Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Pertemuan Tak Terduga
Fey perlahan membuka mata saat merasakan ada pergerakan di wajahnya. Suasana kamarnya remang - remang, namun ia bisa melihat dengan jelas pria yang sedang tidur di sampingnya.
"Kak Gian?" Lirih Fey dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Ya, Sayang. Maaf, aku bikin kamu bangun." Jawab Gian yang langsung menyingkirkan tangannya dari wajah Fey.
"Kak Gian ngapain di sini?" Tanya Fey.
"Aku gak bisa tidur." Jawab Gian.
"Kenapa? Ada yang kamu pikirin, Kak? Atau ada masalah di Perusahaan?" Tanya Fey yang sebenarnya tak mau lagi membahas kejadian tadi.
"Aku merasa bersalah sama kamu. Maafin aku ya, Fey." Jawab Gian dengan suara bergetar.
Fey terdiam, ini adalah kali pertama Gian bicara tentangnya dengan suara yang bergetar.
Sebegitu besarkah rasa bersalahnya? Atau ada hal lain yang masih ia tutupi hingga ia merasa begitu bersalah? Pertanyaan itu tiba - tiba terlintas di benaknya. Namun, Fey segera menepis pikiran buruk itu.
"Tidurlah, Kak, udah hampir pagi." Ujar Fey yang melihat jam menunjukkan pukul tiga dini hari.
"Aku tidur di sini, ya? Boleh?" Gian meminta izin. Fey pun mengangguk lalu hendak melanjutkan kembali tidurnya.
Gian tiba - tiba menarik tubuh Fey dan memeluknya dengan erat. Tak memberontak kali ini, Fey justru melingkarkan tangannya di pinggang Gian, membalas pelukan Suaminya.
"Tumben gak berontak?" Kekeh Gian.
"Biar kamu cepet tidur, karna aku juga mau lanjut tidur. Besok aku kerja pagi - pagi, Kak." Jawab Fey yang membuat Gian tersenyum.
"Lagian kamu juga pelukable banget." Imbuh fey yang berbisik.
"Aku denger loh, Sayang. Besok aku peluk lagi kalo mau tidur." Sahut Gian.
"Gak usah repot - repot. Aku bisa tidur tanpa di peluk." Kata Fey.
"Gak repot kok, Sayang. Justru aku malah seneng kalo bisa peluk kamu tiap hari." Jawab Gian.
Ia kemudian menghujani puncak kepala Fey dengan kecupan. Hatinya terasa begitu hangat saat bisa memeluk Fey seperti ini. Walaupun ia belum benar - benar bisa melupakan Anya, namun keberadaan Fey membuatnya merasa nyaman.
"Wangi banget Istriku." Ujar Gian yang kemudian mulai memejamkan mata dengan nyaman sambil memeluk Fey.
"Kak..." Lirih Fey.
"Ya, Sayang?" Jawab Gian.
"Setiap orang punya masa lalu dan kisahnya masing - masing. Jangan terlalu di pikirin kejadian tadi. Aku gak apa - apa, cuma sedikit shock aja tadi." Kata Fey sambil mengusap - usap punggung Gian.
"Makasih banyak, Sayang. Maafin aku dan jangan tinggalin aku, ya." Pinta Gian dengan lembut yang di jawab anggukan oleh Fey.
Fey terbangun pukul enam pagi. Masih di posisi yang sama, ia masih berada di pelukan Gian. Fey mendongak dan melihat wajah Gian yang masih tertidur. Perlahan, Fey mencoba meloloskan diri dari dekapan Gian.
"Mau kemana, Sayang?" Lirih Gian.
"Udah pagi, Kak. Aku mau bangun. Aku hatus berangkat pagi - pagi hari ini." Jawab Fey.
"Nanti aja, aku masih mau tidur sambil peluk kamu." Pinta Gian yang justru mengeratkan pelukannya.
"Kak, aku bukan CEO kayak kamu. Aku ini cuma budak kantoran yang hidupnya milik atasan." Cicit Fey yang membuat Gian tersenyum.
"Keluar aja dari kantormu dan jadi sekretarisku. Kamu bisa bebas lakuin apa aja kalo kerja sama aku." Kata Gian.
"Gak mau!" Sahut Fey.
"Udah ah, awas. Aku juga mau bikin sarapan. Kak Gian kalo mau lanjut tidur, ya tidur lagi aja." Imbuh Fey kemudian sambil meronta untuk melepaskan diri.
Tentu saja jika dalam mode Agen Rahasia, ia hanya perlu satu gerakan untuk melepaskan diri. Namun, ia sedang berada dalam mode istri yang patuh.
"Cium dulu kalo gitu." Pinta Gian.
"Kak Gian, jangan macem - macem." Ujar Fey.
"Cuma minta cium kok, Sayang. Gak minta macem - macem." Jawab Gian yang justru terkekeh.
"Yaudah, lepas dulu. Gimana aku mau cium kalo di peluk gini." Kata Fey.
Gian pun menurut. Ia melepaskan pelukannya dan membiarkan Fey bergerak bebas. Fey pun menepati janji. Ia mencium dua jarinya kemudian menempelkan dua jari itu ke pipi Gian.
Setelahnya, Fey segera melarikan diri agar tak kembali di tahan oleh Suaminya. Gian yang mendapatkan ciuman tempel itu pun hanya bisa terkekeh geli.
"Love you, Sayang. Kurang berasa ciumnya, Sayang!" Seru Gian yang masih terkekeh.
...****************...
Matahari cukup terik siang itu. Fey yang baru kembali ke Markas setelah menjalankan misi, segera berganti pakaian dan menurunkan suhu ruangannya. Ia berdiam diri, menikmati ruangannya yang kini terasa sejuk.
Tok... Tok... Tok...
"Kak Fey, lo mau ikut gak?" Suara Daniel dari balik pintu ruangannya.
"Kemana, Niel?" Tanya Fey yang berseru dari dalam ruangan.
"Ngafe! Cari yang dingin - dingin. Panas bet, sumpah." Jawab Daniel.
"Ikut. Tungguin gue." Seru Fey kemudian.
"Langsung ke parkiran, ya. Kita bareng yang lain, naik mobil Kak El aja." Kata Daniel.
"O.K." Sahut Fey yang kemudian segera bersiap.
Fey segera beranjak, tak lupa mengunci pintu ruangannya. Sesampainya di parkiran, empat rekannya yang lain sudah menunggu. Mereka pun langsung tancap gas menuju ke Cafe langganan mereka.
Keseruan terjadi di meja Fey dan rekan - rekannya. Mereka membahas ini dan itu, tentu saja bukan masalah misi dan pekerjaan rahasia mereka.
"Hay, Nyonya cantik." Suara bariton seorang pria menyapa indra pendengaran Fey dan keempat rekannya.
Suasana yang tadinya meriah pun menjadi hening, mereka semua bersamaan menatap ke arah pria yang berada di sebelah Fey. Fey hanya tersenyum tipis, enggan meladeni sapaan pria itu.
Rekan - rekannya pun hanya tersenyum kikuk ke arah pria itu. Terlebih saat melihat raut wajah Fey yang tampak enggan meladeni.
Elno, Andre, Daniel dan Yuan tentu paham dengan raut wajah Fey yang seolah sedang berteriak jika ia tak suka dengan pria yang menghampiri mereka.
"Gak nyangka kita bakal ketemu lagi di sini." Ujar Efril dengan santainya.
"Saya justru berharap gak akan ketemu anda lagi." Sahut Fey yang membuat Efril terkekeh.
"Mungkin kita ini jodoh, makanya bisa ketemu lagi kayak gini. Sepertinya jodohmu itu aku, bukan Suamimu yang sekarang." Jawab Efril sambil tertawa ringan.
"Situ waras, Pak? Lagian Kak Fey juga gak mungkin mau sama laki - laki modelan kayak Bapak. Mau dari mana liatnya juga, gantengan Kak Gian." Sahut Andre yang memang suka ceplas - ceplos.
"Lagian ngapain juga situ gangguin istri orang? Di luar sana banyak kok perempuan lajang yang haus kasih sayang." Imbuh Elno dengan tatapan sinis.
"Tau nih, bikin suasana jadi gak enak aja." Timpal Daniel.
"Sorry - sorry. Sepertinya kedatangan saya ganggu kalian. Saya cuma mau menyapa Nyonya cantik aja." Kata Efril sambil tersenyum.
"Saya sama sekali gak pingin anda sapa." Sergah Fey.
"Kalo gitu, saya permisi dulu ya, Nyonya cantik. See you next time." Pamit Efril.
"Ogah, jangan sampe!" Sahut Fey tanpa melihat ke arah Efril yang pergi dengan senyuman di wajahnya.
jgn d gntung yaa
q pdamu thor 😃
lg seru2ny nic
Gian lucuuu 😃
mkin sru critanya