Farrah, gadis desa yang lugu, berhasil menaklukkan hati seorang Mafia kejam bernama Martin.
Kisah cinta mereka berawal ketika Martin tidak sengaja melihat Farrah menangis histeris di bandara, ia dipaksa ikut dengan seorang pria paruh baya sebagai ganti hutang ayahnya yang tidak bisa dibayar.
Meskipun saling mencintai, namun masalah besar yang dihadapi oleh Martin menjadi kendala dalam hubungan mereka.
Baca selengkapnya di novel ini >>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jasmoone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selebar daun kelor
Wanita 35 tahun itu menghebohkan ruangan ICU, tanpa malu ia memaki-maki suaminya dengan kata-kata kasar.
Semua mata tertuju padanya, namun Jarwo tampak tidak mempedulikan tindakan istri keduanya itu.
Tak puas hati hanya melihat dari ranjang, Jarwo pun beranjak dan berjalan menuju ranjang Ibunya Martin.
Tindakan nekad Jarwo itu pun ditentang keras oleh istri keduanya, Indira tampak menahan dan membentak Jarwo ketika Jarwo hendak menuju ranjang Ibunya Martin.
" Heh, mas mau ke mana?, baru saja selamat dari maut, duduk, enggak usah ke mana-mana dulu!!!. " Bentak Indira seraya menahan badan Jarwo.
Namun Jarwo tampak tidak peduli, ia tetap berjalan menuju ranjang Ibunya Martin.
Karena takut heboh lagi, akhirnya Wartini pun mengatakan pada Indira untuk membiarkan Jarwo ke sana.
Dengan wajah seperti menahan tangis, jarwo menghampiri Ibunya Martin.
" Sabrina!. " Ucap Jarwo seraya meraih tangan kanan Ibunya Martin itu.
Merasa ada yang memegang tangannya, Ibunya Martin pun menoleh.
Sempat terdiam sejenak karena hampir tidak mengenali orang yang memegang tangannya itu, Ibunya Martin akhirnya tampak meneteskan air mata.
Tanda lahir di ujung mata kiri Jarwo masih tersimpan rapi di ingatkan Ibunya Martin.
" Kamu ke mana saja selama 37 tahun ini? " Gumam Ibunya Martin dalam hati sambil meneteskan air mata.
Anna tampak kaget melihat apa yang terjadi pada Ibunya, Anna pun mendekat dan mencoba menanyakan baik-baik pada sang Ibu ada apa dan siapa pria yang ada di depan mereka itu.
" Ma, Mama kenapa moodnya kayak berubah gitu?, om ini siapa? " tanya Anna dengan nada hati-hati.
Jarwo tampak ingin menjelaskan siapa dirinya kepada Anna, namun ia kaget dan mengurungkan niatnya ketika ia memutar badannya ke arah kiri dan mendapati Martin berdiri di sampingnya.
" Dia!!!, dia kan yang membawa kabur Farrah waktu itu, kenapa dia di sini? " gumam Jarwo dalam hati seraya teringat Martin memukulnya dengan brutal di bandara waktu itu.
Martin, Anna, ini om Jarwo teman lama mama. " Ujar Ibunya Martin sambil tersenyum.
Martin yang sedang memperbaiki selang infus Ibunya sontak menoleh, ia tampak hendak mengulurkan tangan namun ia mengurungkannya ketika mengetahui bahwa lelaki yang disebut teman oleh Ibunya ternyata adalah predator yang nyaris memangsa kekasihnya waktu itu.
Melihat sang putra menarik kembali tangannya, Ibunya Martin tampak kaget dan muncul seribu tanya di hatinya.
" Martin kenapa?, apa mereka saling kenal? "gumam Ibunya Martin dalam hati.
Martin dan Jarwo tampak saling bertatapan tanpa bicara, tatapan penuh arti Martin membuat Jarwo menjadi tidak tenang.
Beda halnya dengan sang kakak, Anna justru menyapa Jarwo dengan ramah.
" Halo om. "Sapa Anna seraya mengulurkan tangannya.
Jarwo tampak terpesona dengan kecantikan Anna, tanpa sadar ia menggenggam erat tangan Anna.
" Hmm, om! " ucap Anna seraya menarik tangannya.
" Oh, hehe maaf. " Ucap Jarwo tampak tertunduk malu.
Mendapati sang suami tampak asik berjabatan tangan dengan gadis cantik Indira terpancing emosi, dengan ekpresi penuh amarah ia menghampiri suaminya itu.
" Hehh tua bangka!, " Indira tampak hendak memaki-maki suaminya itu, namun ia seketika terdiam ketika menyadari ada Martin di sana.
" Indira! " Sapa Martin dengan ekspresi wajah kaget.
Mendengar Martin menyebut namanya Indira seketika tertunduk, tanpa sepatah kata pun ia langsung menghindar dari Martin.
Kaget melihat Jarwo dibentak oleh wanita muda, Ibunya Martin sontak bertanya.
" Itu anak kamu? " tanya Ibunya Martin dengan nada hati-hati.
Tampak terdiam sejenak, dengan malu-malu Jarwo akhirnya menjawab pertanyaan Ibunya Martin.
" B, bukan, dia bukan anak saya, tapi istri saya. " Jawab Jarwo dengan suara terdengar sedikit gemetar.
Mendengar pernyataan Jarwo itu wajah Martin seketika berubah, ia langsung melemparkan pandangannya ke arah Indira yang duduk di kursi di dekat ranjang Jarwo.
Tatapan penuh teka-teki Martin itu pun tertangkap oleh Indira, Indira tampak menundukkan kepalanya dan pura-pura sibuk.
" Mbak, aku keluar sebentar ya, mau cari makan dulu lapar banget. " Ucap Indira berbohong untuk menghindari Martin.
Melihat tingkah aneh madunya, Wartini sedikit curiga, namun ia memilih untuk mengabaikan hal itu karena tak ingin menambah beban pikiran.
Sementara Jarwo, ia tampak masih berdiri di samping ranjang Ibunya Martin, dari tatapan matanya Jarwo seperti ingin mengatakan sesuatu.
" Jadi, dia putranya Sabrina?, ternyata dunia sesempit ini ya. " Gumam Jarwo dalam hati.
Ekspresi Jarwo tampak sedikit berbeda, perasaan yang mulai tak karuan membuat Jarwo akhirnya jatuh tak sadarkan diri.
Melihat suaminya terjatuh, Wartini, yang dari tadi memantau suaminya dari jauh, dengan sigap berlari menghampiri suaminya.
Saat sedang mencoba membangunkan Jarwo, Wartini tidak sengaja menoleh ke arah Ibunya Martin yang sedang terbaring di ranjang.
" Maafkan aku Sabrina, kau akan mengerti suatu hari nanti. " Gumam Wartini dalam hati sambil menghapus air matanya.
Untuk menghargai sang Ibu, dengan berat hati Martin membantu mengangkat Jarwo ke ranjangnya.
" Terima kasih, nak. " Ucap Wartini.
" Sama-sama, Bu. " Jawab Martin seraya kembali ke dekat ranjang Ibunya.
...***...
Sementara di Bali, Bagas dan rekan-rekan tengah dalam masalah besar, pasalnya sore itu Bagas tertangkap kamera CCTV saat sedang membuntuti Farrah ke arah dapur.
Merasa keberadaan mereka terancam dan takut tidak punya kesempatan lagi, di depan Farrah dan lelaki yang kerap bersama Farrah itu, Bagas pun akhirnya menjelaskan maksud kedatangan ia dan rekan-rekannya ke rumah itu.
Tampak terdiam sejenak, dengan mata berkaca-kaca, Farrah membantah bahwa ia mengenal Martin.
" Maaf, maksud kalian apa?, Martin itu siapa? " tanya Farrah.
Meskipun hanya sekedar pacar temannya, namun ucapan Farrah sangat membuat Bagas sakti hati.
Ia merasa bahwa selama ini Martin hanya diperalat oleh Farrah untuk kepentingan pribadinya.
Muka Bagas tampak memerah, ia seperti menahan marah dan menahan tangis.
" Tin, loe harus bangun Tin bangun, dia bahkan berucap seolah dia enggak kenal sama loe. " Gumam Bagas dalam hati.
" Kamu benar enggak kenal orang ini? " tanya Bagas seraya menunjukan photo Martin di ponselnya.
Farrah tampak mengamati photo Martin di ponsel Bagas itu, " aku tidak kenal siapa dia. " Jawab Farrah.
" Tapi nama kamu benaran Farrah kan? " tanya Bagas lagi.
" Iya betul, nama saya Farrah. " Jawab Farrah seraya kembali duduk ke kursi.
" Farrah Malika. " Sambung Bagas seraya memperlihatkan KTP Farrah, yang kebetulan dititip oleh Martin waktu itu.
Melihat Bagas memegang KTP itu, Farrah spontan hendak menyambar KTP itu dari tangan Bagas.
Namun dengan sigap Bagas mengelak, ia pun menanyakan pada Farrah kenapa Farrah hendak mengambil KTP itu.
" Kenapa kau mau mengambil KTP ini?, apakah kau pemiliknya? " tanya Bagas serius.
Tanpa menjawab sepatah kata pun, Farrah menatap Bagas dengan tajam dan penuh arti.
Tengah bingung dengan pertanyaan Bagas, Farrah dikejutkan oleh kedatangan mbak Ning dari arah gudang.
Dengan wajah terlihat cemas, mbak Ning berlari ke arah Farrah dan lelaki yang diduga suami Farrah, yang sedang mengadili Bagas dan rekan-rekannya.
" Tuan, dia tidak mau makan! " Ujar mbak Ning, dengan Bahasa tubuh seperti keceplosan.
Lelaki yang diduga suami Farrah itu pun menyorotkan mata tajamnya pada mbak Ning, seperti mengerti kode, mbak Ning pun menundukkan kepalanya lalu pergi...
Tak lama kemudian, terdengar teriakan kencang dari ruang bawah tanah...
mari saling dukung
dan semangat menulis 💪