Ariana Lyra Aurelia tidak pernah menyangka cinta tulusnya dibalas dengan pengkhianatan kejam dari sang kekasih yang tega menghabisi nyawanya.
Di ujung napas yang masih bisa Ia pertahankan, Kael Ethan Thomson, pria yang dijodohkan oleh ayahnya datang. Memeluk tubuh Ariana dengan air mata membasahi pipi pria itu. Pria yang selama ia abaikan karena perjodohan justru menjadi pria yang sangat tulus mencintainya dan selalu ada untuknya, bahkan ada disaat terakhirnya.
"Andai aku memiliki kehidupan kedua, aku akan mencintaimu setulus hatiku..."
Apa yang akan Ariana lakukan ketika kehidupan kedua benar-benar diberikan untuknya?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23.
Gedung olahraga mulai ramai dipenuhi orang-orang yang akan menonton pertandingan basket yang akan diadakan hari itu. Dekorasi warna-warni serta spanduk yang menghiasi langit-langit, suasana ramai dari para penonton yang mulai mengisi tribun terbagi menjadi beberapa kelompok, serta beberapa tim basket yang sudah berada di sisi lapangan mulai melakukan pemanasan seakan menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton untuk mengamati para pemain sebelum pertandingan dimulai.
Di barisan terdepan, Ariana duduk dengan pandangan mengedar, menunggu seseorang yang ingin ia dukung muncul diantara para pemain lain dengan sebuah kotak berada di pangkuan.
"Sudah kuduga, kamu pasti datang tanpa diundang,"
Sindirian sinis itu segera masuk ke dalam pendengaran Ariana, membuat gadis itu menoleh diakhiri helaan napas panjang setelah melihat siapa yang datang.
Ryder telah siap dengan setelan basket merah tim-nya bersama Sienna disisinya tengah menatap Ariana dengan senyum di wajah mereka.
"Tidak bisakah dua makhluk ini mencari tempat duduk lain? Kenapa harus kemari?" gerutu Ariana seraya mengalihkan pandangan.
"Apakah kamu datang untuk memberi semangat pada, Rye?" tanya Sienna.
"...."
Pandangan Ariana masih mengedar, belum menemukan sosok yang ia cari. Pertanyaan Seinna pun ia abaikan, mengaggap Sienna tidak sedang berbicara dengannya.
"Ariana! Aku sedang berbicara denganmu!" ucap Sienna mengeraskan suaranya.
Ariana menoleh dengan alis terangkat, menatap datar pada dua orang yang baru saja datang.
"Kamu berbicara denganku?" tanya Ariana dengan wajah polos.
"Kamu pikir aku berbicara dengan siapa?" sungut Sienna.
"Oh..."
Ariana menjawab singkat, lalu mengalihkan pandangan dan kembali menelisik sisi lapangan basket yang menjadi lebih sibuk dari sebelumnya dengan para pemain yang mulai melakukan pemanasan. Satu tangannya merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel untuk memeriksa sekali lagi pesan yang ia terima dari Kael satu jam lalu.
[[ Kael@ "Maaf, hari ini aku tidak bisa menjemputmu. Aku harus berangkat bersama teman satu tim-ku," ]].
Setelah membalas bahwa dirinya tidak masalah berangkat sendirian, ia sampai di gedung olahraga di mana pertandingan akan diadakan lima belas menit setelahnya. Akan tetapi, sudah setengah jam dirinya duduk di tribun, Kael masih belum terlihat.
"Kamu ingin memberi semangat pada, Rye bukan?" tanya Sienna lagi.
"Memberi semangat pada seorang pecundang? Maaf aku tidak tertarik," jawab Ariana tanpa menoleh.
"Kamu masih saja mengelak," ucap Ryder.
"Bukankah tahun sebelumnya aku mengikuti pertadingan yang sama, dan kamu berinisiatif datang untukku meski aku tidak mengundangmu,"
"Kamu juga bukan orang yang tertarik dengan olahraga. Jadi, kamu tidak memiliki alasan lain untuk datang kemari jika bukan untukku,"
Kedua mata Ariana memicing, tergelak singkat sembari menggelengkan kepala tanpa memberikan jawaban.
'Tentu saja aku memiliki alasan mengapa aku harus datang ke tempat ini,'
'Karena aku ingin melihatmu kalah di depan semua orang. Kamu mendapatkan begitu banyak pujian setelah memenangkan pertandingan basket ini di kehidupan sebelumnya, memintaku untuk merayakan kemenanganmu di hotel ternama dan menghabiskan begitu banyak uang untuk pesta konyolmu,'
'Kali ini, aku ingin semua orang tahu betapa kamu tidak bisa melakukan apapun jika aku tidak menjadi pendukungmu. Kemampuan payahmu harus dilihat oleh semua orang,'
"Kamu bahkan sudah membawa kotak hadiah," Sienna menimpali.
"Apa hubungannya kotak hadiah denganmu?" sambut Ariana.
"Rye berulang tahun hari ini, kamu membawa hadiah untuk diberikan padanya bukan?" sahut Sienna.
Alis Ariana kembali terangkat, tak habis pikir dengan betapa narsisnya dua orang yang kini sudah duduk di sampingnya.
"Kamu ulang tahun, Rye? Hari ini? Benarkah?" tanya Ariana.
"Sepertinya aku melupakannya. Aku cukup pikun sekarang jika itu berhubungan denganmu. Kalau begitu selamat ulang tahun untukmu,"
"Tapi maaf, uangku terlalu berharga jika ingin membelikanmu sebuah hadiah," Ariana menambahkan.
"Kamu..."
Lagi, Ariana mengalihkan pandangan dari dua orang di sampingnya bahkan mengabaikan Ryder yang siap untuk mengeluarkan protes, lalu berdiri saat melihat sosok yang ia tunggu melangkah masuk ke dalam gedung olahraga bersama tim-nya dengan jaket putih tim mereka.
"Hei lihat! Bukankah dia mahasiswa baru itu? Kupikir dia akan satu club basket bersama Ryder, tapi sepertinya aku salah,"
"Siapa yang akan menyangka mereka tetap menjadi rival bahkan di luar kampus,"
"Sayang sekali, padahal mereka berada di dalam progam study yang sama,"
"Semua teman tim nya juga berasal dari universitas lain, sedangkan Ryder dari satu universitas yang sama dengan kita,"
"Siapa namanya... Ethan bukan?"
"Mau dari mana mereka berasal, itu tidak jadi masalah bukan? Bukankah club basket dibuka untuk umum? Lagipula, club basket yang mereka ikuti berada di luar kegiatan kampus,"
"Hanya saja sangat di sayangkan jika satu universitas justru menjadi rival,"
"Pst... Menurut kalian, siapa yang akan Ariana dukung kali ini? Kita semua tahu, Ariana selalu mengejar Ryder sejak dulu,"
"Tapi kamu jangan lupa, Ariana selalu bersama Ethan sejak dia datang,"
"Mereka berdua juga terlihat dekat, bahkan memiliki panggilan khusus satu sama lain,"
Gerombolan mahasiswi yang berada tak jauh dari tempat Ariana berada saling menimpali obrolan satu sama lain tanpa menyadari keberadaaan Ariana, hingga ketika mereka melihat Ariana bangun dari duduknya, mereka segera memelankan suara mereka.
"Kenapa kalian tidak bilang jika Ariana ada di sini? Dia pasti mendengar semua yang kita katakan," gerutu satu dari mereka.
"Aku tidak tahu jika dia ada di sana," timpal yang lain seraya menundukan kepala, seakan rasa segan terhadap Ariana sudah tumbuh begitu saja sejak Ariana yang sekarang mereka kenal bukan lagi Ariana yang dulu.
"Tunggu! Kamu mau kemana?" tanya Ryder seraya menahan satu tangan Ariana.
"Lepaskan tanganmu dariku!" tegas Ariana.
"Jangan bilang jika kamu berada di sini untuknya!" ujar Ryder sembari menunjuk arah di mana Kael datang.
"Sejak kapan peduli dengan apa yang aku lakukan?" balas Ariana.
"Bukankah kamu sudah memiliki seseorang yang selalu setia mendukungmu?" imbuhnya seraya melirik Sienna.
Dengan satu sentakan, Ariana melepaskan tangan Ryder dari tangannya, lalu membawa langkahnya ke sisi lapangan di mana Kael berada.
"Lihat! Ariana lebih memilih Ethan bukan?"
"Benar,"
"Tapi setelah dilihat-lihat, Ethan memang lebih tampan dibandingkan Ryder,"
"Aku sependapat. Dan entah kenapa aku lebih menyukai kedekatan mereka dibandingkan dengan Ryder,"
Mereka kembali berbisik saat Ariana sudah menjauh, terkikik pelan sembari menatap kagum pada penampilan Ariana yang kini menjadi primadona kampus namun tetap bersikap ramah pada semua orang kecuali pada Ryder dan Sienna.
Celetukan mereka yang Sienna dengar membuat gadis itu mengarahkan pandangan pada Kael, mengamati tiap gerakan yang Kael lakukan dari tempatnya berdiri, lalu tersenyum.
'Jika aku bisa merebut Rye dari Ariana, itu artinya aku juga bisa merebut Ethan darinya,'
"Bergabunglah bersama tim-mu, Rye! Kamu juga perlu melakukan pemanasan sebelum pertandingan dimulai!" ucap Sienna mengingatkan.
Ryder mengangguk, beranjak dari tempatnya setelah melihat semua tim-nya sudah berkumpul di sisi lapangan termasuk pelatih mereka. Akan tetapi, pandangan Ryder justru terus tertuju pada Ariana yang kini tengah menyodorkan sebuah kotak pada Kael yang tidak ia ketahui apa isinya.
Sampai ketika Ryder melihat Kael mengeluarkan isi dari hadiah yang pemuda itu terima, Ryder mengepalkan kedua tangannya dengan sorot tidak terima tanpa menyadari rasa iri di dalam hatinya perlahan tumbuh menjadi perasaan dendam terhadap Kael yang sudah membuat Ariana berpaling darinya.
. . . .
. . . .
To be continued...
tetiba lampu mati dari pagi dan baru nyala sore😫🤧🤣
ngiriiiiii terossss kerjaannya 🤣🤣
uhukkk uhukk /Awkward//Awkward/