Beberapa tahun lalu, Sora dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Mengetahui hal itu, bukannya permintaan maaf yang Ia dapatkan, Sora justru menjadi korban kesalah pahaman hingga sebuah ‘kutukan’ dilontarkan kepadanya.
Mulanya Sora tak ambil pusing dengan sumpah serapah yang menurutnya salah sasaran itu. Hingga cukup lama setelahnya, Sora merasa lelah dengan perjalanan cintanya yang terus menemui kebuntuan. Hingga suatu hari, Sora memutuskan untuk ‘mengistirahatkan’ hatinya sejenak.
Tanpa diduga, pada momen itulah Sora justru menemukan alasan lain dibalik serangkaian kegagalan kisah cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#19
Setelah menghabiskan malam terakhirnya di rumah sakit, keesokan harinya Sora telah diperbolehkan pulang oleh dokter yang menanganinya. Ya, dokter elf yang menyarankan memberi ramuan bloodie wine.
Yasmin tampak ikut membantu Sora merapikan dan mengemasi barang-barangnya. Dirinya begitu telaten menjaga dan merawat Sora selama Ia berada di sana.
Saat ini, kedua bola mata Sora terlihat kembali berwarna coklat muda seperti sebelum Ia dilarikan ke Rumah Sakit. Sepertinya tak ada yang perlu dikhawatirkan.
“Sini, Aku bawain,” Yasmin meraih tas jinjing yang telah selesai Sora kemas.
“Gak apa-apa, Bu. Aku aja. Gak berat, kok,” Sora merasa sungkan jika langsung menyetujui ucapan Yasmin.
“Nanti kamu kecapekan lagi…” Yasmin masih dengan niatnya ingin membantu Sora.
“Mmm… Makasih banyak, Bu.” Sora akhirnya membiarkan Yasmin membawa tas itu.
Mereka berdua lalu pergi meninggalkan Rumah Sakit dengan menggunakan SUV hitam milik Sora.
“Bu Yasmin… Aku jadi gak enak, nih. Udah Aku gak masuk kerja, terus repotin Bu Yasmin mulu sampai Bu Yasmin ngambil cuti…” Kata Sora dengan nada sendu.
“Gak apa-apa, Ra. Kamu kan lagi sakit, mau gimana lagi?” Yasmin tampak terus fokus dengan kemudi.
“Makasih banyak ya, Bu. Oh iya Bu… Aku mau cerita. Waktu Aku mulai sadar tapi belum bisa buka mata Aku itu, Aku tuh sebenarnya takut banget tahu, Bu…” Sora memperpanjang perbincangan mereka.
“Takut kenapa?” Yasmin penasaran.
“Takut kalau Aku udah meninggal, Bu. S-soalnya diingetan Aku, Aku itu kayak ada di dunia lain yang serem banget. Kayak di tengah hutan gitu. Udah gitu ada makhluk yang serem banget ngelihatin Aku terus. Tapi Aku gak bisa kemana-mana, Bu, kayak jadi tanaman aja gitu cuma bisa diem aja…” tutur Sora sambil sesekali menatap Yasmin. “Mana kedua mata Aku gak bisa dibuka, kan Aku takut banget, Bu…”
Ketika mendengar pengakuan Sora tadi, pikiran Yasmin mengawang jauh pada sebuah hutan gelap yang memang Ia ketahui adanya.
“Itu dia. Karena Kamu lagi kelelahan, alam bawah sadar Kamu akhirnya memvisualisasikannya jadi apa yang Kamu ceritain barusan…” Yasmin berusaha memberi pernyataan se-rasional mungkin.
“Iya juga sih Bu, Aku juga emang sempat berpikir begitu. Tapi Bu, masa kalau cuma karena kelelahan, Aku bisa gak sadar sampai dua hari?” Sora memijat keningnya selama tiga detik.
“Kondisi orang kan beda-beda, Ra…” Yasmin tak mau membuat Sora terus berpikir berlebihan.
“Tapi beneran deh, Bu. Apa yang Aku inget itu kayak nyata banget. Monsternya juga Aku lihat ada dua Bu…” Sora mengangkat tangan ke udara membentuk huruf V.
“Masa sih, Ra?”
“Iya, Bu. Ada yang bentuknya kayak malaikat maut, ngelayang-layang terus, ada yang mirip manusia serigala, tinggi, gede. Serem banget, Bu…” Sora bergidik.
Untuk sesaat Yasmin kembali terdiam. Dalam hatinya Ia berharap semoga apa yang saat itu berada dalam pikirannya tidaklah benar.
“Ayo lho… Nanti ngikutin…” Yasmin malah sengaja menggoda Sora. Sebenarnya, Ia juga tengah mengalihkan kegaduhan dalam isi kepalanya sendiri.
“Ah, Bu Yasmin nih…” Sora cemberut.
“Ngomong-ngomong, Kamu mau makan apa, Ra? Ternyata udah jam segini,” Yasmin melirik penanda waktu yang berada di head unit mobilnya.
“Apa ya? Bu Yasmin mau makan apa?” Sora membalikkan pertanyaan itu pada Yasmin.
“Aku pengen yang kenyel, pedes, tapi berkuah… Apa ya?” Yasmin tampak berpikir dengan serius.
“Bakso, lah.” Sora dengan mudah membalas ucapan Yasmin.
“Oh iya ya… Kamu mau?”
“Mmm… Ayo.” Sora tak menolak tawaran Yasmin.
Akhirnya, mereka mampir di sebuah kedai bakso yang mereka cari sebelum akhirnya Yasmin mengantarkan Sora ke rumahnya.
“Gak mampir dulu, Bu?” Sora berdiri di dekat pintu dengan tas jinjing yang telah berada kembali di tangannya.
“Next ya, Ra. Aku mendadak ada urusan,” Yasmin menolak tawaran Sora dengan sangat halus.
“Oalah… Makasih banyak ya Bu… Hati-hati…” Sora melambaikan tangannya pada Yasmin yang telah memutar balikkan mobilnya.
#
Yasmin kembali memacu SUV hitamnya menuju Asteria dengan kecepatan yang cukup tinggi. Ia tak sabar untuk segera membagi kabar terbaru yang Ia dapatkan.
Tiba di kediaman Rayn, Yasmin disambut oleh keberadaan dua orang pria yang tengah menunggunya.
“Gimana?” Rayn terperanjat dari duduknya dan berjalan menghampiri Yasmin yang masih berada di ambang pintu.
“Bentar,” Yasmin berjalan melewati Rayn melangkahkan kakinya menuju kulkas. Sebuah botol minum lalu diambilnya dan Yasmin teguk tanpa terbaru-buru.
Sekarang, Yasmin berjalan ke arah sofa diikuti Rayn yang mengekor di belakangnya.
Giovanni yang dari tadi telah duduk dengan anteng hanya menatap Yasmin dan menunggunya memulai.
“Ekhem…” Yasmin berdeham sebelum Ia memulai ceritanya. “Kalian tahu kan kalau Sora kolaps dan dua hari lamanya dia gak bangun?”
“Heem. Tahu, tahu. Terus?” Rayn begitu tidak sabar.
“Nah, tadi dia cerita. Katanya selama dia gak sadar itu, dia kayak ada di hutan yang gelap dan ada dua makhluk mengerikan di sekitar dia. Sora juga bilang kalau makhluk itu ada yang seperti malaikat maut dan ada yang seperti manusia serigala. Kalian familiar gak, sih?” Yasmin menatap Rayn dan Giovanni bergantian.
“Ya ampun… Jangan bilang itu,-- hutan kegelapan?” kedua mata Giovanni membulat.
“Tapi Gi, keberadaan dua makhluk itu adalah bukti kuat kalau tempat yang Sora maksud memang hutan kegelapan.” Rayn membantah ucapan Giovanni.
“Dia bilang apa lagi soal ingatannya?” Rayn kini melempar tatapannya pada Yasmin.
Yasmin menautkan kedua alisnya sesaat. “Ah! Aku ingat Sora berkata bahwa saat itu dirinya hanya bisa terdiam seperti tanaman.”
“Hanya terdiam seperti tanaman? Jangan-jangan--“ Rayn tak melanjutkan ucapannya.
“Jangan-jangan apa, Rayn?” Giovanni mencondongkan tubuhnya ke arah Rayn.
“Tidak, tidak. Ini hanya dugaanku,” Rayn benar-benar tak melanjutkan ucapannya.
“Lihat? Lagi-lagi Kau tak mau berbagi dengan kami,” sungut Giovanni.
“Baiklah, baiklah. Baru-baru ini Aku memeriksa sampel darah Sora di rumah obat. Dan kalian tahu? Hasilnya menunjukkan bahwa darah Sora terpapar racun nyxtar.” ungkap Rayn.
“Racun nyxtar?!” Yasmin dan Giovanni kompak terperangah mendengar ucapan Rayn.
“Bagaimana mungkin, Rayn? Maksudku, bagaimana Sora bisa terpapar racun bunga itu sedangkan nyxtar sendiri hanya ada di hutan kegelapan? Kita saja bahkan tidak akan bisa mendekati pohon nyxtar...” Yasmin masih tak mempercayai ucapan Rayn.
“Karena itu, Aku masih menunggu kedatangan Puan Dagna untuk mengetahui penyebab pasti kenapa hal itu bisa terjadi...” Kata Rayn dengan suara sendu.
“Oh iya! Aku belum mengatakan satu hal penting lagi. Ketika pertama kali Sora siuman, bola matanya bersinar terang seperti Yisha dahulu. Aku bahkan sempat tidak mempercayai apa yang kulihat.” Kata Yasmin dengan raut wajah yang serius.
“Iya kah?!” Kedua mata Rayn melebar, jantungnya berdegup cepat.
‘Aku benar-benar berharap bahwa Yisha akan segera kembali...’ lanjut Rayn dalam hati.
“Sungguh! Tubuhku sempat gemetar ketika Aku melihat tatapan Sora saat itu. Tapi Aku tak mengerti, sekarang kedua mata Sora sudah kembali seperti dahulu. Jujur saja aku merasa sedikit lega. Bayangkan bagaimana terkejutnya gadis itu jika melihat bola matanya berubah?” Yasmin lalu menyilangkan tangan di dada.
“Ngomong-ngomong, elf penjaga di rumah Sora pernah memberi tahu sesuatu yang lain? Mungkin seperti sesuatu yang menyiratkan kehadiran Yisha...?” tanya Giovanni sambil menatap Yasmin.
Rayn juga ikut menatap Yasmin mencari-cari kepastian.
“Mmm... Gak ada, gak pernah.” Yasmin mengendikkan bahu. “Selama ini, setiap Aku pergi ke rumah Sora, kedua elf penjaga di sana tidak pernah memberitahuku terjadi sesuatu yang aneh. Semua berjalan normal untuk hitungan manusia.”
“Hmm... Apa mungkin ini terjadi sejak Kau menyelamatkan gadis itu?” Giovanni menyipitkan matanya ke arah Rayn.
Rayn menautkan kedua alisnya. “Apa mungkin energiku tidak sengaja memancing jiwa Yisha?”
#
•
•
•
Hallo temen-temen readers! Apa kabar? Semoga sehat selalu ya. Dan semoga selalu diberikan kesabaran untuk menghadapi kelanjutan cerita Sora dan teman-temannya. Thank you gaesss sudah baca sampai bab ini. Love you all ♡