tangkup roti berisikan selai coklat.

"Makan ini dulu, ga ada makanan apa apa. Yang penting kamu bisa minum obat dan segera istirahat."

Nara hanya mengangguk. Mengambil roti dan menggigitnya sedikit. Dikunyah dengan pelan seolah ini adalah makanan paling enak yang pernah ia makan padahal sejatinya juga tidak begitu. Nara sempat terpejam sebentar, tapi dalam gelap itu yang mucul malah wajah ibu mertuanya yang tadi siang telihat begitu berbeda. Dari sorot matanya menyiratkan banyai hal, ada kecewa marah muak bahkan meremehkan. Nara tak bisa tenang karena baru kali ini melihat ekspresi sepeeti itu dari wanita yang melahirkan suaminya karena selama ini yang nara tau saat dewi menghadapinya dengan berbagai drama yang ia ciptakan wanita paruh baya itu hanya menarik napas panjang dan wajahnya menunjukkan rasa kecewa

"Mas mama ....."

"Ayo naik, kamu harus istirahat."

Wisnu tak menggubris. Ia tau istrinya akan kembali menjelek jelekkan ibunya, pusat hidupnya dan wisnu tak mau mendengarnya sekarang. Sungguh.

#Happyreading

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!