Selma, pewaris utama keluarga konglomerat terpandang, dikhianati di malam pengantinnya. Dengan mata kepalanya sendiri, Selma menyaksikan suami yang dia cintai malah beradu kasih di atas ranjang bersama saudari tirinya.
Hati Selma semakin pedih mengetahui ibu tiri dan kedua mertuanya juga hanya memanfaatkannya selama ini. Semua aset keluarganya direnggut sepihak.
"Kalian semua jahat, kalian tega melakukan ini..."
Di tengah laut yang disertai badai dan hujan deras, Selma dibuang oleh suami dan adik tirinya, lalu tenggelam.
Namun, sebelum air menguasai penuh paru-parunya, seorang perempuan sekecil tinkerbell bercahaya biru muncul di hadapannya dengan suara mekanis yang bergema di kepala Selma.
[Ding! Sistem Waktu Eri Aktif. Apakah Anda ingin menerima kontrak kembali ke masa lalu dan membalas dendam?]
IYA!
Begitu Selma membuka mata, dia terbangun di tubuhnya saat berusia 16 tahun. Di kesempatan keduanya ini, Selma berjanji akan menghancurkan semua orang yang mengkhianatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Selma Back to School
Air mancur di tengah taman hijau kediaman Pradipta memantulkan cahaya lembut. Suasana begitu tenang di luar, burung-burung asik berputar di atas kolam lily yang masih berembun.
Sementara di dalam, langkah-langkah pelayan yang mengenakan seragam hitam-putih begitu sibuk. Ada yang membersihkan, menyajikan sarapan yang sudah disiapkan oleh chef, tapi yang paling sibuk itu mereka yang ada di kamar tuan putri Selma.
Sejak pagi buta, mereka disibukkan untuk menyiapkan keperluan sekolah Selma dan mengurus rambut gadis itu.
Yap, warna hitam legam rambut Selma yang sekarang bukan warna asli, tapi hasil pewarnaan. Rambut aslinya berwarna merah keemasan seperti warna daun musim gugur. Ada dua alasan dia membuat rambutnya jadi hitam. Pertama, Selma sering dibully dan diejek karena rambutnya yang beda di antara teman-teman sekolah yang rambutnya kebanyakan hitam. Katanya dia penyihir. Kedua, karena Julio bilang sangat suka melihat rambut hitam. Emang dasar dulu Selma yang bucin makanya dia selalu tampil demi makin disayang Julio. Tapi, sekarang Selma mau jadi diri sendiri.
Begitu pintu kamar mandi terbuka, aroma lembut wangi mawar putih dan amber menguar di udara. Dari sana, Selma keluar dengan uap tipis yang masih menempel di kulit putih beningnya, menyebarkan aroma khas produk perawatan keluaran terbatas yang hanya bisa dipesan khusus.
Para pelayan berbaris rapi melongo menyaksikan kecantikan alami nona mudanya. Aluna sampai mematung melihat rambut asli Selma. Begitu juga dengan Eri yang duduk di pundak Aluna.
"Wah, ternyata kamu punya rambut merah yang cantik, Selma." Eri manggut-manggut.
Selma tersenyum lebar, "makasih yah, pujiannya, Eri cantik," dia lalu melangkah pelan dengan tongkat stylishnya, memasuki walking closet. Aluna dan delapan orang pelayan berangsur-angsur mengikut di belakang Selma.
Gadis itu duduk di depan kaca rias, Aluna berdiri di sampingnya dan menyampaikan semua kegiatan Selma hari ini. Dua pelayan membantu untuk mengeringkan rambut Selma. Enam lainnya, berbaris rapi dan membawa koleksi sepatu dan tas untuk dipilih Selma.
Di hadapan Selma, panel hologram muncul menampilkan informasi status terkini soal dirinya.
[DATA]
Nama: Selma Ratu Pradipta
Usia Fisik: 16 tahun
Status Sosial: Pewaris Tunggal Pradipta Group
Status Sistem: Kontrak Aktif
Cahaya Jiwa: 3/3
Level Host : 2
[ATRIBUT DASAR]
Kecantikan: 100/100
Kecerdasan: 82/100
Keberanian: 85/100
Kekuatan Mental: 72/100
Kekuatan Fisik: 56/100
Empati: 87/100
Ketenaran: 50/100
Stabilitas Emosi: 52/100
Kepercayaan: 50/100
Cinta: 32/100
Kekayaan: Rp. 151.000
[KEMAMPUAN]
Mata Waktu Level 2
Bisa melihat waktu 5-10 detik ke depan
Penggunaan 7 kali/hari
Baca Pikiran Level 2
Penggunaan 3 jam/hari
Deteksi Kebohongan Level 2
Penggunaan 10 menit/hari
Mempengaruhi Keputusan Level 2
Mempengaruhi keputusan orang lain selama 1 menit 30 detik/hari
"Nilai kecantikan kamu full yah sekarang, bukti jadi diri sendiri memang lebih baik, Selma."
Selma mengoleskan pipinya dengan moisturizer lalu melirik sosok kecil bercahaya biru itu. "Kali ini aku setuju sama kamu sih, Eri."
Gadis itu kemudian menepuk-nepuk pipinya yang plumpy dengan lembut sambil memandangi pantulan di cermin.
"Cewek cantik kayak aku harus balas dendam dengan cantik juga."
Satu jam berlalu, akhirnya Selma siap dengan seragam sekolahnya. Rok pendek yang menggantung sejengkal dari lutut dan blazer crop baby blue yang digantung di kedua sisi bahunya.
"Kak, aku mau satu kacamata," kata Selma sambil meneliti penampilannya dari ujung kepala sampai kaki. Uh, perfect.
Dia kemudian berbalik dengan senyum lebar lalu melangkah pelan dan mengambil kacamata fashion dalam kotak yang dipegang oleh salah satu pelayan.
Drtt…
Getar ringan di hapenya membuat Selma berhenti depan pintu kamarnya. Lantas dia mengusap layar dan menemukan notifikasi dari pacarnya. Nama kontak cowok itu sudah diubah. Dari My lovely Julio 🩵 jadi Julio saja.
Julio:
Sorry baby aku nggak jemput kamu hari ini
Aku nganterin bunda soalnya
Spontan Selma mengangkat kedua alisnya dan merapatkan gigi sehingga bibir atasnya miring sedikit.
"Ihhh, siapa juga yang ngarep dijemput sama kamu."
"Jemput bunda apaan, aku tebak pasti jemput Debora."
"Bagus deh kalau nggak dateng."
Selma menurunkan hapenya dan lanjut berjalan pelan dengan bantuan tongkat. Waktunya sarapan untuk mengisi energi demi melewati hari yang panjang ini.
Di sisi lain, Julio sedang memagut bibirnya dengan Debora dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari sekolah. Yap, benar tebakan Selma. Julio memang menjemput Debora.
"Harusnya kamu jemput Selma aja," ucap Debora melepaskan bibirnya dari bibir Julio yang basah.
"Sayaangg, Selma pasti dianterin sama asistennya kok, aku juga kangen sama kamu, emangnya kamu nggak kangen sama aku?" Julio mendekatkan wajahnya.
"Kangen," cicit Debora. Dia menunduk pelan, menurunkan pandangannya dari tatapan liat Julio.
"Tapi, aku masih ngerasa ini salah, Julio. Selma sahabat aku… dan aku malah ciuman sama cowok yang udah dijodohin sama dia bahkan sebelum lahir." Dia memasang tampang sedih, tapi dalam hati, Debora bersorak ria.
"Kasian banget sih kamu, Selma. Cowok yang kamu bucinin malah bucinnya sama aku."
"Heyy, sayanggg, Debora… stop… aku udah cerita sama kamu, kan, kalau Selma itu posesif dan apa-apa maunya dia doang dan aku nggak suka yang kayak gitu, aku suka kamu yang lemah lembut dan pengertian." Julio mengelus rambut hitam lembut Debora.
"Tapi, kita nggak bakalan bebas ketemuan lagi, Selma udah balik ke sekolah mulai hari ini, pasti dia nempel kamu terus," kata Debora.
"Makanya kita puas-puasin ciuman dulu sebelum Selma dateng, untuk ketemuannya entar aku atur, aku yakin banget hari ini Selma bakalan sibuk ngejar ketinggalan-ketinggalannya dia."
"Emmm..." Debora menggigit bibirnya dan tersenyum tipis. Lantas Julio mendekatkan wajahnya dan meraup kembali bibir Debora untuk dilumat.
***
Sebuah mobil hitam mewah berhenti di depan gerbang Mirelle Internasional High School. Begitu seorang gadis keluar dari dalam sana, seketika itu juga perhatian terpusat padanya.
Yap, siapa lagi kalau bukan Selma.
Rambut merah keemasannya mengundang bisik-bisik dari siswa-siswi yang berjalan masuk melewati gerbang tinggi.
"Ehhh, sapa tuh, anak baru?"
"Cakep banget woy."
"Bukan anak baru, tapi itu Selma."
"Selma?"
"Pacarnya Julio yang posesif itu yah?"
"Otaknya gesrek nggak sih abis bangun dari koma."
"Hooo, berani banget dia ngecat rambut datang ke sekolah. Mana hari ini tugas ketos yang jaga di pos depan."
Selma mengabaikan bisik-bisik itu dan mengedikkan bahu. Dia kemudia berbalik pelan, melambaikan tangan pada Aluna yang sudah mengantarnya ke sekolah. "Thanks, Kak Aluna."
"Nona yakin tidak perlu diantar sampai ke kelas?" tanya Aluna.
"Nggak perlu, Kak Aluna, yaudah aku masuk dulu yah."
Selma menggenggam erat pegangan tongkatnya lalu mengibas helaian rambut chopper rednya dengan tangan kiri. Gadis itu melangkah pelan dan penuh percaya diri. Siswa-siswi lain masih saja memperhatikannya.
Eri mengambang pelan di sebelah baju Selma.
"Eri tebak angka ketenaran kamu akan naik drastis, Selma."
Selma melengkungkan senyum di bibir pinknya yang glossy. "Oh jelas, Eri."
